09 Januari 2025
19:15 WIB
Ini Cara Petani Cabai Siasati Gagal Panen Dan Harga Cabai Yang Tinggi
Sejumlah petani akui lahan pertanaman cabai mereka terendam banjir sehingga kurangi produktivitas cabai. Beberapa upaya telah dilakukan petani untuk menormalkan harga cabai.
Penulis: Erlinda Puspita
Pedagang menata cabai rawit yang dijual di Pusat Pasar, Medan, Sumatera Utara, Senin (30/10/2023). A ntara Foto/Fransisco Carolio
JAKARTA - Kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini, nyatanya tidak memberikan dampak positif bagi petani secara signifikan. Hal ini yang dirasakan salah satu petani cabai di Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, Benny.
Ia mengaku kenaikan harga cabai yang naik drastis kali ini hanya dirasakan oleh segelintir petani saja, lantaran banyak petani yang lahannya terdampak banjir sehingga produksi cabai tidak optimal.
Benny menyebut, di provinsi wilayahnya saja terdapat tiga kabupaten yang kehilangan produksi mencapai 90%. Padahal sebelumnya di November 2024, ia bersama petani lainnya mengaku siap untuk menyuplai kebutuhan menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
"Tetapi iklim di tanggal 20-25 Desember kemarin tiba-tiba banjir datang walaupun hujan nggak seberapa. Banjir itu banjir kiriman yang datang dan hampir 85% pertanaman kami tenggelam," tutur Benny dalam rapat koordinasi SPHP Cabai dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kamis (9/1).
Adanya banjir tersebut menurut Benny telah menghilangkan produksi cabai di wilayahnya mencapai 25 hingga 30 ton per hari.
"Kami langsung segera tanam cabai yang 40 hari sudah berbunga. Ini sudah mulai nampak bakal-bakal bunganya, berkat dukungan Dirjen Hortikultura dan teman-teman Champion," imbuh Benny.
Kondisi yang sama juga dialami petani cabai dari Lombok Timur, yakni Subhan atau dikenal Haji Subhan selaku pemimpin Champion Cabai Indonesia Lombok Timur. Ia melaporkan dari 100 hektare (ha) lahan yang digarapnya, hanya berhasil panen dua kali selama ini di awal Desember dan awal Januari lalu. Gagal panen berikutnya terjadi imbas lahan pertanian terendam banjir sehingga cabai layu.
Kendati begitu, sejumlah upaya juga dilakukan petan cabai di Lombok Timur untuk menekan harga cabai yang semakin tinggi, yaitu dengan menjual langsung ke konsumen dan menyisakan lahan tersendiri yang aman dari banjir untuk stabilisasi pasokan.
"Khusus Champion di Lombok Timur, saat ini sudah mulai stabilisasi di beberapa titik panen, hasil kerja sama dengan Pemda Lombok Timur dan tim TPID untuk pengendalian inflasi. Di samping itu kami juga mencegat ibu-ibu untuk jangan beli cabai di pasar karena harganya sudah tembus Rp100 ribu per kg. Kami menyuguhkan ibu-ibu dengan harga petani. Di petani saat ini harganya Rp65 ribu per kg tapi kami jual ke masyarakat luas Rp65 ribu per kg," ungkapnya.
Paket harga cabai murah tersebut menurut Subhan dilakukan oleh petani Champion di wilayahnya mulai kemarin dengan 750 paket yang dibagikan ke masyarakat, hingga 20 Januari 2025 mendatang untuk stabilisasi harga.
Sistem tanam ulang bibit cabai juga turut dilakukan oleh petani cabai di kawasan Jawa Tengah. Menurut Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmodjo, petani yang alami gagal panen telah mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman baru. Ini diharapkan bisa menekan harga cabai di bulan Februari dan menjelang Ramadan serta Idulfitri pada Maret 2025 mendatang.
"Harapannya di bulan Februari menghadapi lebaran kita sudah ada produksi lagi. Ini antisipasi yang kita lakukan karena soal stok cabai maka dibahas tiga bulan sebelumnya harus sudah disiapkan," ucap Tunov.