c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

05 September 2024

19:14 WIB

Indonesia Hadapi Dua Tantangan Utama Capai Emisi Bersih

Tantangan kedua adalah bagaimana meningkatkan porsi penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, dan sumber energi baru lainnya seperti hidrogen dan amonia

<p>Indonesia Hadapi Dua Tantangan Utama Capai Emisi Bersih</p>
<p>Indonesia Hadapi Dua Tantangan Utama Capai Emisi Bersih</p>

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Antara Foto/Mohammad Ayudha/foc.

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, ada dua tantangan utama yang dihadapi Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, tantangan pertama adalah bagaimana mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang sudah ada, terutama pembangkit listrik tenaga batu bara.

“Untuk mengatasi ini, pemerintah tengah berupaya untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih bersih,” ujar Eniya dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Kamis (5/9).

Tantangan kedua adalah bagaimana meningkatkan porsi penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, dan sumber energi baru lainnya seperti hidrogen dan amonia, di tengah dominasi pembangkit listrik berbasis batu bara. 

Eniya mengatakan, Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai kapasitas terpasang energi terbarukan sebesar 367 gigawatt (GW) pada 2060.

Dia menyebutkan tenaga surya akan menjadi kontributor terbesar dengan target kapasitas terpasang mencapai 115 GW, diikuti oleh tenaga air 46 GW, dan pembangkit listrik tenaga angin sebesar 37 GW. 

“Sehingga tidak akan ada pembangkit listrik tenaga batu bara lagi setelah 2030,” ucapnya.

Meski target telah ditetapkan, Eniya menyebutkan implementasinya tidak mudah. Salah satu tantangan utama adalah menjaga stabilitas jaringan listrik.

Peningkatan penggunaan energi terbarukan yang bersifat fluktuatif, seperti tenaga surya dan angin, memerlukan sistem jaringan yang lebih fleksibel dan andal. Untuk mengatasi ini, diperlukan investasi dalam teknologi penyimpanan energi, seperti baterai, serta pengembangan sistem jaringan pintar, katanya.

“Di Indonesia bagian timur, banyak daerah yang belum memiliki jaringan listrik. Oleh karena itu, baterai menjadi solusi yang sangat penting untuk menyediakan listrik sehingga kita perlu membangun sistem jaringan pintar, termasuk baterai,” lanjutnya.

Eniya mengatakan, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia saat ini adalah 91 gigawatt. Dominasi sumber energi fosil, terutama batu bara, masih sangat besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan pada 2023 mencapai 13.155 MW atau 13,16 GW.

Realisasi pemanfaatan energi terbarukan didominasi oleh PLTA sebesar 6.784 MW, bioenergi 3.195 MW, panas bumi 2.417 MW, sementara realisasi pemanfaatan energi surya mencapai 573 MW.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi pada 2023 masih didominasi batu bara (40,46%), minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), sedangkan EBT 13,09%.



Jangan Ragukan Indonesia
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta semua pihak, tidak meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission dan berkontribusi bagi dunia yang lebih jauh.

Presiden Jokowi menyampaikan Indonesia memiliki potensi energi hijau melimpah, mencapai lebih dari 3.600 gigawatt, serta memiliki pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak, yang merupakan PLTS terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia.

Indonesia, kata Presiden Widodo, juga memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon melalui hutan mangrove. Namun dia mengatakan semua potensi yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal jika diperkuat dengan riset dan investasi atau pendanaan dari negara maju.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$14,2 miliar, hingga tahun 2025 guna meningkatkan kapasitas produksi listrik energi terbarukan (EBT) menjadi 8,2 gigawatt (GW).

"Kita memerlukan investasi hingga tahun depan (2025) investasi hingga US$14,2 miliar guna menaikkan kapasitas dari renewable itu hingga 8,2 gigawatt. Kita bisa menaikkan bauran energi terbarukan tahun depan dari 13% menjadi 21%," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dirinya menjelaskan, beberapa sumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaannya mencukupi dan melimpah untuk dijadikan sumber listrik yakni, solar sebesar 3.294 gigawatt, energi angin 155 gigawatt, air 95 gigawatt, arus laut 63 gigawatt, bahan bakar nabati 57 gigawatt, dan panas bumi 23 gigawatt. Menurut dia, pihaknya juga sudah menawarkan sumber energi panas bumi yang potensinya besar dan berperan penting dalam mewujudkan nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) kepada para investor.

"Jadi memang perlu dana yang besar, tetapi bukan tidak mungkin," katanya.

Tarif Baru
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan, pemerintah juga menerapkan struktur tarif baru yang lebih kompetitif untuk mendorong pertumbuhan investasi energi terbarukan. Dengan adanya tarif baru yang dinegosiasikan langsung antara perusahaan listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dan perusahaan listrik milik negara, PLN, diharapkan dapat menarik lebih banyak investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan proyek-proyek energi bersih di Indonesia.

Fleksibilitas tarif yang disesuaikan dengan teknologi dan lokasi proyek juga akan mendorong efisiensi dan inovasi dalam sektor energi terbarukan, kata dia. Rosan menjelaskan, Indonesia merupakan rumah bagi berbagai sumber daya terbarukan dengan potensi kapasitas 3.700 gigawatt, tetapi sejauh ini baru kurang dari 1 persen yang telah dimanfaatkan.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan potensi energi terbarukan di Asia Tenggara sangat besar. IEA memperkirakan, pada 2040, pangsa energi terbarukan dalam pembangkitan listrik di kawasan ini akan meningkat hampir tiga kali lipat dari tingkat saat ini. Adapun energi surya dan angin sebagai sumber dominan, yakni mencapai 70% dari total pembangkitan listrik di kawasan tersebut.

Namun, Rosan mengatakan, negara berkembang seperti Indonesia kerap menghadapi tantangan ketika beralih ke energi terbarukan, seperti infrastruktur yang tak memadai, persyaratan investasi awal yang besar, dan kesulitan dalam memperoleh pembiayaan.

“Pada 2022, biaya investasi awal untuk proyek energi terbarukan di negara-negara berpenghasilan rendah 6,5% lebih tinggi daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi,” ucap Rosan.

Meski demikian, Rosan menyebut Indonesia terus berupaya untuk mengembangkan energi terbarukan untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060. Rosan menyebutkan Indonesia telah berhasil meningkatkan bauran energi terbarukan hingga mencapai 13 persen pada 2023 berkat sejumlah proyek besar yang didanai oleh investor domestik dan internasional.

Salah satunya adalah proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla berkapasitas 330 megawatt di Sumatra Utara, yang merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan AS dan Jepang. 

“Bulan lalu, kami juga meresmikan pembangkit listrik tenaga surya ground-mounted terbesar di Indonesia berkapasitas 100 megawatt di Jawa Barat bekerja sama dengan China,” ujarnya.

Rosan pun mendorong kolaborasi antara negara-negara maju, lembaga keuangan, dan investor untuk membantu negara-negara berkembang mengembangkan energi bersih. “Kita perlu investasi dan pendanaan hijau, transfer teknologi, penelitian dan pengembangan, serta akses ke pasar yang lebih luas untuk mencapai potensi penuh energi terbarukan. Indonesia berkomitmen untuk menjadi contoh di sektor energi terbarukan,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar