05 Januari 2022
11:48 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Harga emas Antam pada Rabu (5/1) menguat goceng alias Rp5.000 ke posisi Rp940.000/gram. Senada, harga buyback atau pembelian kembali turut naik Rp6.000 ke angka Rp834.000/gram.
Harga emas di situs Logam Mulia pada pekan lalu, tercatat naik sebesar Rp7.000. Pada Senin (27/12/2021), harga ditutup Rp931.000/gram, hingga Sabtu (1/1/2022), emas Antam ditutup di posisi Rp938.000/gram.
Kemudian, emas Antam pada Senin (3/1) menguat Rp7.000 menjadi Rp945.000/gram. Akan tetapi, emas pada Selasa (4/1) berbalik anjlok ceban alias Rp10.000 ke posisi Rp935.000/gram.
Harga emas Antam sendiri sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang masa pada level Rp1.058.000/gram pada Rabu (19/8/2020).
Di Pegadaian, pada Rabu (5/1), emas Antam dibanderol Rp972.000/gram, Antam Retro Rp929.000/gram. Sementara itu, Antam Batik Rp1.128.000/gram dan emas cetakan UBS Rp928.000/gram.
Dikutip dari Antara, harga emas menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), terangkat permintaan logam safe-haven didorong oleh kekhawatiran atas lonjakan kasus varian virus corona omicron yang dapat mengancam pemulihan ekonomi global di tengah data ekonomi AS yang mengecewakan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$14,5 atau 0,81% menjadi US$1.814,60 per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (3/1), emas berjangka menguat US$8,3 atau 0,46% menjadi US$1.814,10.
"Tahun ini, dimulai dengan rekor tertinggi baru untuk pasar ekuitas AS, tetapi karena sulit untuk menentukan apakah kenaikan beruntun ini akan berlanjut, investor sudah mulai kembali ke aset-aset yang aman," kata Ed Moya selaku analis pasar senior di broker OANDA.
Ia menambahkan, dampak omicron akan paling terasa di sisi inflasi dan pemulihan ekonomi.
Wall Street memangkas kenaikan setelah awal yang optimis untuk Tahun Baru. Investor menyetel ulang pengambilan risiko, setelah data menunjukkan manufaktur AS melambat bulan lalu dan kekhawatiran covid-19 tetap ada.
Lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) melaporkan pada Selasa (4/1), indeks manufaktur AS turun menjadi 58,7% pada Desember 2021 dibandingkan dengan 61,1% pada November. Angka tersebut adalah yang terendah sejak 58,7 yang diraih pada Januari 2021.
Pada hari yang sama, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengusaha-pengusaha AS mencatat 10,6 juta lowongan pekerjaan pada November 2021, turun dari 11,1 juta pada Oktober.
Emas juga menemukan dukungan tambahan karena investor bereaksi terhadap data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins bahwa Amerika Serikat mencatat 1.083.948 kasus infeksi covid pada Senin (3/1), lebih dari dua kali lipat rekor sebelumnya 486.428 yang ditetapkan empat hari lalu.
Beberapa negara bahkan telah memberlakukan pembatasan baru untuk mengatasi lonjakan kasus yang didorong oleh varian baru.
Kekhawatiran seputar varian omicron telah memicu tawaran safe-haven dalam emas. TD Securities menulis dalam sebuah catatan, bahwa harga emas yang lebih tinggi tidak konsisten dengan harga pasar global dalam probabilitas 70% untuk kenaikan suku bunga Fed pada Maret, yang membatasi harga.
Emas, yang tidak menawarkan imbal hasil sendiri, cenderung tidak disukai investor saat suku bunga naik.
"Kekhawatiran inflasi yang baru dapat menghantam pasar dalam waktu dekat dan melemahkan selera risiko karena imbal hasil obligasi kemungkinan akan terus meningkat," ujar Jim Wyckoff, seorang analis senior di Kitco Metals dalam sebuah catatan.
Keuntungan emas terjadi meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi dan dolar lebih kuat, dengan para pedagang berjangka dana Fed memperkirakan tiga kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve hingga akhir 2022.
Investor juga menunggu laporan pekerjaan bulanan AS yang akan keluar pada Jumat (7/1), yang dapat membantu memandu arah harga emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 24,6 sen atau 1,08% menjadi US$23,056 per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik US$17,2 atau 1,8% menjadi US$971,20 per ounce.