20 Agustus 2025
09:58 WIB
IHSG Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga BI-Rate Agustus
Meski dibuka menguat, sentimen negatif datang dari pelemahan USD/IDR menjadi level 16.229. Katalis hari ini, yaitu keputusan Bank Indonesia mengenai BI rate.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Pekerja BEI berswafoto di depan layar digital yang menampilkan pergerakan IHSG yang sempat mencapai ATH ke level 8.000 saat Presiden Prabowo menyampaikan pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR, Jakarta, Jumat (15/8). Antara Foto/Asprilla Dwi Adha
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip dari RTI, dibuka langsung ke zona hijau di level 7.874,89 pada perdagangan Rabu (20/8). Pada pukul 09.25 WIB, IHSG menguat sebesar 51,95 poin atau 0,66% menjadi ke level 7.914,90.
Meski dibuka menguat, PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG hari ini akan bergerak di kisaran support level 7.802 dan resistance level 7.932.
"Kami memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 7.802 dan resistance pada level 7.932 dengan kecenderungan melemah," tulis Tim Riset, Jakarta, Rabu (20/8).
Baca Juga: Awasi RDG BI, IHSG Diproyeksi Bergerak Datar Dengan Peluang Menguat
Pada pagi ini atau saat laporan ini dibuat, bursa utama Asia melemah. Indeks Nikkei 225 melemah 1,52% dan Indeks Kospi melemah 1,97%.
IHSG pada hari Selasa (19/8) ditutup pada level 7.862,95 atau terkoreksi 0,45%. Pelemahan dipimpin oleh saham-saham sektor infrastruktur sebesar 2,20% dan energi 1,09%.
Sementara itu, asing membukukan net buy sebesar Rp1,23 triliun di pasar reguler dengan saham-saham yang paling banyak dibeli seperti BBRI, BMRI, TLKM, BBCA, dan AMMN.
Sentimen negatif dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi level 16.229. Adapun peluang katalis IHSG hari ini yaitu keputusan Bank Indonesia mengenai BI rate.
"Kami perkirakan (BI-Rate Agustus 2025) akan tetap pada level 5,25%," katanya.
Secara teknikal, candle IHSG membentuk formasi two black crows, di bawah MA5, indikator Stochastic dead cross.
"Dengan demikian, kami proyeksikan hari ini IHSG akan mengalami pelemahan. Berikut saham pilihan hari ini BBNI, LPKR, ISAT, dan UNVR," urainya.
Sementara itu, indeks utama bursa AS ditutup cenderung mendatar. Sentimen datang dari adanya potensi penurunan suku bunga The Fed pada bulan depan dan rilisnya laporan keuangan kuartal II.
Bergerak Bervariasi
Terpisah, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memperkirakan IHSG pada tengah pekan akan bergerak bervariasi.
"IHSG hari ini (20/8) diprediksi bergerak bervariasi dalam kisaran 7.800-7.880," kata Ratih dalam kajian resmi, Rabu (20/8).
Baca Juga: Pasar Cermati Pertemuan Bank Sentral Dunia, IHSG Diprediksi Mendatar
Adapun, sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini, antara lain dari dalam negeri, IHSG koreksi dalam dua hari beruntun.
Pelemahan IHSG kemarin (19/8) disebabkan oleh koreksinya saham Big Banks. Meskipun IHSG koreksi, namun investor asing tercatat inflow di seluruh pasar ekuitas domestik senilai Rp863 miliar.
Inflow pasar reguler kemarin Selasa (19/8) didominasi oleh saham Blue Chip, seperti ASII Rp852 miliar, BBRI Rp144 miliar, AMMN Rp131,4 miliar, dan BBCA Rp80 miliar.
Hari ini, pelaku pasar mencermati rilis BI-Rate yang diproyeksikan tetap pada level 5,25%. Suku bunga tetap setelah BI-Rate turun tiga kali masing-masing 25 bps sejak awal 2025. Sementara, hingga akhir tahun proyeksi suku bunga pada kisaran 4,75-5%.
Dari Mancanegara, Bursa Wall Street bervariasi cenderung tertekan. Berlainan dengan kondisi indeks yang koreksi, saham Intel (INTC) naik 6,97% pada Selasa (19/8).
Pasalnya, Softbank resmi membeli saham Intel senilai US$2 miliar atau 2% dari seluruh saham beredar, sekaligus menjadi pemegang saham terbesar ke-5. Softbank optimistis intel dapat berinovasi dalam ekosistem AI.
Sementara, Bursa Asia Pasifik pada perdagangan kemarin sebagian besar tertekan. Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,38% dan Hang Seng turun 0,21% pada Selasa (19/8).
Indeks Nikkei 225 koreksi dilanda aksi profit taking setelah catatkan ATH di awal pekan. Jika diakumulasi sejak awal tahun, indeks Nikkei 225 dan Hang Seng masing-masing telah terapresiasi 9,15% dan 25,24%. Iklim suku bunga rendah Tiongkok menjadi pemicu kenaikan indeks Hang Seng.
Selain itu, kondisi yen Jepang dan dolar AS yang terkendali cenderung melemah berdampak pada inflow di pasar ekuitas.