21 Juni 2022
20:56 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak negara-negara di dunia untuk menerapkan konsep pengurangan kehilangan dan pemborosan makanan (food loss and waste/FLW). FLW sendiri adalah konsep untuk mengurangi makanan yang terbuang secara percuma.
"Besarnya potensi penurunan FLW yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ketersediaan pangan menjadi alasan mengapa aspek ini menjadi target pencapaian pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab," ujarnya dalam Workshop on Gap Analysis on FLW Indices, Jakarta, Selasa (21/6).
Menurutnya, penanganan FLW yang baik akan mampu meningkatkan ketersediaan dan ketahanan gizi suatu negara. Di samping itu, mampu meningkatkan efisiensi di sepanjang rantai nilai pangan, sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan yang ramah lingkungan.
Baca Juga: FAO: Produktivitas Pangan Indonesia Harus Atasi Stunting
Tak lupa, Syahrul menekankan, FAO melaporkan bahwa sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia terbuang dan menjadi sampah yang tidak dapat didaur ulang.
"Sementara di saat yang sama, kebutuhan pangan dunia harus dapat tercukupi untuk 9 miliar penduduk di 2050. Karena itu, perlu kiranya kita menerapkan FLW," sebutnya.
Sementara itu, hasil kajian Bappenas mengestimasi jumlah FLW di Indonesia selama periode 2000-2019 berkisar antara 115-184 kg/kapita/tahun.
Baca Juga: Ironi Pemborosan dan Kehilangan Pangan Yang Bikin Gamang
Sebagai salah satu pilar ketahanan pangan, upaya mengurangi FLW secara signifikan dapat meningkatkan ketahanan pangan. Konkret, mengurangi sekitar 25% kehilangan produksi padi di Indonesia, akan meningkatkan ketersediaan pangan beras hingga 4 kg/kapita.
Untuk itu, Mentan optimistis, upaya mengurangi FLW secara signifikan akan dapat meningkatkan ketahanan pangan. Khususnya di sisi ketersediaan, yang merupakan bagian penting dalam pembangunan pertanian di masa depan.
Meski begitu, saat ini masih terdapat kesenjangan antara metode pengukuran dan ketersediaan data untuk mengestimasi food loss index dan food waste index di berbagai negara, termasuk negara anggota G20.
"Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam mengukur kemampuan setiap negara, dalam mendukung ketersediaan pangan global," katanya.

SYL berharap, melalui workshop ini nantinya akan ada peningkatan pemahaman dalam mengimplementasikan metode pengukuran FLW. Untuk itu, komitmen dari setiap negara anggota G20 sangat dibutuhkan dalam membangun ketahanan pangan yang lebih baik.
Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Bappenas akan terus mengupayakan peningkatan kualitas pengukuran FLW di Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga akan berupaya konsisten meningkatkan manajemen data dan metoda pengendalian FLW. Serta mengembangkan variabel dan indikator yang sesuai untuk mengurangi FLW.
"Sekali lagi, saya katakan, sektor pertanian memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karena itu, permasalahan pangan dan gizi yang saat ini dihadapi banyak negara harus kita pecahkan bersama," paparnya.