c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

24 September 2025

13:20 WIB

IHSG Melemah, Sikap Hati-Hati The Fed Dan Inflasi AS Jadi Sebab

IHSG melemah karena tertekan sikap dovish The Fed dan risiko inflasi AS. Pelemahan tertahan sentimen positif dari laporan OECD September soal proyeksi pertumbuhan ekonomi RI yang naik 2025.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>IHSG Melemah, Sikap Hati-Hati The Fed Dan Inflasi AS Jadi Sebab</p>
<p>IHSG Melemah, Sikap Hati-Hati The Fed Dan Inflasi AS Jadi Sebab</p>

Pekerja berjalan di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/6/2025). Antara Foto/Fauzan

JAKARTA - IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan sesi I, Rabu (24/9), ditutup pada zona merah. IHSG melemah sebesar 3 poin atau 0,04% menjadi ke level 8.121. 

Secara keseluruhan, Pilarmas Investindo Sekuritas mengungkapkan, pelemahan tak hanya menghinggapi IHSG, namun juga Bursa regional Asia.

"Sentimen pasar tampaknya tertekan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang cenderung berhati-hati dalam kebijakan moneter selanjutnya," tulis Tim Riset, Jakarta, Rabu (24/9).

Dalam pidatonya dalam acara Kamar Dagang di Rhode Island, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengambil sikap hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

Powell menekankan, jalur penurunan suku bunga The Fed masih belum jelas karena menghadapi tantangan untuk mengekang inflasi, sekaligus mendukung pasar tenaga kerja yang melemah. Sentimen ini mendorong aksi jual. 

"Pasar memiliki pandangan bahwa sikap Powell tersebut memberikan indikasi akan ketidakpastian terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan di bulan berikutnya dan The Fed dalam menetapkan kebijakan berdasarkan data ekonomi terkini di setiap pertemunnya dengan mempertimbangkan tingginya risiko inflasi dan kondisi ketat pasar tenaga kerja," terangnya.

Selanjutnya, perhatian pasar tertuju pada sektor manufaktur Jepang yang berkontraksi tajam dalam enam bulan terakhir pada September, sementara pertumbuhan jasa melambat ke level terendah dalam tiga bulan. 

Perusahaan-perusahaan terus menunjukkan kehati-hatian terhadap prospek di tengah ketidakpastian domestik dan perubahan kebijakan perdagangan global. 

Pilarmas Investindo Sekuritas menuturkan, indeks IHSG bergerak variatif tampaknya dipengaruhi sentimen pasar global. Sementara sentimen positif dari dalam negeri muncul dari laporan OECD September 2025, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di prediksi tumbuh sebesar 4,9% di 2025. 

Adapun, prediksi ini naik sebesar naik 0,2 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang dirilis pada Juni 2025. Kenaikan prediksi tersebut mengindikasikan resiliensi konsumsi domestik RI, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang pro dalam menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. 

"Pada sesi pertama hari ini, saham-saham yang mengalami kenaikan terbesar LPPS, GTRA, JARR, FISH, COIN. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar SKBM, LIVE, SOTS, ROCK, LAPD," bebernya.

Secara Teknis IHSG Masih Dalam Tren Kenaikan
Terpisah, secara teknikal, Senior Market Analyst M. Nafan Aji Gusta mengatakan, IHSG mengalami tren kenaikan (uptrend).

"Hal itu didukung Stochastics KD dan RSI yang menunjukkan sinyal positif, serta MA20 dan MA60 yang bergerak cenderung ke atas, didukung kenaikan volume. Bahkan, JCI Daily Net Foreign Buy tercatat Rp5,55 triliun," ungkap Nafan kepada Validnews, Rabu (24/9).

Sayangnya, harapan untuk menurunkan Fed Rate sebanyak dua kali kembali memudar ketika Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan nada dovish dalam pidatonya.

Dia menegaskan, arah kebijakan akan sangat bergantung pada data inflasi dan pasar tenaga kerja. Apalagi, inflasi AS sudah meninggalkan target yang ditetapkan sebesar 2%.

Dari domestik, lanjut Nafan, perilisan suplai uang M2(yoy) per Agustus 2025 dari BI di level 7,6%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil perilisan sebelumnya sebesar 6,6%. 

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit industri perbankan pada akhir 2025 hanya satu digit, yakni mencapai 8-11%, lebih rendah dibanding proyeksi BI pada akhir tahun lalu sebesar 11-13%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar