c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

25 April 2025

19:22 WIB

Indef: Hadapi Perang Dagang, RI Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor Halal

CSED Indef menilai Indonesia perlu belajar dari Malaysia perihal kesigapan mendiversifikasi pasar ekspor halal dalam menanggapi kondisi perang tarif/dagang.

Penulis: Siti Nur Arifa

<p id="isPasted">Indef: Hadapi Perang Dagang, RI Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor Halal</p>
<p id="isPasted">Indef: Hadapi Perang Dagang, RI Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor Halal</p>

Sejumlah pengunjung berkonsultasi mengenai sertifikasi Halal kepada petugas LPPOM MUI Jateng di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/8/2024). Antara Foto/ Aji Styawan

JAKARTA - Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) Indef Nur Hidayah mengatakan, Indonesia sejatinya memiliki momentum tepat untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor halal, terkait situasi ketidakpastian global akibat perang dagang yang saat ini terjadi.

Hidayah membeberkan, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam industri fesyen muslim, demikian pula untuk kosmetik dan personal yang menduduki peringkat kelima dunia.

Peringkat sama juga diperoleh dari industri bioteknologi dan farmasi halal, diikuti media dan hiburan islami yang berada di peringkat ke enam dunia.

"Pencapaian ini tentu saja menjadi sebuah kekuatan yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar dan produk halal," ujar Hidayah, dalam diskusi publik Indef bertajuk Dampak Perang Dagang Bagi Ekonomi dan Keuangan Syariah, Jumat (25/4).

Hidayah memaparkan, ekspor produk halal Indonesia mencapai US$41,42 miliar pada periode Januari 2024. Meski demikian kontribusinya terhadap total ekspor global masih relatif kecil.

Hal tersebut menunjukkan, sektor halal Indonesia belum sepenuhnya menjadi ujung tombak dalam diplomasi ekonomi nasional.

Baca Juga: BPJPH Prioritaskan Genjot Daya Saing Global Produk Halal

Belajar dari Malaysia
Lebih lanjut, Hidayah menyebut Indonesia perlu belajar dari Malaysia dalam upaya memperluas diversifikasi ekspor halal, dalam upaya mendukung visi Halal Industry Masterplan 2030 Malaysia. Upaya ini gencar dilakukan baik sebelum maupun sesudah adanya kebijakan tarif resiprokal Trump.

Apalagi, menurutnya, Indonesia memiliki potensi sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

"Malaysia memperluas ekspor ke Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, serta memperkuat hubungan dagang dengan China, India, dan Asia. Mereka juga memanfaatkan berbagai kemudahan yang diberikan oleh negara lain untuk mengakses pasar baru dengan tarif yang lebih rendah dan berfokus pada industri yang bernilai tinggi," urai Hidayah.

Bicara mengenai potensi pasar, Hidayah menyebut beberapa negara yang bisa menjadi target ekspor halal di antaranya Afrika Subsahara, yang menunjukkan pertumbuhan kelas menengah pada kawasan ini dapat meningkatkan konsumsi produk halal.

Begitupun dengan kawasan Timur Tengah, di mana permintaan terhadap kosmetik dan fesyen syariah cukup meningkat signifikan.

"Tak lupa Asia Selatan dan Tengah dengan ekspansi industri halal lokal yang membuka peluang ekspor baru, sehingga ada beberapa rekomendasi strategis yaitu pengembangan roadmap ekspor halal non-food and beverage yang berfokus pada sektor fashion, kosmetik, dan bioteknologi," tambahnya.

Baca Juga: Produk Halal Indonesia Kalah Dari Banyak Negara, BPJH Beberkan Alasannya

Mengamini paparan Hidayah, ekonom senior sekaligus pendiri Indef Didik Rachbini juga mengatakan Indonesia perlu meningkatkan promosi industri halal secara lebih merata, terutama ke kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).

Namun, dirinya melihat sejauh ini pemerintah tidak maksimal dalam berupaya melakukan perluasan pasar ke kawasan tersebut.

"Saya melihat Inisiatif (pemerintah) ke Kawasan MENA tidak maksimal. Padahal kawasan MENA adalah pasar alternatif yang sangat potensial, karena daya belinya kuat," ujar Didik kepada Validnews, Rabu (23/4).

Didik menyebut negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council) seperti UEA, Arab Saudi, dan Qatar memiliki permintaan tinggi atas produk makanan, tekstil, furniture, dan produk halal.

Ke depan, menurutnya pemerintah perlu menunjukkan keseriusan dalam membuka jalan atas potensi pasar tersebut. Termasuk di antaranya memfasilitasi standarisasi bagi para pelaku usaha produk halal, efisiensi produksi, dan akses ke pasar global.

"Indonesia punya positioning kuat di pasar halal, produk makanan, dan industri kreatif berbasis budaya Islam," tegasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar