c

Selamat

Sabtu, 20 April 2024

EKONOMI

08 September 2021

16:08 WIB

Industri Perbankan Minta Nasabah Kerja Sama Jaga Eksositem Finansial

Senior VP Marketing Communication BCA Norisa Saifuddin mengatakan, sejatinya sejak pertama kali dibentuk industri perbankan sudah berkomitmen untuk mengutamakan cybersecurity system

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Industri Perbankan Minta Nasabah Kerja Sama Jaga Eksositem Finansial
Industri Perbankan Minta Nasabah Kerja Sama Jaga Eksositem Finansial
Ilustrasi langkah-langkah penarikan tunai BCA melalui GoPay. (ANTARA/Gojek)

JAKARTA – Industri perbankan meminta kerja sama nasabah atau pengguna layanan untuk sama-sama menjaga ekosistem finansial aman dari kebocoran. Kolaborasi antara industri dan pengguna disinyalir menjadi cara paling ampuh untuk membendung serangan kepada sistem keamanan siber. 

Senior VP Marketing Communication BCA Norisa Saifuddin mengatakan, sejatinya sejak pertama kali dibentuk industri perbankan sudah berkomitmen untuk mengutamakan cybersecurity system.

Hanya saja, peran nasabah juga tetap dibutuhkan untuk menjaga 'kunci utama' dengan data pribadi sebagai jalur masuk menuju rekening nasabah.

Dirinya pun mengibaratkan data pribadi sebagai kunci atas brankas rekening nasabah, sekaligus mewanti untuk tidak sembarang memberikan kepada pihak yang tidak dikenal. BCA sendiri telah berupaya meningkatkan perhatian tentang hal itu lewat kampanye 'awas modus' sejak 2019.

"Karena kita ingin menyadarkan nasabah bahwa penjahat dan fraudster terus mengintai dengan berbagi macam modus. Makanya, kita harap kepekaan dan sensitivitas nasabah terus meningkat, karena modus (penipu) terus bervariasi," katanya dalam konferensi pers Kolaborasi Kampanye Edukasi #DatamuRahasiamu, Jakarta, Rabu (8/9).

Dirinya pun menilai, kesadaran nasabah dalam merahasiakan data dan kepekaan pada potensi intaian fraudster yang terus mengalami pertumbuhan. Setidaknya, terbukti dari meningkatnya traffic laman awas modus yang dimiliki BCA.

Secara keseluruhan, sepanjang 2020, laman edukasi BCA sudah diakses hingga mencapai 10 juta traffic hit, sekitar 30%-nya menjejaki laman awas modus. Bahkan di 2021, jumlah akses nasabah ke laman terkait sudah mencapai dua kali/user, atau lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya sekali. 

Namun, pihaknya menyadari, nasabah juga wajar panik ketika sewaktu-waktu dikontak fraudster yang mencoba menyusup ke 'brankas utama'. Lewat jebakan permintaan token data number, card verification code (CVC), hingga nomor pin kartu ATM nasabah.

Karena itu, BCA sudah meminta agar nasabah terlebih dahulu memverifikasi keabsahan komunikasi tersebut dengan layanan call center atau aplikasi resmi milik bank. Bahkan, lanjutnya, nasabah juga mesti berhati-hati ketika ditelepon dengan nomor yang sama seperti call center utama bank yang dimanipulasi fraudster lewat fitur fake caller. 

"Ketika nasabah (merasa) dijebak, bisa hubungi call center kami. Namun, fraudster juga memiliki modus menelepon dengan nomor yang mirip dan dimanipulasi. Jadi, (perlu diingat) call center perbankan tidak memakai prefiks (imbuhan awal) kode daerah dan lainnya," tegasnya.

Senada, Senior Executive VP Bisnis Digital BNI Rian Eriana Kaslan mengungkapkan, upaya edukasi terhadap kerahasiaan data dan kebiasaan finansial perlu ditanggapi positif oleh nasabah. Sebagai, langkah semakin menjaga informasi dan rekening pribadinya saat ini.

"Rekening ibaratnya rumah sendiri karena isinya harta nasabah sendiri," terang Rian.

Dirinya pun menyebut ada beberapa kebiasaan positif nasabah yang perlu dilakukan dengan lebih giat. Seperti mengecek riwayat transaksi terakhir, memberikan konfirmasi SMS atas transaksi dan lainnya yang bisa menjadi kebiasaan untuk mulai menjaga keamanan transaksi rekening.

Selain itu, nasabah juga tidak perlu sungkan untuk melakukan pemblokiran kartu jika merasa dalam kondisi darurat seperti kartu hilang atau lainnya. BNI menyediakan fitur tersebut di berbagai e-channel dan call center, agar lebih cepat tertangani.

Sementara itu, BNI juga berkomitmen untuk meningkatkan keamanan keamanan dalam upaya mencegah kejahatan siber. Mau tidak mau, peningkatan teknologi yang hadir mesti memicu industri finansial untuk meningkatkan keamanan termutakhir. 

"Itu selalu menjadi fokus kami dalam memastikan keamanan nasabah," terangnya.

Jadi Nasabah Waspada
Cyber Security Researcher & Consultant Teguh Aprianto menjelaskan, semua pihak mesti menyadari bahwa laporan kejadian kebocoran data hanya segelintir saja dari persoalan yang ada. 

Lebih jauh, kebocoran yang tidak terdeteksi juga tidak ketinggalan banyak dan hanya menyebar secara underground. 

Karena itu, masyarakat mesti membuka kemungkinan bahwa salah satu dari jutaan kebocoran data yang ada merupakan data pribadinya. Bila saat ini masih datanya masih aman, bisa saja sewaktu-waktu di kemudian hari keadaannya bisa berbalik menjadi sangat rentan.  

"Yang bisa kita lakukan adalah terus waspada, karena tidak ada jaminan bahwa data kita tidak tersebar kemana-mana," ucap Teguh.

Kewaspadaan perlu dilakukan karena pelaku fraudster ini bisa menghubungi lewat berbagai kanal mulai dari telepon, surel hingga media sosial untuk dimintai data lebih spesifik. Patokannya hanya satu, pihak perbankan atau institusi lainnya tidak berhak dan tidak akan meminta data penggunanya di luar persetujuan.

"Itu saja yang jadi perhatian, perbankan dan lainnya tidak pernah meminta data. Jadi ketika itu terjadi kepada kita. segeralah curiga dan matikan saja (komunikasi)," tegasnya.

Ke depan, poin yang harus digarisbawahi pengguna transmisi digital adalah peningkatan kewaspadaan dan ketelitian. Bahwa penipuan dan manipulasi tidak hanya terbatas terjadi lewat komunikasi konvensional SMS dan telepon.

"Bisa juga berkomunikasi lewat medsos, pastikan hanya berhubungan dengan pihak terverifikasi. Kalau ada yang mencoba berkomunikasi dan tidak jelas bisa lapor untuk segera ditindak," pungkasnya. 

Berdasarkan laporan National Cyber Security Index (NCSI) per April 2020, Indonesia menempati ranking 77 dunia dengan torehan poin sebesar 38,96% terkait pengembangan indeks keamanan siber nasional. Dengan indeks pengembangan TIK di posisi 111 dan kesiapan jaringan di posisi 73 dunia.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar