13 Februari 2025
09:14 WIB
Indonesia Ajak Malaysia Kembangkan Ekosistem Semikonduktor Bersama
Sejauh ini, sudah ada ekosistem manufaktur semikonduktor di kawasan ASEAN. Untuk Malaysia berlokasi di Johor dan Penang, ada Singapura, lalu di Indonesia ada di Batam dan Bintan
Wamenlu Arif Havas Oegroseno (kiri) berbincang dengan sejumlah mahasiswa Indonesia usai memberikan kuliah umum di Management and Science University (MSU), Shah Alam, Selangor, Malaysia, Rabu (12/2/2025). Antara Foto/Virna Puspa Setyorini
KUALA LUMPUR - Indonesia mengajak Malaysia mengembangkan ekosistem manufaktur semikonduktor yang sudah ada di regional secara bersama-sama.
“Tadi saya menawarkan gagasan, hardware-nya ada di kita, raw mineral-nya ada di kita juga, talentanya juga ada di kita. Kita harus leverage itu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno usai memberikan kuliah umum dalam Global Madani Interact di Mangement and Science University di Shah Alam, Selangor, Malaysia, Rabu (12/2).
Havas mengatakan ada ekosistem manufaktur semikonduktor di kawasan ASEAN. Untuk Malaysia berlokasi di Johor dan Penang, ada Singapura, lalu di Indonesia ada di Batam dan Bintan.
“Jadi ini ekosistem. Yang datang dari pabrik berbagai belahan dunia ke Asia Tenggara dan semakin meningkat. Ini yang bisa kita kembangkan lagi di masa depan,” ujar dia.
Dia mengatakan, gagasan untuk mengembangkan ekosistem manufaktur semikonduktor di kawasan itu sudah sempat dibahas saat bertemu dengan Sekretaris Politik Senior Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Shamsul Iskandar di sela-sela sesi kuliah umum. Mereka membahas apa yang ke depan bisa dikembangkan bersama, terutama dalam konteks Keketuaan ASEAN-Malaysia saat ini, ujar dia.
Dalam kuliah umum dengan ratusan peserta dari berbagai kalangan di Malaysia, dengan tema “the Muafakat Indonesia-Malaysia for Economic Growth and Security Stability of ASEAN in the Digital Age”, Havas mengatakan, itu semua menjadi hal jangka panjang yang bisa dikembangkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.
Penelitian dan pengembangan bersama dalam hal ekonomi digital dapat dilakukan dua negara. Ia pun mengatakan DeepSeek yang dikembangkan di China sangat menarik karena pada dasarnya adalah sebuah open source.
Jika saja ada kompetisi atau kontes di antara pengembang dari Indonesia dan Malaysia, dengan pendanaan tertentu, lanjutnya, pengembangan kecerdasan buatan tertentu atau sesuatu seperti DeepSeek dengan gaya Nusantara mungkin saja dikembangkan, ujar dia.
“Jika China dapat membuat DeepSeek, mungkin sudah saatnya kita berpikir mengapa kita tidak melakukan hal sama, karena ini teknologi open source bukan close technology,” kata Havas.
Ia menegaskan, Indonesia dan Malaysia perlu mengelaborasi kolaborasi posisi strategis kedua negara, kekuatan ekonomi, kekuatan pada stabilitas politik, dan juga mempertimbangkan memiliki bahan dasar mineral.
Bahan Baku
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir ingin ada pembangunan semikonduktor di Indonesia, mengingat Indonesia sendiri memiliki bahan baku penting untuk komponen semikonduktor. Hal tersebut Erick sampaikan ketika bertemu dengan delegasi dari sektor swasta Amerika Serikat di Kementerian BUMN, Jakarta pada Kamis (5/12), salah satunya dengan perusahaan teknologi Intel.
"Intel mereka sudah bekerja sama dengan Himbara dan macam-macam, itu proses B2B saja. Cuma yang saya challenge, kalau bisa pembangunan semikonduktor bisa di Indonesia, jangan di negara lain," ujarnya.
Dalam pertemuan dengan delegasi dari sektor swasta Amerika Serikat tersebut, Erick Thohir menyampaikan, Indonesia memiliki bahan baku untuk komponen semikonduktor yakni selenium.
"Dalam pertemuan tersebut ada Intel, tadi saya sampaikan turunan dari refinery yang sudah ada di Gresik yang mungkin bulan September 2025 sudah mengeluarkan hasil, maksudnya turunan downstream-nya salah satunya adalah selenium," imbuhnya.
Ia berharap Intel dan perusahaan-perusahaan semikonduktor Amerika Serikat lainnya tertarik dan mau mulai berinvestasi di Indonesia, terutama pada pembangunan sektor semikonduktor.
"Kalau Intel melihat Indonesia itu pasar yang besar, tidak ada salahnya investasi mulai digerakkan juga di Indonesia dan kebetulan kita punya bahan bakunya," kata Erick.