c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

02 Januari 2025

09:40 WIB

IHSG Awal Tahun 2025 Dibuka Cerah

Hingga pada pukul 09.10 WIB, IHSG menguat sebesar 29,94 poin atau 0,42% menjadi ke level 7.109,84.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">IHSG Awal Tahun 2025 Dibuka Cerah</p>
<p id="isPasted">IHSG Awal Tahun 2025 Dibuka Cerah</p>

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat pembukaan perdagangan bursa 2025 di Bursa Efek Indonesia (BE), di Jakarta (2/1). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal perdagangan tahun 2025, dikutip dari RTI, dibuka di level 7.079,90.

IHSG dari awal dibuka di zona hijau. Hingga pada pukul 09.10 WIB, IHSG menguat sebesar 29,94 poin atau 0,42% menjadi ke level 7.109,84.

Meski dibuka menguat, PT Reliance Sekuritas Tbk justru memproyeksikan IHSG pada hari ini akan bergerak bervariasi cenderung menguat.

"Kami memproyeksikan pergerakan IHSG akan bervariasi dengan kecenderungan menguat dengan support pada level 6.999 dan resistance pada level 7.121," tulis Tim Riset dalam kajian, Kamis (2/1).

Dari bursa Asia, pada pagi ini, indeks Kospi mengalami pelemahan 0,26%. Sedangkan, bursa saham Jepang tutup karena libur nasional tahun baru.

IHSG pada Senin (30/12) ditutup pada level 7.079,91 atau menguat 0,62%. Penguatan IHSG dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi 3,01% dan consumer non-cyclicals 2,28%.

Sementara itu, asing membukukan net sell sebesar Rp254.26 miliar di pasar regular dengan saham-saham yang paling banyak dijual seperti BBRI, BMRI, BBNI, GOTO, dan BBCA.

Sentimen positif datang dari penguatan nilai tukar USD/IDR ditengah pelemahan bursa saham regional karena rilis data PMI manufaktur China bulan Desember turun ke level 50,1 atau lebih buruk dari konsensus pada level 50,3.

Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk hammer (reversal pattern) dan indikator stochastic golden cross pada area oversold. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar melanjutkan kenaikannya.

Adapun, saham yang memiliki potensi naik pada beberapa hari mendatang, yaitu BREN, CUAN, TAPG, dan MEDC.

Sementara itu dari bursa US, mayoritas indeks utama ditutup melemah. Sentimen negatif menjelang penutupan tahun 2024 datang dari rilis data PMI manufaktur China bulan Desember yang lebih buruk dari konsensus.

Secara terpisah, Mandiri Sekuritas memperkirakan IHSG pada awal tahun akan bergerak dengan rentang support di 7.010 dan resistance di 7.110.

"Pergerakan IHSG hari ini, kami estimasi akan bergerak dengan rentang support di 7.010 dan resistance di 7.110. Pergerakan IHSG dalam intermediate-term akan bergerak dalam range 6.940-7.130," tulisnya, Kamis (2/1).

IHSG ditutup menguat terbatas dengan posisi harga yang mengalami pergerakan bullish (intraday) serta IHSG terindikasi membentuk long white candle berdasarkan penutupan perdagangan 30 Desember 2024.

Proyeksi Lain
Di sisi lain, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memproyeksikan IHSG pada Kamis (2/1) bergerak mixed.

"IHSG hari ini (2/1) diprediksi bergerak mixed dalam range 7.000-7.110," kata Ratih dalam kajian resmi, Kamis (2/1).

Adapun, sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini, antara lain dari dalam negeri, IHSG rebound pada akhir perdagangan bursa di tahun 2024.

Sepanjang 2024, IHSG terkoreksi 2,65%. Berbagai katalis mempengaruhi volatilitas pergerakan IHSG di tahun 2024, mulai dari kondisi ekonomi hingga politik. Kondisi tersebut memberikan dampak pada lemahnya daya beli, serta depresiasi nilai tukar rupiah.

Sementara itu, Pemerintah resmi mengenakan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah (PPnBM). Berdasarkan perhitungan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 131 Tahun 2024 (PMK 131/2024) dijelaskan bahwa selain barang mewah barang dan jasa akan dikenakan PPN sebesar 11%. Peraturan tersebut resmi berlaku mulai 1 Januari 2025.

Sebelumnya wacana kenaikan PPN 12% berlaku bukan hanya untuk barang mewah sesuai yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Menimbang hal tersebut, kondisi ketidakpastian regulasi berpotensi memberikan sentimen negatif terhadap pasar saham karena dapat menimbulkan outflow di pasar keuangan domestik.

Dari mancanegara, Indeks utama Wall Street kompak mengalami koreksi di akhir tahun. Hal ini memberikan sinyal atas kehati-hatian The Fed dalam memangkas suku bunga lanjutan di tahun 2025 dan kebijakan tarif Presiden Trump.

Sementara, dari Asia, Badan Pusat Statistik (BPS) China melaporkan Indeks PMI manufaktur pada Desember 2024 masih berada di level ekspansif sebesar 50,1 poin.

Aktivitas pabrik mengalami kenaikan seiring dengan naiknya output produksi dan jumlah pesanan baru. Jika diakumulasi, indeks PMI manufaktur China berada di level ekspansif selama tiga bulan beruntun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar