c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

03 Februari 2024

17:47 WIB

Indonesia Harus Tentukan Komoditas Utama Untuk Swasembada

Guru Besar IPB Antonius Suwanto menilai, Indonesia seharusnya mulai memetakan komoditas pangan apa saja yang bisa dan tidak bisa diswasembada.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

Indonesia Harus Tentukan Komoditas Utama Untuk Swasembada
Indonesia Harus Tentukan Komoditas Utama Untuk Swasembada
Pekerja mengolah kedelai untuk dijadikan tempe di industri tempe rumahan, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler IPB, Antonius Suwanto mengungkapkan Indonesia harus mampu menentukan dan memetakan komoditas pangan unggulan. Dengan demikian, bisa fokus untuk produksi dan mencapai swasembada pada komoditas tertentu yang diunggulkan tersebut.

Beberapa komoditas yang saat ini banyak diimpor selain beras adalah jagung, kedelai, dan bawang putih.

“Indonesia harus dilihat punya keunggulan apa saja. Kalau jagung sudah terbukti dan ada lahan, ada sistem. Tapi kalau kedelai, tanaman itu lebih cocok di subtropis,” jelas Anton kepada Validnews, Sabtu (3/2).

Baca juga: Bapanas Minta Bulog Segera Impor Kedelai

Menurut Anton, Indonesia juga perlu menyontoh Swiss yang dianggap mampu memproduksi aneka produk cokelat unggulan meskipun negara tersebut bukan penghasil tanaman coklat. Begitu juga dengan Indonesia yang dikenal dengan produk olahan kedelai menjadi tempe. Indonesia tak perlu swasembada kedelai untuk mampu memproduksi tempe.

“Kedelai itu kita tidak bisa memenuhi swasembada, jadi gak usah terlalu memaksakan. Mungkin karena lahan dan segala kondisi yang ada di petani tidak terlalu optimal dan tidak mendukung. Sehingga harga jual kedelai lokal lebih mahal daripada kita impor. Jadi nggak semua harus dipenuhi dari dalam negeri,” ujar Anton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Desember 2023 lalu, rata-rata produktivitas jagung nasional pada 2022 sebanyak 5,7 ton per hektare (ha), yang dihasilkan terbanyak dari Jawa Barat, Banten, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, NTB, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan produktivitas kedelai hanya sebesar 1,5 ton per ha yang banyak diperoleh dari Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: Ekonom: Distribusi Jagung Pakan Impor Redam Harga Daging Ayam

Selain itu, varietas jagung dengan rata-rata produktivitas tinggi berasal dari benih hibrida (6,2 ton per ha), disusul varietas benih komposit (5,1 ton per ha), dan benih lokal (3,4 ton per ha).

Adapun teknik penanaman pada dua komoditas ini, produktivitas lebih unggul dengan metode monokultur dibandingkan tumpangsari atau campuran. Pada komoditas jagung, teknik monokultur mampu meningkatkan produktivitas tanaman menjadi 5,9 ton per ha dan tumpangsari hanya 4,4 ton per ha. Sedangkan pada tanaman kedelai, teknik monokultur juga lebih tinggi produktivitasnya daripada tumpangsari, masing-masing menghasilkan 1,6 ton per ha dan 1,3 ton per ha.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar