09 Oktober 2024
14:25 WIB
Hospital Expo 2024 Targetkan 12.000 Pengunjung Per Hari
Salah satu daya tarik utama Hospital Expo 2024 adalah beragam inovasi teknologi kesehatan yang dipamerkan. Mulai dari alat diagnosis terbaru, peralatan bedah canggih, hingga sistem IT RS terintegrasi
Ilustrasi pameran industri kesehatan Indonesia International Hospital Expo yang digelar tahun lalu di Jakarta Convention Center (JCC). dok.Antara
JAKARTA - Indonesia International Hospital Expo ke-36, pameran industri kesehatan, siap digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 16-19 Oktober 2024. Acara tahunan ini menjadi ajang berkumpulnya para pelaku industri kesehatan, dari produsen alat kesehatan hingga rumah sakit, untuk memamerkan inovasi terbaru dan menjalin kerja sama.
Dengan target 12.000 pengunjung per hari dan lebih dari 600 peserta pameran, Hospital Expo 2024 diperkirakan akan menjadi salah satu event terbesar di sektor kesehatan se-Asia Tenggara tahun ini.
Tidak hanya dihadiri oleh pelaku industri dalam negeri, tetapi juga peserta dari berbagai negara di Asia dan Eropa.
"Kami sangat antusias menyambut Hospital Expo tahun ini. Acara ini bukan hanya sekadar pameran, tetapi juga menjadi platform bagi para pelaku industri untuk bertukar pengetahuan dan memperkuat jaringan," ujar Yudha Imam Sutedja, Direktur Marketing & Finance PT. Okta Sejahtera Insani, penyelenggara acara Hospital Expo, seperti dikutip Antara, Rabu (9/10).
Salah satu daya tarik utama Hospital Expo 2024 adalah beragam inovasi teknologi kesehatan yang dipamerkan. Mulai dari alat diagnosis terbaru, peralatan bedah canggih, hingga sistem informasi rumah sakit yang terintegrasi.
"Pengunjung dapat melihat langsung dan mencoba berbagai produk terbaru, serta berkonsultasi dengan para ahli di bidangnya," kata Yudha.
Selain fokus pada industri kesehatan, Hospital Expo 2024 juga memberikan perhatian pada edukasi kesehatan untuk masyarakat umum. Sejumlah kegiatan menarik seperti pemeriksaan kesehatan gratis, konsultasi dengan dokter, dan seminar kesehatan akan diselenggarakan.
Topik-topik yang akan dibahas dalam seminar antara lain "Diagnosis MS/Neuromyelitis Optica (NMO) dan "Pentingnya Menjaga Kualitas Hidup Setelah Terdiagnosis MS/NMO" bersama Presiden Yayasan Multipel Sklerosis Indonesia (YMSI), R.A. Kanya Puspokusumo dan Sekretaris YMSI Dr. dr. Riwanti Estiasari, Sp.S (K).
Kemudian, "Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik" pada 19 Oktober 2024 bersama pembicara Ika Putri Dewi, psikolog klinis Yayasan Pulih.
Bagi para pelaku industri, Hospital Expo 2024 juga menyediakan wadah untuk menjalin kerja sama melalui Business Matching Forum. Hajatan ini ini akan mempertemukan para produsen alat kesehatan dengan rumah sakit, distributor, dan para calon pembeli dari berbagai negara.
Potensi Industri Alkes
Industri alat kesehatan (alkes) domestik di Indonesia tumbuh signifikan secara Compound Annual Growth Rate (CAGR). Terutama dipicu oleh lonjakan permintaan selama pandemi covid-19. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian dan asosiasi industri terkait, pertumbuhan industri alkes di Indonesia selama beberapa tahun terakhir (2020-2023) diperkirakan mencapai sekitar 12-15% per tahun.
Hal ini didorong oleh peningkatan kapasitas produksi domestik, dukungan pemerintah dalam investasi, dan substitusi produk impor dengan produk lokal, terutama di sektor alat medis esensial seperti masker dan ventilator.
Produk alkes Indonesia mulai menembus pasar internasional, terutama di wilayah ASEAN, dengan produk seperti jarum suntik, masker, dan peralatan kesehatan dasar. Sedangkan, Indonesia masih mengandalkan impor untuk alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti MRI, CT Scan, dan peralatan laboratorium modern. Kebutuhan akan teknologi canggih ini membuat impor alkes tetap tinggi meskipun produksi domestik meningkat.
Pemerintah sendiri memberikan berbagai insentif, termasuk tax holiday dan kemudahan perizinan, untuk meningkatkan investasi di sektor alkes. Dengan begitu, potensi pertumbuhan industri alkes di Indonesia di masa depan masih cukup besar, terutama dengan adanya dukungan dari pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan daya saing produk lokal.
Namun, menurut Himpunan Pengembangan Ekosistem Alkes Indonesia (HIPELKI), Indonesia masih tergantung kepada bahan baku, komponen, dan teknologi impor. Jadi yang terbangun adalah kemandirian semu (pseudo-resiliency) yang sangat berbahaya untuk masa depan ketahanan alat kesehatan.
Ketua Umum HIPELKI Randy H. Teguh mengatakan, untuk membangun kemandirian alkes, perlu paradigma yang tepat, yaitu bahwa suatu negara yang tidak memiliki ketahanan kesehatan dapat mengalami keruntuhan dalam bidang-bidang esensial lain, termasuk bidang ekonomi.
"Pandemi covid-19 telah membuktikan bahwa keberadaan rantai pasok tradisional saja tidak mampu mendukung ketahanan alkes, karena itu diperlukan pembentukan suatu sistem organik yang bisa bergerak cepat dan fleksibel, yaitu ekosistem alkes," kata Randy.
Dia menambahkan, pada masa dan setelah pandemi covid-19, pemerintah terus berusaha mendorong kemajuan industri alkes dengan membuka berbagai kesempatan untuk meningkatkan penggunaan alkes dalam negeri dan mendorong kegiatan ekspor.
“HIPELKI mengapresiasi dan mendukung upaya ini, tetapi bila kita kita belajar dari negara lain yang telah lebih dulu mandiri, seperti China, Korea, India dan Taiwan–industri alkes hanya dapat berkembang bila terbentuk ekosistem alkes yang kuat dan lengkap,” tandasnya.