c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

20 Mei 2025

19:04 WIB

Hippindo Optimis Ritel Tumbuh, Tapi Perlu Penyederhanaan Aturan

Hippindo meyakini perdagangan ritel di dalam negeri masih tumbuh positif, namun pemerintah dinilai perlu menyederhanakan aturan agar investasi asing di dalam negeri segera terealisasi.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Hippindo Optimis Ritel Tumbuh, Tapi Perlu Penyederhanaan Aturan</p>
<p id="isPasted">Hippindo Optimis Ritel Tumbuh, Tapi Perlu Penyederhanaan Aturan</p>

Sejumlah calon pembeli memilih buah untuk kebutuhan berbuka puasa di salah satu pusat perbelanjaan di Medan, Sumatera Utara, Minggu (2/3/2025). AntaraFoto/Yudi Manar

JAKARTA - Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah meyakini sektor ritel di Indonesia masih bertumbuh. Minat investor asing untuk berinvestasi di sektor ritel pun masih kuat.

Besarnya peluang pertumbuhan ritel di dalam negeri, menurut Budihadjo, sejalan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk Indonesia yang berlimpah. Sehingga, ia menilai, isu yang berkembang saat ini soal banyaknya ritel di dalam negeri yang tutup tak perlu dikhawatirkan.

"Satu statement saya, ritel di Indonesia masih optimis. Karena kita punya negara begitu besar, penduduknya banyak. Bahkan luar negeri datang mau investasi juga banyak," ujar Budihardjo saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), di Jakarta, Selasa (20/5).

Baca Juga: Hippindo: Banyak Toko Ritel Tutup Karena Kalah Saing

Budihardjo yang juga menjabat sebagai ketua umum ATEC (Asian Trade, Tourism and Economic Council) mengaku sudah sangat banyak investor asing yang ingin berinvestasi di Indonesia. Jika investasi ini dipercepat, maka akan segera membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi di Indonesia.

Terkait investasi asing di Indonesia, Budihardjo menegaskan agar hal tersebut bisa segera direalisasi. Hanya saja terdapat pekerjaan rumah yang harus digarap, yakni aturan yang dinilai dobel.

Sementara saat ditanyai mengenai perkiraaan penurunan penjualan eceran yang dilihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada laporan Bank Indonesia (BI), Budihardjo menilai hal tersebut bisa terjadi karena banyaknya aturan untuk investasi di dalam negeri.

"(IPR) Itu turun karena terlalu banyak peraturan yang sebenarnya dobel-dobel. Jadi ekonomi kita tuh nggak boleh direm," imbuh dia.

Perlu diketahui, perkiraan penurunan penjualan eceran dari laporan BI tercatat akan terkontraksi 6,9% di April 2025, dari yang sebelumnya tumbuh 13,6%. Sedangkan Indeks Penjualan Riil April diperkirakan terkontraksi 2,2% (yoy) atau turun di level 231,1.

Menurut Budihardjo, hambatan aturan menyebabkan realisasi investasi di dalam negeri menjadi lambat. Hal ini ia nilai mendorong masyarakat makin memasifkan tindakan buka jasa titip (jastip) saat bertandang ke luar negeri.

Baca Juga: Peluang Sempit Tenaga Kerja Sektor Ritel

Meski nilai barang yang ditransaksikan dalam jastip terasa kecil, namun sebenarnya nilai barang-barang tersebut jika diakumulasi sangat besar. Alhasil uang yang seharusnya beredar di dalam negeri tersebut, justru mengalir ke luar negeri.

"Itu semua kan uangnya ke negara mereka. Kalau itu uangnya bisa ditarik di Indonesia karena peraturan kita gampang, ya turis juga datang (kesini). Kan turis juga akan bawa uang," tegasnya.

Adapun untuk bisa menyederhanakan aturan untuk investasi di Indonesia, Budihardjo menyatakan perlunya pembahasan lintas Kementerian/Lembaga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar