c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

11 September 2025

13:50 WIB

IHSG Naik-Turun Karena Apa?

IHSG berfungsi sebagai barometer utama untuk menunjukkan kondisi pasar saham secara keseluruhan sedang naik (bullish), turun (bearish), atau stabil.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">IHSG Naik-Turun Karena Apa?</p>
<p id="isPasted">IHSG Naik-Turun Karena Apa?</p>

Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan kata lain, IHSG bisa diibaratkan sebagai termometer kondisi pasar saham Indonesia. Saat IHSG naik, artinya secara umum harga saham cenderung meningkat dan kondisi pasar sedang optimis (bullish).

Begitupun sebaliknya, ketika IHSG turun, maka berarti pasar tengah melemah atau mengalami tekanan (bearish).

Bagi investor, IHSG bukan hanya sekadar angka. Indeks ini menjadi alat penting untuk membaca sentimen pasar, menilai kesehatan ekonomi nasional, serta membantu mereka memperkirakan peluang dan risiko investasi.

Namun demikian, fluktuasi IHSG adalah hal yang alami atau wajar dan tidak dapat dihindari di pasar saham. Selain itu, fluktuasi IHSG tidak terjadi begitu saja tanpa sebab.

Mengutip dari laman Mirae Asset Sekuritas, ada sejumlah faktor yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi pergerakan indeks saham ini. Apa saja?

Baca Juga: Dibuka Menguat, IHSG Kamis (11/9) Diramal Cenderung Melemah

Pertama, sentimen pasar dan perasaan investor. Kedua, kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah. Ketiga, performa dan laporan keuangan perusahaan. Keempat, volume transaksi saham. Kelima atau terakhir adalah isu politik dan sosial.

Senada, Perencana Keuangan Melvin Mumpuni mengamini bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan harga saham bisa naik dan turun.

"Pastinya di pasar modal ada penawaran (supply) dan permintaan (demand), yang diakibatkan dari kondisi ekonomi makro, misal inflasi, suku bunga dan lain sebagainya," kata Melvin kepada Validnews, Kamis (11/9).

Dia menjelaskan, kondisi makro akan berpengaruh pada industri. Dia memberikan contoh, pada saat suku bunga acuan turun, bunga pinjaman akan turun. Industri yang padat modal seperti manufaktur dan properti bisa diuntungkan.

Selanjutnya, dari sisi perusahaan tercatat atau emiten, adanya inovasi bisnis atau berita positif juga dapat mempengaruhi pergerakan IHSG.

Menurut Melvin, kebijakan pemerintah juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Dia menjelaskan, selama investor baik di dalam negeri maupun luar negeri merasa nyaman dan menilai investasi di Indonesia menguntungkan, maka mereka mau menanamkan dananya.

"Misal Indonesia aman secara politik, investor merasa aman," jelas dia.

Ia mencontohkan pada aksi demo yang berlangsung beberapa hari lalu sempat terjadi kerusuhan yang ditunggangi oknum tidak bertanggung jawab. Hal ini, kata Melvin, dapat menimbulkan kesan Indonesia tidak lagi aman.

"Investor asing bisa takut investasi di Indonesia. Makanya beberapa hari setelah kejadian tersebut, ada dana asing keluar (capital flight) hingga Rp16 triliun (awal September 2025)," ujarnya.

Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022).  ANTARA FOTO/Galih Pradipta 

Pengaruh Menteri Keuangan Baru
Kepada Validnews, Kamis (11/9), Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, pelaku pasar saat ini bersikap wait and see dan menantikan kebijakan dan kemampuan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan baru, menggantikan Sri Mulyani.

"Para pelaku pasar akan menantikan terkait dengan gebrakan maupun juga program daripada Menteri Keuangan yang baru ini agar bisa diterima oleh pasar, karena kita tahu pelemahan IHSG kan sifatnya sementara (temporary) ya, atau dalam hal ini kan fase korektif dari IHSG kan sifatnya kan temporary," kata Nafan.

Asal tahu saja, Presiden Prabowo Subianto secara resmi melantik Purbaya sebagai Menteri Keuangan pada Senin (8/9) sore atau menjelang penutupan perdagangan pasar saham.

Pelaku pasar sempat bereaksi negatif dan terjadi aksi jual saham. Imbasnya, IHSG yang mulanya dibuka menguat jadi berbalik ditutup melemah ke level 7.766,85 poin, merosot 100,50 poin atau 1,28% dari perdagangan sebelumnya.

Hal ini mencerminkan kehati-hatian investor terhadap arah kebijakan fiskal di bawah sang nakhoda baru di Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Baru Mau Mulai Investasi Saham? Simak Tipsnya Buat Pemula!

"IHSG awalnya menguat ya tapi ditutup di zona negatif itu karena adanya aksi profit taking yang dilakukan oleh pelaku pasar merespons pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani," ujar Nafan.

Kendati demikian, Nafan meyakini pelemahan IHSG hanya bersifat sementara. Pada perdagangan hari ini, Kamis (11/9) siang atau pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG menguat 66,44 poin atau 0,86% menjadi 7.765,44.

Meski begitu, para pelaku pasar masih menunggu pembuktian dari Menteri Keuangan yang baru. Salah satunya adalah dalam upaya menjaga APBN.

"Menteri Keuangan yang baru ini tentunya juga diharapkan bisa mampu membuktikan baik itu dari sisi kapasitas maupun kapabilitasnya sebagai Menteri Keuangan," tutur dia.

Selain Purbaya, terdapat tiga menteri dan satu wamen yang dilantik Prabowo Subianto, antara lain Mukhtarudin sebagai Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI)/Kepala BP2MI, Ferry Juliantono sebagai Menteri Koperasi, Irfan Yusuf sebagai Menteri Haji dan Umrah, serta Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai Wakil Menteri Haji dan Umrah.

Sementara itu, terdapat beberapa menteri yang dicopot oleh Prabowo, di antaranya Budi Gunawan dari jabatan Menko Polkam, Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan, Abdul Kadir Karding dari jabatan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI)/Kepala BP2MI, Budi Arie Setiadi dari jabatan Menteri Koperasi, dan Dito Ariotedjo dari jabatan Menpora.

Nafan melanjutkan, Bank Indonesia (BI) juga diharapkan dapat menerapkan kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut. Apalagi, Bank Indonesia masih berpeluang untuk menerapkan kebijakan peluang pelonggaran moneter di sisa tahun ini, yakni sebesar 25 hingga 50 basis poin (bps). Jadi, diharapkan kualitas di pasar bisa meningkat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar