c

Selamat

Jumat, 19 April 2024

EKONOMI

07 Desember 2022

10:13 WIB

Harga Minyak Mentah Merosot Ke Level Terendah Tahun Ini

Harga minyak mentah turun ke level sebelum perang Ukraina karena kekhawatiran akan kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Editor: Fin Harini

Harga Minyak Mentah Merosot Ke Level Terendah Tahun Ini
Harga Minyak Mentah Merosot Ke Level Terendah Tahun Ini
Ilustrasi pengeboran minyak. Shutterstock/dok

NEW YORK - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan yang bergejolak Selasa atau Rabu pagi WIB (7/12), ke tingkat penyelesaian terendah tahun ini. Brent berakhir di bawah US$80 per barel untuk kedua kalinya pada tahun 2022, karena investor meninggalkan pasar yang bergejolak di tengah ekonomi yang tidak menentu.

Dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari anjlok US$3,33 atau 4%, menjadi US$79,35 per barel pada saat penutupan. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) terpangkas US$2,68 atau 3,5%, dan ditutup di US$74,25 per barel, penyelesaian terendah tahun ini.

Harga minyak telah turun lebih dari 1% selama tiga sesi berturut-turut. Serangkaian berita bearish membuat investor ketakutan pengetatan kebijakan bank sentral akan menyebabkan resesi ekonomi dan melumpuhkan permintaan energi, di tengah gangguan pasokan akibat perang di Ukraina dan salah satu krisis energi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

"Sudah cukup tiga hari - dengan OPEC+ memutuskan untuk tidak memangkas produksi lebih lanjut pada Ahad (4/12/2022), dimulainya batas harga dan sanksi Rusia 'tanpa gigi' kemarin, dan penurunan di pasar ekuitas hari ini, mendorong spekulan minyak keluar di tengah pelarian dari aset-aset berisiko," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

Aktivitas sektor jasa-jasa di China mencapai titik terendah dalam enam bulan, dan ekonomi Eropa melambat karena tingginya biaya energi dan kenaikan suku bunga. Indeks-indeks acuan Wall Street juga jatuh pada Selasa (6/12) di tengah ketidakpastian seputar arah kenaikan suku bunga Federal Reserve dan pembicaraan lebih lanjut tentang resesi.

"Pasar masih bergerak dalam ketakutan bahwa Federal Reserve akan mendorong ekonomi ke dalam resesi," kata Analis The Price Futures Group, Phil Flynn, dalam sebuah catatan pada Selasa (6/12/2022).

Kemerosotan Selasa (6/12/2022) adalah penurunan harian terbesar dalam harga Brent sejak akhir September, yang telah diperdagangkan dalam kisaran US$62 tahun ini sebagai ayunan terluas mereka dalam satu tahun sejak krisis keuangan 2008.

"Kita bisa melihat WTI US$60 per barel seperti yang terjadi," kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. "Saya pikir US$80 akan menjadi harga tertinggi baru, dan saya akan sangat terkejut melihat harga yang lebih tinggi dari itu."

Pasar minyak juga sebagian besar mengabaikan ancaman terhadap pasokan, seperti yang berasal dari batas harga G7 sebesar US$60 pada ekspor minyak mentah lintas laut Rusia, yang kemungkinan akan membuat negara tersebut memangkas produksi minyaknya.

Rusia mengatakan tidak akan menjual minyak kepada siapa pun yang menandatangani batas harga. Produksi kondensat minyak dan gas Rusia Januari-November naik 2,2% dari setahun lalu, menurut Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, yang memperkirakan sedikit penurunan produksi menyusul sanksi terbaru.

Persediaan Minyak AS Turun
Di China, lebih banyak kota melonggarkan pembatasan terkait covid-19, mendorong ekspektasi peningkatan permintaan di importir minyak utama dunia itu, meskipun itu belum cukup untuk menghentikan penurunan harga minyak berjangka.

"Pasar minyak kemungkinan akan tetap bergejolak dalam waktu dekat, didorong oleh berita utama covid-19di China dan kebijakan bank sentral di AS dan Eropa," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Sementara itu, stok minyak mentah AS diperkirakan turun pekan lalu. Laporan mingguan American Petroleum Institute (API), sebuah asosiasi perdagangan nasional yang mewakili semua aspek industri minyak dan gas alam, pada Selasa (6/12/2022) melaporkan penurunan 6,426 juta barel minyak mentah dalam persediaan AS untuk pekan yang berakhir 2 Desember.

Para analis memperkirakan penurunan 3,884 juta barel untuk minggu tersebut. API melaporkan penurunan sebesar 7,85 juta barel pada minggu sebelumnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar