c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

28 November 2023

17:56 WIB

Indonesia Bidik Produksi Bioetanol Sampai 750.000 KL

Molases tebu yang dijadikan bioetanol bisa dicampur ke dalam BBM, seperti yang dilakukan Pertamina pada produk Pertamax Green 95

Penulis: Yoseph Krishna

Indonesia Bidik Produksi Bioetanol Sampai 750.000 KL
Indonesia Bidik Produksi Bioetanol Sampai 750.000 KL
Ilustrasi pembuatan bioetanol dari tanaman tebu di Brasil. Shutterstock/Alf Ribeiro

JAKARTA - Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha menyebut produksi bioetanol Indonesia masih sangat rendah, yakni di kisaran 40.000 kilo liter (KL) per tahun.

Jumlah itu masih sangat jauh dari yang diharapkan untuk mengejar target bauran EBT. Untuk kontribusi 2% per tahun saja, dibutuhkan paling tidak produksi 750.000 KL bioetanol per tahun.

"Kita coba menaikkan produksi bioetanol sampai 750.000 KL per tahun, itu pun baru berkontribusi 2%," sebut Satya dalam sesi diskusi salah satu stasiun TV swasta, Selasa (28/11).

Bioetanol sendiri dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM). Sebagai contoh, PT Pertamina (Persero) telah meluncurkan produk Pertamax Green 95 yang notabene merupakan campuran 50% Pertamax RON 92, 45% Pertamax Turbo RON 98, dan 5% bioetanol.

"Pertamina sudah memasukkan (bioetanol) ke dalam campuran untuk Pertamax Green 95, tapi secara keseluruhan masih sangat kecil," kata dia.

Satya meyakini molases tebu sebagai bahan baku bioetanol dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk campuran BBM jika dilihat dari aspek komersial.

Baca Juga: Komisi VII Minta Keekonomian Pertamax Green 92 Dihitung Lebih Matang

Namun demikian, pemerintah dihadapkan pada dua pilihan, yakni etanol for food dan etanol for energy

Menurutnya, seluruh negara yang ingin mengembangkan bioetanol mengalami dilema serupa, mengingat harga etanol lebih menguntungkan jika digunakan untuk pangan ketimbang untuk energi.

"Kebanyakan menganggap etanol for food masih bagus harganya, maka kenapa bahan baku bioetanol yang rata-rata molases itu masih diekspor dengan jumlah yang cukup masif," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumitro Samadikoen meyakini penggunaan tebu sebagai salah satu bahan baku untuk bioetanol punya prospek yang bagus supaya tebu bisa dimanfaatkan untuk produk selain gula.

Di sisi lain, produksi bioetanol sebesar 750.000 KL per tahun hanya bisa menyumbang 2% terhadap bauran EBT. Sedangkan, tujuan utama dari produksi tebu ialah pemenuhan produksi gula yang masih belum sesuai harapan.

Karena itu, Sumitro menilai harus ada hitung-hitungan dan data yang matang soal potensi tebu untuk dijadikan bioetanol yang kemudian dicampurkan ke BBM.

"Sebelum berpikir ke sana, kita harus serius mencapai swasembada gula karena kepentingan kita untuk memenuhi kebutuhan pangan dari sisi minuman," ucap Sumitro.

Lebih lanjut, Satya menegaskan pemerintah akan memanfaatkan bioetanol secara komersial supaya bisa berkompetisi. Pasalnya, bioetanol ke depan akan dikompetisikan dengan harga BBM umum yang harganya masih tinggi.

Sebelum itu, DEN akan melihat faktor yang mengakibatkan bioetanol menjadi kurang kompetitif. Misalnya soal pengenaan cukai yang akan dikomunikasikan dengan Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Kementerian ESDM Luncurkan Peta Jalan Implementasi Bioetanol

Kemudian, diperlukan juga diskresi percepatan dari penerbitan Izin Usaha Industri (IUI) di Kementerian Perindustrian untuk setiap fuel terminal. Dengan begitu, ia optimis harga etanol menjadi lebih kompetitif.

"Kita siap juga komunikasikan dengan Kemenkeu yang kebetulan Menteri Keuangan itu juga anggota DEN untuk bisa membedah supaya molases digunakan secara maksimum di dalam negeri," ujar Satya.

Tak sampai situ, feedstock bioetanol juga akan didiversifikasi. Artinya, produksi bioetanol tak hanya mengandalkan molases tebu, tetapi juga batang kelapa sawit, sorgum, alga, dan alternatif lainnya.

"Tapi yang terpenting harga bioetanol akan dibuat sedemikian rupa supaya kompetitif. Kita harap nanti akan laporkan dalam bentuk rekomendasi dari Menkeu supaya diberi kemudahan seperti pajaknya yang dikurangi, itu bisa merangsang produksi etanol dijadikan bioetanol," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar