09 Oktober 2023
12:28 WIB
Editor: Fin Harini
BEIJING - Harga minyak melonjak lebih dari US$4 per barel di awal perdagangan Asia pada Senin (9/10) karena bentrokan militer dramatis antara pasukan Israel dan Hamas selama akhir pekan memperdalam ketidakpastian politik di Timur Tengah.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$4,18, atau 4,94%, menjadi US$88,76 per barel pada 0120 GMT. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di US$87,02 per barel, naik US$4,23 per barel atau 5,11%.
Lonjakan harga minyak membalikkan tren penurunan minggu lalu – penurunan mingguan terbesar sejak Maret – di mana Brent turun sekitar 11% dan WTI turun lebih dari 8% di tengah kekhawatiran mengenai tingginya suku bunga dan dampaknya terhadap permintaan global.
Kelompok Islam Palestina Hamas pada hari Sabtu (7/10), melancarkan serangan militer terbesar terhadap Israel dalam beberapa dekade, menewaskan ratusan warga Israel dan memicu gelombang serangan udara balasan Israel di Gaza yang berlanjut hingga Minggu (8/10).
"Meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah akan mendukung harga minyak... volatilitas yang lebih tinggi dapat diperkirakan terjadi" kata analis dari ANZ Bank dalam catatan untuk para kliennya.
Letusan kekerasan membuat upaya AS untuk menengahi pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Israel terancam gagal. Arab Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel dengan imbalan kesepakatan pertahanan antara Washington dan Riyadh.
Para pejabat Saudi dilaporkan telah mengatakan kepada Gedung Putih pada hari Jumat (6/10) bahwa mereka bersedia meningkatkan produksi minyak mentah tahun depan sebagai bagian dari usulan kesepakatan Israel.
Peningkatan produksi Saudi akan membantu mengurangi ketatnya pasokan setelah berbulan-bulan terjadi pengurangan pasokan dari produsen utama Arab Saudi dan Rusia.
Normalisasi hubungan Saudi-Israel kemungkinan akan membekukan langkah-langkah menuju perdamaian antara Arab Saudi dan Iran.
Serangan tersebut mendapat kecaman dari negara-negara Barat namun secara terbuka dipuji oleh Iran dan Hizbullah, sekutu Iran di Lebanon.
Perhatian pasar beralih pada kemungkinan keterlibatan Iran dalam serangan tersebut, yang telah dituduhkan oleh pihak berwenang Israel.
Vivek Dhar, analis di Commonwealth Bank of Australia, dalam sebuah catatan menyebut jika terdapat pengurangan pasokan dan gangguan pada transportasi minyak secara berkelanjutan akibat peningkatan ketegangan antara Israel dan Palestina, dampak pada harga minyak akan bertahan lama.
“Jika negara-negara Barat secara resmi menghubungkan intelijen Iran dengan serangan Hamas, maka pasokan dan ekspor minyak Iran akan menghadapi risiko penurunan,” kata Dhar.