c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Mei 2024

20:05 WIB

Gejolak Geopolitik Dorong Inflasi Emas-Perhiasan RI

Gejolak geopolitik mendorong masyarakat untuk membeli aset investasi emas yang dianggap sebagai safe haven dan berdampak pada inflasi emas-perhiasan.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Gejolak Geopolitik Dorong Inflasi Emas-Perhiasan RI</p>
<p id="isPasted">Gejolak Geopolitik Dorong Inflasi Emas-Perhiasan RI</p>

Pedagang memperlihatkan berbagai jenis perhiasan emas kepada calon pembeli di pusat perdagangan logam mulia Pasar Aceh, Banda Aceh, Kamis (18/4/2024). Antara Foto/Ampelsa

JAKARTA - Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menilai, ketidakpastian mulai merembet kepada pola inflasi nasional. Paling kentara, terlihat dari kenaikan harga jual komoditas emas-perhiasan yang naik secara signifikan sebulan terakhir dan berdampak pada inflasi.

Kondisi geopolitik yang bergejolak mulai berdampak pada aset investasi emas yang dianggap sebagai salah satu barang yang dianggap aman atau jamak disebut safe haven.

“Permintaan terhadap emas mengalami peningkatan dan ini ditunjukkan oleh peningkatan harga emas di pasar internasional,” sebutnya menjawab pertanyaan wartawan dalam Perkembangan IHK April 2024, Jakarta, Kamis (2/5). 

Dalam tingkat lanjutan, peningkatan harga emas di tingkat pasar internasional memberikan pengaruh kepada harga emas-perhiasan di Indonesia. Karena, komoditas ini yang ditangkap dalam keranjang konsumsi masyarakat terekam dalam Indeks Harga Konsumen (IHK)

“Oleh sebab itu, kita lihat bahwa inflasi komoditas emas-perhiasan kira-kira sebesar 7,4% (mtm) dan memberikan andil inflasi sebesar 0,08% (pada April 2024),” jelasnya.

BPS mencatat, rata-rata harga emas di pasar internasional pada April 2024 mencapai US$2.336/troy oz atau naik 8,24% dibandingkan Maret 2024.

Baca Juga: Hari Ini Harga Emas Antam Melonjak Rp17.000 Per Gram

Ditilik lebih dalam, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,18%. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas-perhiasan, minyak goreng, dan gula pasir.

Di antara sejumlah komoditas pangan yang mengalami inflasi, komoditas emas perhiasan menduduki posisi ke-2 komoditas yang paling memengaruhi inflasi April 2024.

Inflasi komoditas emas-perhiasan hanya kalah dari bawang merah yang memegang andil inflasi April hingga 0,14%. Disusul Tarif Angkutan Udara (0,06%); Tomat (0,04%); Tarif Angkutan Antarkota (0,03%); Bawang Putih (0,02%); Ikan Segar (0,02%); Daging Ayam Ras (0,01%); Sigaret Kretek Mesin/SKM (0,01%); dan Minyak Goreng (0,01%).

Secara khusus, komoditas pangan bawang merah adalah komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi dengan inflasi sebesar 30,75% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,14%. Hal ini terjadi karena menurunnya suplai bawang merah di beberapa wilayah.

“Inflasi (bawang merah) ini adalah yang tertinggi selama periode Januari 2021 sampai April 2024,” ucapnya. 

Inflasi ini juga sejalan dengan laporan BMKG Maret 2024 yang menunjukkan curah hujan sangat tinggi yang terjadi di Jawa Tengah bagian utara. Sehingga menganggu wilayah sentra produksi bawang merah di sepanjang Pantura, seperti Brebes, Cirebon, Kendal. Demak hingga Grobogan.

Adapun komoditas tomat kembali mengalami inflasi setelah sebelumnya mengalami deflasi di dua bulan berturut-turut. Sementara tekanan inflasi bawang putih sudah melandai seiring dengan realisasi impor bawang putih yang meningkat pada Maret 2024.

“Tekanan inflasi daging ayam ras juga berkurang sejalan dengan peningkatan produksi dan juga peningkatan produksi jagung pipilan kering pada Maret-April 2024,” terangnya.

Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Bergerak Beragam

Inflasi Efek BI-Rate
Amalia pun enggan menjawab pertanyaan mengenai potensi inflasi pasca kenaikan suku bunga acuan BI-Rate ke lvel 6,25%. Namun demikian, BPS menyadari, penyesuaian kebijakan moneter tersebut ditempuh dalam rangka untuk mengendalikan inflasi sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Tentunya, apakah (kebijakan) ini nanti berpengaruh terhadap harga ataupun Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terekam dengan harga inflasi di bulan-bulan berikutnya, tentunya nanti kita lihat pada inflasi di bulan Mei,” ucapnya.

Pihaknya pun masih menahan diri untuk memberikan penilaian lebih jauh atas kebijakan moneter ini terhadap ekonomi riil di tingkat nasional ke depan. Karena itu, dirinya pun mengajak semua pihak untuk sama-sama memantau kebijakan BI-Rate, apakah dapat ditransmisi ke harga yang diterima oleh konsumen di lapangan. 

“Karena Bank Indonesia baru menaikkan suku bunga acuan di akhir bulan April, tentunya nanti kita lihat dampaknya di bulan-bulan berikutnya,” jelasnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar