03 April 2024
12:31 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyampaikan jika saat ini pihaknya tidak lagi menetapkan target penyerapan beras dalam negeri. Alasannya, Bulog tidak ingin menjadi pemicu naiknya harga beras di tengah minimnya produksi yang ada saat ini.
"Hal yang membuat Bulog tidak secara eksplisit menetapkan target karena tidak ingin menjadi faktor kenaikan harga beras," ujar Bayu dalam Bincang Sore Bulog, Selasa (2/4).
Bayu menilai jika Bulog masuk ke pasar dan menetapkan target serapan beras dalam negeri, pasar akan bereaksi. Sementara itu, menurutnya, saat ini produksi beras sedang tidak sebaik yang diharapkan.
"Nanti yang ada malah rebutan," ucapnya.
Dia menuturkan jika selama Januari dan Februari lalu, produksi dan konsumsi beras berada dalam status defisit. Sementara itu, para perusahaan penggilingan beras sedang kembali mengisi mesin-mesin dan gudang mereka untuk bisa beroperasi.
Dalam kondisi tersebut, kata Bayu, jika Bulog masuk dengan usaha maksimal menyerap beras petani lokal, maka dampaknya lonjakan harga beras.
"Bulog beli Rp5.000 (gabah), mereka (penggilingan) beli Rp5.100. Bulog beli Rp5.100, mereka beli Rp5.200. Itu karena mereka masih butuh," tutur Bayu.
Meski demikian, dia tetap memastikan jika Bulog akan tetap menyerap beras lokal sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, berapa pun jumlahnya. Hingga saat ini, menurutnya, Bulog juga telah menyerap atau melakukan pembelian gabah sekitar 74.700 ton setara gabah. Sementara umumnya, Bulog di awal tahun bisa menyerap sekitar 80-90 ribu ton.
"Bulan ini itu sudah bisa mendapatkan hampir 75 ribu ton ya. Sedikit di bawah daripada rata-rata. Tapi nggak jauh-jauh amat," jelas Bayu.
Meski tak menetapkan serapaan beras lokal, Bayu menjelaskan jika pihaknya akan tetap mengurangi importasi beras yang salah satunya melalui program Mitra Tani. Skema ini akan dijalankan dengan pendampingan dari Bulog pada kelompok tani dalam memproduksi beras.
Pendampingan tersebut melingkupi penjaminan pembiayaan pupuk, pengendalian hama, hingga penyaluran kredit. Selanjutnya, hasil dari Mitra Tani tersebut yang akan diserap oleh Bulog.
"Program ini, Bulog mendampingi untuk bisa kita bersama-sama meningkatkan produktivitas petani kita tingkatkan," kata Bayu.
Hingga saat ini pada tahap awal, menurut Bayu, pihaknya telah mengelola ratusan hektar lahan petani di Kediri. Lahan tersebut ditargetkan bisa meningkatkan produktivitas beras 10% hingga 20% dari rata-rata produktivitas nasional.
Adapun rata-rata produktivitas gabah nasional saat ini menurut Bayu sebesar 5,2 hingga 5,3 ton per hektare.
Lebih lanjut, terkait realisasi impor, hingga awal April 2024, kata Bayu, Bulog telah mengimpor sebanyak 1 juta ton dari kuota 2024 sebanyak 3,6 juta ton.
Realisasi tersebut terbagi untuk 650 ribu ton sudah masuk dan berada di pelabuhan, sedangkan 350 ribu ton sisanya sudah terkontrak, namun belum didatangkan.
Sementara itu, untuk cadangan stok yang dimiliki Bulog saat ini mencapai 1,07 juta ton. Jumlah tersebut diyakini Bayu akan tetap mencukupi stok selama jelang Idulfitri 2024.
Powered by Froala Editor