c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

19 September 2023

10:36 WIB

Harga Gula Terus Naik, Peneliti Sarankan Dua Hal Atasi Kenaikan

Harga gula saat ini terus mengalami kenaikan karena beberapa faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

Harga Gula Terus Naik, Peneliti Sarankan Dua Hal Atasi Kenaikan
Harga Gula Terus Naik, Peneliti Sarankan Dua Hal Atasi Kenaikan
Pedagang merapikan gula pasir yang dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (18/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran menyebutkan, gula yang merupakan salah satu bahan pokok saat ini harganya terus merangkak naik. Kenaikan harga gula ini, menurutnya, disebabkan beberapa faktor baik internal maupun eksternal Indonesia.

“Kenaikan harga gula di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga gula dunia, kenaikan biaya produksi terkait pupuk dan tenaga kerja, kekhawatiran dampak El Nino pada panen tebu tahun 2023 hingga 2024, serta penetapan harga beli di tingkat petani oleh pemerintah yang lebih tinggi,” kata Hasran dalam keterangan yang diterima Validnews, Selasa (19/9).

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga gula hari ini pukul 09.00 terpantau mengalami kenaikan 1,14% menjadi Rp15.120 di tingkat pedagang eceran dalam sepekan. Sedangkan menurut Hasran, saat ini rata-rata harga gula sudah naik sebesar Rp500 per kilogram (kg) di tingkat konsumen.

“Indonesia masih banyak bergantung pada impor untuk pasokan gula. Harga gula di pasaran internasional juga sudah meningkat dalam dua bulan terakhir akibat penurunan produksi di berbagai negara produsen, terutama seperti India, Thailand, dan Brasil,” ucap Hasran.

Penurunan produksi menurut Hasran juga menjadi faktor pendorong naiknya harga gula. Dia memperkirakan kebutuhan gula untuk tahun 2023 mencapai 6 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya bisa menyuplai sebanyak 2,2 juta ton. Inilah yang membuat Indonesia juga memerlukan impor gula.

“Ketergantungan pada impor ini terus meningkat sejak tahun 2014,” tuturnya.

Baca Juga: FAO: Harga Komoditas Pangan Dunia Agustus Turun 2,1%

Lebih lanjut, Hasran juga menilai kenaikan harga pupuk di pasar internasional turut mendorong harga gula naik. Ditambah adanya kekhawatiran El Nino yang akan mempengaruhi panen tebu di tahun 2023 hingga 2024, membuat pasar merespon dengan peningkatan harga sejak dini.

Bapanas juga telah menaikkan harga pembelian gula di tingkat petani minimal menjadi Rp12.500 per kg dari sebelumnya Rp11.500 per kg, atau naik Rp1.000. Penetapan harga ini telah diatur melalui Surat Edaran (SE) Badan Pangan Nasional Nomor 159/TS.02.02/K/6/2023 tentang Harga Pembelian Gula Kristal Putih Di Tingkat Petani yang mulai berlaku sejak 3 Juli 2023.

Kenaikan harga pembelian di tingkat petani tersebut diketahui bertujuan untuk menjaga keseimbangan harga gula dari hulu ke hilir.

Tambah Pasokan
Hasran pun meminta agar pemerintah bisa mengamankan pasokan gula dalam negeri dengan cara meningkatkan produksi, termasuk produktivitas yang lebih baik melalui penggunaan teknologi modern. Selain itu juga penggunaan benih tebu berjenjang, serta penataan varietas.

“Pemerintah juga sebaiknya melakukan diversifikasi sumber impor gula. Saat ini sebagian besar impor gula Indonesia berasal dari Thailand, India dan Brazil, produsen-produsen yang kini sedang mengalami penurunan produksi,” kata Hasran.

Baca Juga: Bapanas Minta Stakeholder Segera Implementasi Harga Baru Gula

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gula justru diketahui menurun pada Agustus 2023 baik secara bulanan maupun tahunan. Volume impor gula pada Agustus 2023 tercatat sebesar 374.221,17 ton, turun 8,56% (yty) dibandingkan Agustus 2022 yang mencapai 409.274,75 ton. Kemudian jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu Juli 2023 turun 2,58% (mtm) dari 384.127,65 ton.

Adapun diversifikasi impor yang ia maksud yaitu, sumber impor dapat menyasar negara-negara penghasil gula lainnya, seperti Mexico, Pakistan, Amerika Serikat, Columbia, Guatemala, dan Filipina. Menurut Hasran, diversifikasi ini bisa menjadi solusi ketika negara sumber impor utama mengalami penurunan produksi. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar