Ikan Tuna Asal Biak Makin Laris, Targetkan Pasok 16 Ton Ke Luar Papua
Tidak hanya tuna, nelayan lokal Pulau Papua mampu memasok berbagai produk perikanan ke pasar luar Papua, seperti marlin, cakalang, dan ikan karang.
Ilustrasi - Nelayan mengeluarkan ikan tuna beku. Dok KKP
JAKARTA - Kekayaan laut Indonesia, salah satunya ikan tuna hasil tangkapan nelayan lokal di perairan Biak, Papua berhasil menembus pasar Pulau Sulawesi dan Jawa. Kini koperasi lokal berencana memasok ikan sebanyak 16 ton per bulan ke luar Papua.
Teranyar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan, sebanyak 28 ton ikan tuna beku asal Biak, Papua telah dikirim ke Sulawesi Utara dan Jawa Tengah. Adapun masing-masing sebanyak 14 ton tuna beku dipasarkan ke dua kota, Bitung dan Semarang.
Plt Dirjen Perikanan Tangkap KKP Lotharia Latif mengatakan, pengiriman ikan tersebut menandakan lonjakan signifikan dalam skala bisnis usaha koperasi nelayan, khususnya di Biak. Menurutnya, bisnis lokal mampu tumbuh sejak 2023.
"Sebanyak 14 ton ikan tuna beku dikirim (dari Biak) ke Bitung, bersamaan dengan pengiriman ke Semarang, Jawa Tengah dengan jumlah yang sama," ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Sabtu (22/3).
Latif menyampaikan, ikan tuna yang dipasok ke luar Papua merupakan hasil usaha Koperasi Samber Binyeri Maju (KSBM) di Kampung Nelayan Modern (Kalamo) Biak, Papua. Ia mengapresiasi peningkatan produktivitas dalam pengelolaan usaha perikanan tersebut.
Menurutnya, peningkatan produktivitas itu menjadi langkah maju KSBM. Dia menilai, komoditas perikanan dan kelautan merupakan tulang punggung ekonomi pesisir yang perlu mendapatkan dukungan kelembagaan dan strategi pasar yang baik.
“Kami melihat perkembangan yang sangat positif dari KSBM dalam mengoptimalkan potensi perikanan di Biak Numfor. Semoga ke depannya tidak hanya pasar domestik, namun bisa merambah pasar internasional,” tutur Latif.
KKP mencatat, KSBM telah melakukan empat kali pengiriman ikan ke kota Semarang dengan total volume 64 ton sepanjang Mei 2024 hingga Februari 2025. Secara rata-rata, koperasi di Biak mengirim sekitar 6,4 ton ikan per bulan.
Dengan meningkatnya kepercayaan nelayan terhadap koperasi, KSBM menargetkan pengiriman ikan dengan volume lebih banyak mulai sekarang. Adapun KSBM membidik pengiriman ikan sebanyak 16 ton ikan per bulan.
"Kini dengan semakin meningkatnya kepercayaan nelayan terhadap koperasi, KSBM menargetkan tiap bulannya pengiriman ikan sebanyak 16 ton ikan," sebut Latif.
Pada kesempatan sama, Ketua KSBM Adam Mampioper mengatakan, peningkatan ini tidak terlepas dari kehadiran Gudang Beku Portabel (GBP). Menurutnya, fasilitas itu sangat memudahkan kegiatan menyimpan dan mendistribusikan ikan.
Adam menerangkan, fasilitas gudang beku tersebut membuat nelayan makin yakin kualitas hasil tangkapannya tetap terjaga. Dengan demikian, ikan akan terserap di sejumlah pasar dengan harga yang lebih baik, ditambah proses pemasaran yang lebih efisien.
“Pada pengiriman kali ini, ikan yang dikirim berasal dari berbagai kampung di Distrik Swandiwei, termasuk Samber, Binyeri, Adoki, Farusi, Mandinder, Yenbepioper, dan Swaipak. Jenis ikan yang dikirim meliputi tuna, marlin, cakalang, ikan karang dan ikan lainnya yang memiliki permintaan tinggi di pasar nasional,” ungkap Adam.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, keberhasilan KSBM di Kalamo Biak diharapkan dapat menjadi contoh bagi koperasi nelayan lainnya. Sehingga dapat direplikasi di berbagai daerah untuk memperkuat ekosistem perikanan yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan bagi nelayan mealalui korporasi nelayan.