09 Desember 2022
10:50 WIB
JAKARTA - PLN Indonesia Power memastikan akan terus mengakselerasi potensi Hutan Tanaman Energi (HTE), sebagai wujud dukungan korporasi terhadap percepatan transisi energi di Indonesia.
Teranyar, PLN Indonesia Power melalui anak usahanya PT Artha Daya Coalindo menggandeng Kelompok Tani Hutan atau KTH, untuk mengoptimalkan lahan hutan rakyat dengan pola agroforestry di sekitar Area PLTU di seluruh Banten.
Langkah ini juga untuk mendukung program dekarbonisasi melalui subtitusi dengan energi yang ramah lingkungan.
“Pengembangan cofiring biomassa di PLTU batubara akan bergantung dari ketersediaan biomassa di sekitar area PLTU. Kerjasama dengan KTH yang berbasis kemitraan menjadi salah satu cara tepat untuk optimalisasi pasokan,” ujar Direktur Operasi Pembangkit Batubara PLN Indonesia Power,” Rachmad Handoko dalam keterangannya, Jumat (9/12).
Saat ini, lanjutnya, penggunaan biomassa yang mayoritas berasal dari produk hasil olahan kayu yaitu sawdust, memiliki kekurangan. Di antaranya ketidakpastian jumlah suplai dan fluktuasi kualitas biomassa sehingga akan sulit meningkatkan persentase cofiring menggunakan sawdust.
Karena itu, berkolaborasi dengan Kelompok Tani Hutan dirasa menjadi cara tepat dalam menjawab tantangan tersebut.
“Bersama-sama berkolaborasi dengan para pihak seperti Pemerintah Desa, BUMDES dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten termasuk Para Penyuluh Kehutanan dan Para Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat adalah solusinya,” tambahnya.
Pengoptimalan potensi HTE pada lahan kering di sekitar PLTU, lanjutnya, juga menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan biomassa.
“Sehingga implementasi biomassa berbasis HTE di sekitar PLTU menjadi suatu langkah yang patut untuk ditindaklanjuti,” tandasnya.
Untuk diketahui, identifikasi awal terhadap kepemilikan lahan kering seluas 2200 hektar, serta kelayakan skema bisnis biomassa berbasis HTE di area PLTU Suralaya di area Banten, telah dilakukan dengan pola kerjasama. Tujuannya, untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha di area Banten (radius 60 km dari PLTU Suralaya).
Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten, didampingi oleh Tenaga Ahli dari Pusat Studi SBRC-LPPM Institut Pertanian Bogor.
Pola penanaman dengan metode tumpeng sari ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan yang menjadi basis dalam Pengembangan HTE ke depan.
Selain sinergi KTH, PT Artha Daya Coalindo juga memulai inisiatif dengan menggandeng Organisasi Masa Mathlaul Anwar, dalam pengembangan potensi biomassa ke depan. Dengan anggota mayoritas kaum tani, diharapkan hal ini bisa menjadi langkah pemberdayaan masyarakat dalam menjaga sustainability dari pasokan biomassa jenis kayu. Dengan begitu, dapat turut mendukung kesuksesan program cofiring PLN Indonesia Power.
Kebutuhan Biomassa
Sekadar informasi, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk mempercepat transisi dari batu bara ke energi terbarukan. Salah satunya dengan proposisi unik dari tenaga terdistribusi biomassa sebagai cofiring agent.
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian LHK Agus Justianto menuturkan, kebutuhan energi biomassa berbasis kayu ditargetkan mencapai sekitar 60 juta ton per tahun. Hanya saja, saat ini, kapasitasnya masih di bawah target yang ditetapkan.
"KLHK mendukung program pemanfaatan biomassa dengan mempromosikan hutan tanaman untuk pengembangan energi dan mengoptimalkan limbah kayu dari hutan dan industri kayu," kata Agus beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Perusahaan Listrik Negara dan Pemerintah Daerah, serta Badan Usaha Milik Negara sedang menyusun peraturan tentang pengembangan kebijakan biomassa untuk energi. Beleid tersebut nantinya juga mencakup sistem insentif dan disinsentif untuk pengembangan biomassa untuk energi.
"Kami berharap regulasi tentang biomassa untuk mendukung upaya cofiring dapat segera diberikan," serunya.