23 September 2022
10:32 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
BALI – Pemerintah Indonesia menilai kerja sama di sektor industri semikonduktor antara Indonesia dan Amerika Serikat potensial untuk direalisasikan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pertemuan bilateral antara kedua negara yang diselenggarakan di Bali, Kamis (22/9).
Delegasi Indonesia diwakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, sedangkan US Trade Representative, Ambassador Katherine Tai yang mewakili Pemerintah Amerika Serikat.
Agus menyebutkan AS memiliki produsen semikonduktor yang cukup besar, antara lain Intel, Micron Technology, Qualcomm, Broadcom, Texas Instruments, dan NVIDIA. Sementara itu, Indonesia memiliki sumber daya bahan baku seperti pasir silika yang melimpah di beberapa wilayah Jawa, Sumatra dan Kalimantan.
“Investasi yang akan hadir nanti, diharapkan dapat memperkuat rantai nilai di sektor-sektor industri lainnya, seperti otomotif, komunikasi, dan elektronik,” papar Agus.
Kementerian Perindustrian telah menyusun peta jalan jangka menengah 2022-2030, untuk pengembangan industri semikonduktor di Indonesia.
“Untuk mendukung langkah tersebut, pemerintah akan memberikan sejumlah insentif kepada investor industri semikonduktor,” imbuhnya.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua negara menyatakan berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan kerja sama melalui Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF). Kerangka kerja sama IPEF dinilai dapat menjadi respons yang tepat dalam mengalamatkan kondisi dan dinamika global hari ini.
Kondisi yang terjadi saat ini, mengharuskan semua negara untuk mengedepankan kerja sama yang lebih erat dalam menciptakan keseimbangan, kemakmuran, dan pembangunan yang berkeadilan, terutama di kawasan Indo-Pasifik.
“Menindaklanjuti apa yang sudah disepakati pada IPEF Ministerial Meeting di Los Angeles beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia menyampaikan kesiapan dan menegaskan komitmennya untuk mengikuti seluruh Pilar IPEF,” kata Menko Airlangga di Bali, Kamis (22/9).
Hal tersebut disambut positif oleh Ambassador Tai, dan menyampaikan terima kasih serta apresiasi yang tinggi atas engagement dan keterlibatan Indonesia yang serius dan terbuka, guna mendorong hasil konkret dari kerja sama di IPEF.
“Berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, diharapkan akan menjadi kesempatan dan peluang dalam membangun kerja sama multilateral yang lebih baik, dan mampu berkontribusi besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan global,” ujar Ambassador Tai.
Investasi AS di Indonesia selama 2021 mencapai US$2,54 miliar yang terdiri dari 824 proyek. Sementara itu, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS pada 2021 sebesar US$37 miliar, naik 36% dibanding tahun sebelumnya.
Untuk tahun ini, total perdagangan Indonesia-AS sepanjang Januari-Juni 2022 sekitar US$20,3 miliar, atau meningkat 19% dari periode yang sama di 2021.
KTT G20 2022
Pada kesempatan yang sama, pemerintah juga membahas perkembangan penyelesaian beberapa isu sengketa perdagangan antara kedua negara di WTO (DS 478). Kemudian pembahasan perlunya tetap mendorong skema kerja sama bilateral Indonesia-AS, begitu pula kesepakatan agar Indonesia tetap mendapatkan fasilitas GSP dari AS.
Menko Airlangga kembali menyampaikan, perlunya dukungan Amerika Serikat pada pelaksanaan KTT G20 di bulan November 2022 nanti, agar tercapai konsensus dalam Leaders’ Declaration. Ambassador Tai menyampaikan, konsensus di G20 sangatlah penting, walaupun saat ini pertemuan KTT G20 berlangsung pada masa sulit karena pengaruh dinamika geopolitik global.
Keduanya bersepakat, sebaiknya G20 lebih fokus ke solusi masalah-masalah ekonomi dan keuangan dunia, dan tidak mengedepankan permasalahan geopolitik.
Ambasador Tai juga menyampaikan apresiasi atas peran Indonesia yang mengambil tanggungjawab besar dalam kepemimpinan pada Presidensi G20 2022. Berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, diharapkan akan menjadi kesempatan dan peluang dalam membangun kerjasama multilateral yang lebih baik, dan mampu berkontribusi besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan global.