14 Juni 2022
17:45 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Pemerintah berupaya mengakselerasi perluasan pasar ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak goreng sawit ke Pakistan. Selama ini, Indonesia dan Pakistan terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Pakistan bisa menjadi pasar yang potensial untuk minyak sawit asal Indonesia. Karena itu, peluang ekspor komoditas ini menjadi salah satu langkah strategis yang akan dijalankan Indonesia.
Hal ini juga ditekankan Menperin Agus kala bertemu langsung dengan Menteri Industri dan Produksi Pakistan Syed Murtaza Mahmud.
“Pemerintah telah memutuskan membuka ekspor minyak goreng kembali, setelah melihat kondisi pasokan yang terpenuhi di pasar domestik dan penurunan harga minyak goreng curah saat ini,” katanya dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa (14/6).
Menperin menjelaskan, pemerintah sedang menjalankan program percepatan distribusi CPO, refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan used cooking oil (UCO) melalui ekspor pada 7 Juni-31 Juli 2022.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengoptimalisasi dan stabilisasi antara produksi dan rantai perdagangan CPO, RBDPO, dan UCO di Indonesia. Program tersebut berlaku bagi seluruh eksportir, dengan alokasi ekspor ditetapkan sebesar 1 juta ton.
Adapun setiap eksportir yang mengikuti program, akan diberikan alokasi paling sedikit 10 ton kelipatannya.
“Saya yakin terbitnya regulasi terkait ini dapat mempercepat impor CPO dan turunannya ke Pakistan,” imbuhnya.
Agus berharap, pertemuan bilateral ini juga dapat memperluas hubungan kerja sama kedua negara di bidang ekonomi, yaitu dengan kelanjutan perundingan Indonesia-Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA).
Sejalan dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi kedua negara pasca pandemi covid-19. Ia pun mengingatkan, Indonesia punya potensi besar, dengan jumlah UMKM sebanyak 65 juta unit atau 99% mendominasi dari total unit usaha yang ada di dalam negeri.
“UMKM memberikan kontribusi hingga 60% terhadap PDB nasional,” paparnya.
Selain itu, UMKM di Indonesia menyerap tenaga kerja lebih dari 119,6 juta orang atau menyumbang sekitar 96,92% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Menperin optimistis, peningkatkan kerja sama di sektor industri dengan Pakistan akan mendongkrak kinerja ekspor nasional. Total perdagangan kedua negara mencatat pertumbuhan positif sebesar 6,65% selama 2017-2021 dan mencatat pertumbuhan positif sebesar 41,77% selama 2021-2022.
Pada 2021, total perdagangan bilateral mencapai US$3,9 miliar dengan total ekspor US$3,8 miliar dan impor dari Pakistan sebesar US$185 juta, yang keduanya didominasi oleh sektor nonmigas. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia terus mengalami nilai perdagangan yang positif. Pada 2021, nilai perdagangan tercatat sebesar US$3,6 miliar.
Sementara itu, total penanaman modal dari investor Pakistan di Indonesia dari 2018 hingga 2022 telah mencapai sebesar US$5,45 juta untuk 155 proyek. Dengan realisasi di sektor-sektor seperti industri makanan, tekstil, kayu, serta kimia dan farmasi.
“Minyak sawit dan minyak sawit mentah adalah produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Pakistan,” ungkap Agus.
Komoditas lainnya yang juga menjadi andalan ekspor Indonesia ke Pakistan, di antaranya serat stapel rayon viscose, mobil dan kendaraan bermotor lainnya, gearbox dan bagiannya, serta kertas uncoated dan kertas karton.