07 Februari 2025
15:58 WIB
Indonesia Diyakini Bisa Jadi Pemain Utama Industri Antariksa
Sektor antariksa disebut telah menjadi bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045
Pertemuan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dengan Asosiasi Antariksa Indonesia (AAI) di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu (5/2/2025). ANTARA/ Bappenas
JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy optimistis, Indonesia dapat memperkuat posisi sebagai pemain utama di industri antariksa.
"Keberadaan AAI (Asosiasi Antariksa Indonesia) adalah langkah penting untuk menyatukan visi dan strategi semua pemangku kepentingan dalam pengembangan antariksa. Melalui kolaborasi yang kuat, kita dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri ini,” ungkapnya dalam pertemuan dengan AAI di Gedung Bappenas, dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Jumat (7/2).
Harapan tersebut dilandasi potensi besar Indonesia di bidang antariksa. Seperti peluncuran roket, manufaktur satelit, eksplorasi luar angkasa, hingga industri pertahanan,
Dalam pertemuan tersebut, Rachmat menegaskan pentingnya teknologi antariksa sebagai salah satu pilar strategis dalam mendukung agenda pembangunan nasional. Sektor antariksa disebut telah menjadi bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
"Keantariksaan telah menjadi bagian penting dalam RPJPN 2025-2045," katanya.
Pemanfaatan teknologi antariksa diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional. Termasuk penguatan pertahanan, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Dengan memanfaatkan teknologi satelit, dapat mendukung transformasi digital, memperluas akses komunikasi, dan meningkatkan efisiensi pelayanan publik.
Peluncuran satelit Palapa A1 dianggap menjadi tonggak sejarah yang membuktikan Indonesia mampu berdiri sejajar, dengan negara maju dalam memanfaatkan teknologi antariksa.
Namun, lanjutnya, capaian ini baru langkah awal, sehingga Indonesia harus memastikan ekosistem industri antariksa berkembang secara berkelanjutan untuk mendukung kemandirian teknologi dan pertumbuhan ekonomi.
Rachmat Pambudy berharap AAI dapat melanjutkan kesuksesan satelit Palapa untuk mendorong fungsi satelit sebagai pendukung untuk berbagai kebutuhan strategis. Termasuk komunikasi, Internet of Things (IoT), navigasi, dan data bumi, guna mendukung pertahanan, ekonomi, serta transformasi digital.
Kepala Bappenas juga menyoroti tantangan yang dihadapi sektor ini. Seperti kurangnya regulasi spesifik, terbatasnya pendanaan sektor swasta, serta infrastruktur dan sumber daya manusia yang belum memadai.
“Kita tidak hanya membutuhkan kebijakan yang mendorong investasi, tetapi juga ekosistem inovasi yang mampu mempercepat pertumbuhan industri antariksa nasional. Ini termasuk penguatan SDM, pembenahan infrastruktur, dan kolaborasi lintas sektor,” ucapnya.
Transformasi kelembagaan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 33 Tahun 2021 yang mengalihkan fungsi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga menjadi salah satu tantangan dalam pengadaan citra satelit.
“Untuk itu, pemerintah telah menyusun strategi jangka pendek berupa pembelian data satelit, jangka menengah dengan pengembangan sistem pengolahan data secara mandiri, serta jangka panjang yang diarahkan pada pembangunan satelit nasional berbasis kemampuan dalam negeri,” tandasnya.
Peran Strategis
Sebelumnya, Asosiasi Antariksa Indonesia menyatakan siap untuk memperkuat posisi dan peran strategis Indonesia di industri antariksa internasional. Ketua Asosiasi Antariksa Indonesia Adi Rahman Adiwoso mengatakan, dengan pesatnya perkembangan inovasi teknologi, Indonesia harus memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kapabilitas, serta kapasitas teknologi antariksa agar dapat bersaing di industri antariksa global.
"Dengan begitu, Indonesia bisa melangkah lebih maju meninggalkan posisi yang dulunya hanya sebagai pengguna ruang angkasa (space), kini mempunyai kemampuan untuk memproduksi hingga meluncurkan teknologi-teknologi antariksa," imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjutnya Asosiasi Antariksa Indonesia dibentuk untuk menjadi landasan kuat dalam membangun kolaborasi yang berkelanjutan antara pemerintah, sektor swasta, pertahanan, serta institusi penelitian, sehingga Indonesia mempunyai kemampuan untuk mengakses antariksa secara mandiri.
Dikatakannya Asosiasi Antariksa Indonesia resmi didirikan 21 Januari 2025, di Jakarta dengan pendiri dan Dewan Pengurus Asosiasi Antariksa Indonesia. Terdiri dari praktisi di industri satelit nasional, Adi Rahman Adiwoso dan pengusaha muda nasional, Aryo PS Djojohadikusumo serta David Fernando Audy.
Pendirian asosiasi disaksikan Ketua National Air and Space Power Center of Indonesia (NASPCI), Marsekal Pertama TNI Dr. Penny Radjendra, serta Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Robertus Heru Triharjanto, B. Eng., M.Sc.
Menurut Adi Rahman, pendirian Asosiasi Antariksa Indonesia dilandasi visi besar untuk mendukung kemajuan industri antariksa nasional, sehingga Indonesia menjadi salah satu pemain utama di dunia internasional.
"Asosiasi Antariksa Indonesia berkomitmen akan terus meningkatkan peran strategis Indonesia, memajukan teknologi, dan industri antariksa nasional bagi pembangunan, kesejahteraan, serta keamanan negara Indonesia,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Antariksa Indonesia Aryo PS Djojohadikusumo menambahkan, antariksa memiliki peranan penting bagi Indonesia dalam aspek geopolitik, ekonomi dan inovasi teknologi.
Melalui pengelolaan antariksa secara mandiri dan memanfaatkan teknologi antariksa terkini, maka turut serta membantu Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto merealisasikan Asta Cita yang fokus meningkatkan sistem pertahanan negara, swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Sebab, tambahnya, pemanfaatan antariksa beserta teknologinya akan memudahkan pemerintah dalam memantau dan mengelola Sumber Daya Alam (SDA) hingga menemukan potensi sumber daya energi baru.
"Kedaulatan akses ke antariksa penting untuk penyediaan jasa yang bisa mendukung produksi pangan dan energi. Seperti satelit penginderaan jarak jauh untuk mendapatkan data aktual tentang kondisi tanah, air, dan unsur hara. Hal ini penting di era Pemerintahan Presiden Prabowo yang mengutamakan kedaulatan pangan, energi, dan air," bebernya.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Dr. Robertus Heru Triharjanto mengatakan, BRIN siap mendukung Asosiasi Antariksa Indonesia untuk memaksimalkan potensi industri keantariksaan.
Dia menegaskan, BRIN siap bekerja sama dengan Asosiasi Antariksa Nasional terutama dalam program riset, pengembangan SDM dan inovasi teknologi, diplomasi antariksa, hingga fasilitasi industri antariksa.
"Kami optimistis kolaborasi ini akan memperkuat daya saing Indonesia di industri antariksa internasional,” pungkasnya.