17 Juni 2022
09:22 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Kementerian Pertanian mengimbau agar peternak tetap menjaga biosekuriti kandang ternak masing-masing, untuk menghambat penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Upaya percepatan vaksinasi ternak sehat juga sedang dilakukan pemerintah secara masif.
Kabiro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri meminta agar semua pihak bisa mengurangi lalu lintas ternak di zona merah. Begitu juga mengikuti arahan tentang kesehatan hewan yang disampaikan petugas di lapangan.
Percepatan vaksinasi massal juga tengah dilakukan Kementan melalui Training of Trainers (TOT), untuk melatih dan mempersiapkan tenaga kesehatan hewan yang terdiri dari medik veteriner dan paramedik. Jadi mereka mampu melatih dan mengajarkan kepada tenaga kesehatan lain di daerah masing-masing.
“TOT tersebut dihadiri pakar ahli dari produsen vaksin yang digunakan di Indonesia untuk memberikan informasi tentang vaksin tersebut, serta bagaimana manajemen rantai dingin dan mengaplikasikannya ke ternak,” jelas Kuntoro dalam keterangan pers, Jakarta, kamis (16/6).
Selain itu, tenaga kesehatan hewan juga diberi pemahaman mekanisme pendataan ternak, yang sekaligus digunakan untuk penandaan ternak pasca vaksinasi.
Tidak kalah penting, menurutnya, kegiatan TOT tersebut dilakukan untuk membekali petugas vaksinator dan peternak tentang pentingnya penerapan biosekuriti sederhana pada saat vaksinasi, agar menghindari kemungkinan petugas sebagai pemicu penyebaran penyakit yang lebih luas.
“Upaya ini sebagai usaha pemerintah mengikatkan skill petugas vaksinasi di lapangan,“ ujarnya.
Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. Dalam budidaya ternak, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan.

Vaksinasi
Sejauh ini, pemerintah telah mempersiapkan pengadaan 3 juta dosis vaksin PMK darurat. Pengadaan vaksin tersebut dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama vaksin darurat terdapat sebanyak 800 ribu dosis dan tahap kedua 2,2 juta dosis.
Sebagian vaksin tahap pertama telah tiba pada Minggu (12/6) sebanyak 10.000 dosis yang telah digunakan untuk vaksinasi perdana pada Selasa (14/6) di dua peternakan sapi rakyat. Keduanya berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa-Timur.
Sementara, pengiriman vaksin berikutnya dari tahap pertama dengan total 800 ribu dosis akan tiba kembali ke Indonesia rencananya pada Kamis (16/6) Pukul 22.10 WIB, melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Mengingat jumlah vaksin darurat masih sangat terbatas, Kuntoro menegaskan, vaksinasi akan diprioritaskan untuk hewan sehat yang berada di zona merah dan kuning, kemudian wilayah sumber bibit dan sentra peternakan sapi perah.
Baca Juga: Atasi PMK, Kementan Mulai Vaksinasi Hewan Ternak Hari Ini
Sementara itu, Kuntoro menampik anggapan yang menyebut, pemerintah kurang responsif dan abai terhadap kajian dari epidemiolog, sehingga menyebabkan kasus PMK menyebar luas. Ia menegaskan, jajaran Kementan bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan secara cepat menelusuri sejak kasus pertama ditemukan.
“Dalam hitungan hari Kementan berhasil menemukan serotipe dan strain virus PMK yang ada, sehingga produksi dan pengadaan vaksin pun dapat segera dilakukan sesuai kebutuhan,“ ungkapnya.
Mengacu siagapmk.id, hingga 17 Juni 2022, sebanyak 192 kabupaten/kota di 18 provinsi di Indonesia telah terpapar wabah PMK. Kurang lebih ada sebanyak 173.680 ekor ternak terkonfirmasi terpapar virus PMK, dengan laporan ternak sembuh mencapai 49.815 ekor.
Dengan begitu, sisa ternak di dalam negeri yang tergolong belum sembuh dan masih terpapar PMK mencapai 121.869 ekor. Terdiri atas ternak sapi (119.650 ekor), kerbau (1.441 ekor), kambing (266 ekor), dan domba (512 ekor).
Baca Juga: FOTO CERITA: Wabah Penyakit Mulut Dan Kuku Kembali Setelah 32 Tahun
Penyebaran Tinggi
Kuntoro mengklaim, upaya penaganan dan pengobatan di lapangan juga sudah dilakukan pada ternak bergejala ringan hingga berat. Namun, mengingat penularan virus yang bersifat airborne dan dapat menular cepat hingga radius 10 kilometer, maka penyebaran PMK menjadi sangat tinggi.
“Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah melakukan pemotongan bersyarat terhadap ternak yang tertular, untuk mengurangi risiko penyebaran di beberapa lokasi,“ paparnya.
Kuntoro menambahkan, kondisi yang terjadi saat ini juga bertepatan dengan kesiapan jelang hari raya Iduladha. Sehingga frekuensi lalu lintas ternak di daerah sentra lebih tinggi dari biasanya, hal ini mempercepat penularan virus PMK.
Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya pengetatan dan kontrol terhadap pergerakan ternak di sentra-sentra ternak. Sejumlah langkah juga sudah dijalankan oleh pemerintah untuk diterapkan segera di lapangan.
“Pemerintah menerapkan checkpoint, karantina hewan dan tol laut untuk menghindari penyebaran PMK dari daerah wabah ke zona hijau, sekaligus untuk mempertahankan pulau atau wilayah yang masih bebas PMK tetap terjaga dan terbebas dari PMK,“ pungkasnya.