12 November 2024
08:00 WIB
Industri Sebut Kualitas Susu Lokal Turun Akibat Oknum Koperasi
Masih seputar masalah susu nasional, ada campuran bahan lain di susu segar, serta industri yang kerap membandingkan kualitas susu lokal dengan impor.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Ilustrasi pemrosesan susu sapi. Shutterstock/dok
JAKARTA - Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) mengungkapkan, kualitas susu sapi murni produksi dalam negeri sebenarnya sudah sesuai standar nasional. Namun, masih terdapat temuan di lapangan adanya penurunan kualitas akibat pencampuran bahan lain.
Direktur Eksekutif AIPS Sonny Effendhi menyayangkan, ada oknum koperasi susu yang menambahkan bahan campuran lainnya ke dalam susu segar. Dia mengatakan, hal itu justru membuat kualitas susu sapi lokal menurun dan tidak terserap oleh industri.
Namun, Sonny menekankan, tidak semua koperasi susu melakukan hal demikian. Dia pun mewanti-wanti jangan sampai kualitas susu sapi lokal tidak memenuhi standar, sehingga tidak terserap pabrik susu.
"Yang menyebabkan tidak memenuhi standar adalah oknum dalam rantai pasok yang menambahkan air, sirop gula, minyak nabati, karbonat dan hydrogen peroxide. Tapi saya sampaikan, tidak semua koperasi melakukan itu," ungkapnya kepada Validnews, Senin (11/11).
Sonny berharap koperasi susu di dalam negeri mengikuti ketentuan yang berlaku. Apabila demikian, dia meyakini kualitas susu lokal yang dihasilkan pun sesuai dengan standar.
"Jika koperasi sudah mengikuti SOP (Standard Operational Procedure), hasil kualitasnya pasti sesuai standar," tegasnya.
Seperti diketahui, ada kejadian viral yang menghebohkan, yakni para peternak susu sapi di Boyolali, Jawa Timur, membuang-buang puluhan liter susu segar ke jalanan. Salah satu alasannya, karena susu tidak terserap oleh pabrik.
Kalah Kualitas
Pada kesempatan terpisah, peternak sekaligus pengepul susu sapi asal Kabupaten Pasuruan, Bayu Aji Handayanto menekankan, susu segar yang diproduksi di Indonesia itu sudah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Namun, apabila dibandingkan dengan susu impor, Bayu mengakui, memang kualitas susu lokal lebih rendah. Ini bukan berarti susu sapi perahan lokal tidak berkualitas. Hanya saja, mutunya lebih bagus susu sapi impor.
"Hasil kita rapat dengan AIPS dan Pak Menteri (Mentan) yang dikeluhkan industri memang terkait kualitas susu lokal yang masih di bawah kualitas susu impor. Jadi catatannya adalah kualitasnya di bawah susu impor," ungkapnya kepada Validnews, Senin (11/11).
Namun, lanjutnya, mutu atau kualitas susu sapi lokal sudah mengikuti standar atau regulasi yang ditetapkan pemerintah.
Direktur Utama PT NSP itu menerangkan, SNI untuk produk susu sapi ditetapkan sebesar 11,3% Total Solid. Kualitas susu dari para peternak lokal di desa-desa bahkan tembus 12,5-12,8% Total Solid.
Jika ada kasus susu sapi lokal tidak terserap oleh pabrik, Bayu menuturkan, salah satu penyebabnya adalah kriteria industri pengolahan susu yang menginginkan produk susu sesuai standar impor.
"Jadi sebetulnya sudah di atas SNI kualitas susu sapi yang kami kirimkan, dari para peternak di desa. Nah yang dipermasalahkan adalah kualitas susu lokal di bawah kualitas impor," tutur Bayu.
Dirut PT NSP sekaligus pengepul susu itu mengatakan, sebenarnya masalahnya ada di hulu, yakni sapi perahnya. Apabila ingin menghasilkan susu dengan spek susu impor, seperti dari Australia atau New Zealand, Indonesia harus punya sapi perah yang sama.
Dia menerangkan, negara asal impor itu memiliki sapi berjenis friesian holstein. Sapi yang berukuran besar itu terbanyak memproduksi susu. Dari segi genetika sapinya pun, tidak diragukan lagi, lebih bagus dari sapi yang ada di dalam negeri.
Sebab, sapi yang ada di Indonesia saat ini cuma peranakan. Kalau mau produk akhir susu persis seperti impor, Bayu menyarankan, pemerintah perlu mengimpor sapi perah berjenis friesian holstein.
"Solusinya, ya pemerintah harus impor sapi perah dari luar negeri yang berjenis friesian holstein s1, itu baru akan memperbaiki genetika sapi yang ada di Indonesia, sehingga kualitas susu kita bisa bersaing dengan susu impor," tutup Bayu.