c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

12 September 2023

19:17 WIB

Ini Dia Faktor Penghambat Ekosistem Motor Listrik

Salah satu penghambat ekosistem motor listrik adalah kebiasaan masyarakat menggunakan sepeda motor BBM yang tak bisa diubah dalam hanya 1-2 tahun.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

Ini Dia Faktor Penghambat Ekosistem Motor Listrik
Ini Dia Faktor Penghambat Ekosistem Motor Listrik
Pekerja memasang baterai motor listrik Gesits yang dipamerkan pada Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (17/5/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Pemerintah belakangan ini tengah memasifkan kampanye penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), termasuk di dalamnya adalah sepeda motor listrik.

Rupanya, langkah tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Tjahajana mengungkapkan ada sederet faktor yang membuat masyarakat ragu untuk menggunakan sepeda motor listrik untuk kegiatan sehari-hari.

Dalam sebuah sesi konferensi pers, Agus menuturkan  kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan sepeda motor listrik antara lain terkait kemampuan jarak tempuh hingga infrastruktur pendukung yang cenderung belum terbentuk.

"Banyak juga yang pertanyakan aftersales. Berikutnya, harga kendaraan bekasnya. Ini jadi pertanyaan kita semua, memang belum terbentuk (ekosistem) dan tidak bisa sebentar," ungkap Agus di Jakarta, Selasa (12/9).

Baca Juga: Kemenperin Atur Strategi Kembangkan Ekosistem EV

Tak hanya itu, Agus juga meyakini masyarakat terlalu terbiasa menggunakan sepeda motor berbahan bakar minyak. Menurutnya, waktu 1-2 tahun tidak cukup untuk mengubah kebiasaan tersebut dan membuat masyarakat beradaptasi dengan kendaraan listrik.

"Termasuk juga kenyamanan saat dikendarai. Banyak informasi bahwa ada kendaraan listrik yang loncat saat di-gas, itu membuat ibu-ibu ketakutan. Harus dipecahkan bersama," tambahnya.

Salah satu upaya strategis untuk mengatasi persoalan itu, sambungnya, ialah memasifkan pembangunan infrastruktur pendukung, baik berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) maupun Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).

Menurut Agus, dengan memperbanyak infrastruktur pendukung motor listrik, masyarakat akan merasa yakin menggunakan kendaraan listrik untuk kegiatan operasional harian.

"Kalau naik sepeda motor BBM, aman karena banyak yang jual botol isinya minyak di pinggir jalan. Sedangkan pakai motor listrik, daya sudah tinggal seperempat, terus mau kemana? Swap station masih jauh. Jadi memang jumlahnya harus banyak," ujar dia.

Baca Juga: Utak-Atik Kebijakan Subsidi Motor Listrik

Kemudian, dia juga menyorot soal standardisasi baterai guna memudahkan masyarakat dalam mengisi daya kendaraan listrik mereka. Sekalipun hal itu di luar kewenangan Kementerian ESDM, Agus menyebut pihaknya terus mendorong pemangku kepentingan terkait agar mempercepat proses standardisasi baterai.

Di sisi lain, ia tak menampik para pemain penting di industri baterai kendaraan listrik saling sikut untuk mendapat keuntungan. Padahal, proses standardisasi baterai menurutnya harus dibicarakan bersama antarpemangku kepentingan, termasuk produsen-produsen baterai yang ada di Indonesia.

"Semua pemain harus mendapat keuntungan dan harus dihitung persis. Jangan yang duluan masuk kemudian dirugikan, dan yang datang belakangan paling diuntungkan," tandas Agus Tjahajana.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar