18 September 2024
08:49 WIB
IHSG 18 September 2024 Diperkirakan Bergerak Sideways
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (18/9) diperkirakan bergerak sideways, di tengah beragam sentimen dari bursa saham global dan komoditas.
Editor: Fin Harini
Pegawai membersihkan lantai di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Global (IHSG) di Gedung Bursa Efek, Jakarta, Kamis (28/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (18/9) diperkirakan bergerak sideways, di tengah beragam sentimen dari bursa saham global dan komoditas.
“Nikkei dibuka menguat hari ini 0,98%, sementara KOSPI tutup. Kami memperkirakan IHSG akan bergerak sideways hari ini, di tengah sentimen yang beragam dari pasar global,” sebut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia dalam laporan riset harian, Rabu (18/9).
Hari sebelumnya, Selasa (17/9), bursa AS ditutup mixed. Dow turun 0,4%, sementara S&P 500 naik 0,03%, dan Nasdaq menguat 0,20%.
“S&P 500 ditutup hampir flat setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di saat pasar menunggu keputusan The Fed terkait pemotongan suku bunga,” lanjut Samuel Sekuritas.
Yield UST 10Y menguat 0,029bps atau 0,80% ke 3,65%, dan Indeks USD naik 0,22% ke 100,9.
Pasar komoditas juga ditutup mixed pada perdagangan Selasa (17/9). Harga minyak WTI naik 0,88% ke US$71,2/bbl dan batu bara naik 1,75% ke US$139,7/ton, sedangkan nikel turun 1,15% ke US$16.136/ton, dan emas melemah 0,46% ke US$2.570,9/toz.
Senada, bursa Asia ditutup mixed pada perdagangan Selasa (17/9). Indeks Nikkei melemah 378,60 poin atau 1,03% ke 36.203,19 indeks Hang Seng melemah 237,90 poin atau 1,37% ke 17.660,01, dan indeks Strait Times menguat 22,98 poin atau 0,25% ke 3.593,41.
IHSG ditutup di level 7.831,8, dengan net buy asing sebesar Rp678,7 miliar, rinciannya Rp669,7 miliar di pasar reguler, dan Rp9 miliar di pasar negosiasi.
Net buy asing terbesar di pasar reguler dicatatkan oleh BRIS (Rp303,8 miliar), disusul BBCA (Rp285,4 miliar), dan BMRI (Rp214,9 miliar).
Net sell asing terbesar di pasar reguler dicatatkan oleh BBRI (Rp131,2 miliar), disusul ADRO (Rp109,6 miliar), dan BREN (Rp95,7 miliar). Top leading movers adalah BMRI, GOTO, BBCA, sedangkan top lagging movers adalah BREN, DNET, TPIA.
Pada bulan Agustus 2024, surplus perdagangan Indonesia melonjak ke US$2,89 miliar, jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar US$1,96 miliar.
“Angka ini juga melampaui batas atas perkiraan kami sebesar US$2,32 miliar. Angka tersebut menunjukkan kinerja perdagangan yang kuat, didorong oleh pertumbuhan ekspor dan peningkatan impor,” sebut Samuel Sekuritas.
Ekspor tumbuh 7,13% YoY, menandai pertumbuhan tertinggi dalam 19 bulan, didorong oleh permintaan yang tinggi untuk komoditas utama dan nilai tukar yang menguntungkan. Impor juga meningkat sebesar 9.46%, yang menunjukkan pemulihan konsumsi domestik dan permintaan untuk input manufaktur.
Meski di tengah ketidakpastian global, Indonesia membukukan surplus perdagangan kumulatif sebesar US$23,71 miliar di delapan bulan pertama tahun 2024. Namun, ada potensi perlambatan perdagangan di masa depan akibat melambatnya industri.
Adapun emiten yang menjadi sorotan pagi ini adalah MRDL, GOTO dan TOWR.
PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) menyiapkan capital expenditure (capex) sebesar Rp330 miliar untuk tahun 2024. Manajemen menyampaikan sebesar Rp120 miliar dari total anggaran tersebut akan digunakan untuk memperluas kapasitas pusat logistik di Cibitung. Sisanya akan dialokasikan untuk menyewa peralatan IT untuk bisnis minyak dan gas, serta memperbarui peralatan IT internal perusahaan.
Lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) terkait kemitraan strategis dengan Alibaba untuk memperkuat ekonomi digital Indonesia melalui pemanfaatan teknologi Alibaba Cloud selama lima tahun.
Alibaba berkomitmen mempertahankan saham sebesar 88.531.124.993 lembar saham seri A GOTO (8,21% kepemilikan). Nota kesepahaman kemitraan ini ditandatangani pada 13 September 2024, dan layanan cloud GoTo akan mulai bermigrasi ke sistem Alibaba Cloud pada Oktober 2024.
Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi operasional GoTo, menyederhanakan proses, dan menekan biaya melalui penggunaan teknologi cloud dan kecerdasan buatan.
Terakhir, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang berencana menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terleboh dahulu (PMHMETD) dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp9 triliun.
Rencana dari aksi korporasi ini bertujuan untuk melunasi hutang anak usaha PT Protelindo serta untuk modal kerja. TOWR masih menunggu untuk persetujuan RUPSLB pada tanggal 25 Oktober untuk detail lebih lanjut.