c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

16 Desember 2024

14:48 WIB

GAPKI: Penggunaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Efektif Kurangi Impor Pupuk

Pemanfaatan land application limbah cair pabrik kelapa sawit untuk pemupukan organik, selain memberikan bahan nutrisi organik alami, juga akan berefek pada pengurangan impor pupuk dan mengemat devisa

<p>GAPKI: Penggunaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Efektif Kurangi Impor Pupuk</p>
<p>GAPKI: Penggunaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Efektif Kurangi Impor Pupuk</p>

Ilustrasi. Tumpukan cangkang sawit di salah satu pabrik minyak kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Sabtu (9/9/2023) Antara/ Ferri

JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Maryono mengatakan, praktik penggunaan land application limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) untuk pemupukan organik berefek positif. Terutama dengan mempertimbangkan dosis, frekuensi hingga parameter karakteristik lokasi kebun kelapa sawit.

“Dengan pemanfaatan LCPKS untuk pemupukan organik, maka selain memberikan bahan nutrisi organik alami, maka akan berdampak pada pengurangan impor pupuk dari luar negeri. Ini mengemat devisa. Selain itu sebagai sumber penggunaan energi terbarukan yang dihasilkan dari LCPKS,” ujar Eddy di Jakarta, Senin (16/12).

Pemanfaatan LCPKS dengan dosis dan frekuensi optimal, jenis tanah, faktor cuaca, redox dan parameter lainnya sesuai karakteristik lokasi kebun kelapa sawit sangat bermanfaat. 

Pada kadar Biological Oxygen Demand (BOD) tertentu, yakni 3.000 hingga 5.000 mg/liter dengan eH > - 150 mVolt, kandungan limbah cair pabrik kepala sawit (LCPKS) mengandung input unsur hara yang paling optimal dan tidak menimbulkan emisi gas methane (CH4).

Land application (LA) atau aplikasi lahan merupakan salah satu teknik pengelolaan limbah cair pabrik kelapa sawit, dengan cara mengalirkan limbah cair melalui sistem parit ke kebun. Sedangkan, BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik dalam air limbah.

Pengurangan impor pupuk, kata dia, akan meningkatkan efisiensi dan daya saing industri kelapa sawit, karena akan memberikan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat di sepanjang rantai pasok nasional pada industri kelapa sawit.

Berdasarkan Laporan Akhir Penyusunan Roadmap Pengurangan Emisi GRK dan Pemanfaatan LCPKS pada Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit (Pusaka Kalam, 2024), secara biaya operasional LA lebih menguntungkan daripada Non-LA. Keuntungan operasional mencapai Rp 2.928.236/hektare hingga Rp5.478.738/hektare.

‘’Dengan manfaat di atas pemanfaatan sumber daya LCPKS pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional Indonesia dan mendukung target Pertumbuhan ekonomi 8% dari Presiden Prabowo Subianto,’’ tuturnya.

Untuk mencapai hal tersebut, dia menyebutkan, dibutuhkan kolaborasi k/l terkait untuk memanfaatkan sumber daya LCPKS yang melimpah tersebut. Apalagi, penggunaan pupuk sintetis mengakibatkan jejak karbon yang lebih tinggi, dari proses produksi pupuk sintetis hingga aplikasi di lapangan.

Sebaliknya, pengurangan penggunaan pupuk sintetis juga berdampak pada penurunan biaya operasional secara signifikan, sehingga akan berdampak pada indeks kinerja dan harga tandan buah segar (TBS) petani yang lebih baik, lantaran hal tersebut menyebabkan biaya operasional menurun.

Pihaknya pun siap berkontribusi dalam penyusunan roadmap (peta jalan) pengurangan emisi gas rumah kaca di industri kelapa sawit. Termasuk memberikan usulan kajian naskah akademik untuk memperbaharui aturan yang ada.

Jenis Limbah Sawit
Asal tahu saja, limbah kelapa sawit terdiri atas berbagai jenis, mulai dari limbah padat hingga cair, di antaranya cangkang, tandan kosong sawit (jangkos) dan limbah cair (palm oil mill effluent/ POME).

Cangkang sawit merupakan limbah padat berupa tempurung yang sangat efektif sebagai bahan bakar biomassa. Kemudian jangkos ialah material padat sisa tandan sawit setelah buahnya diambil.

Tandan sisa ini dapat difermentasi untuk menghasilkan biogas. Selanjutnya, limbah sawit POME merupakan air sisa dari proses pengolahan kelapa sawit yang mengandung bahan organik. Jenis limbah padat dan cair tersebut sudah diperas habis sehingga tidak lagi memiliki kandungan crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah).

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Mukomuko, Provinsi Bengkulu, dari setiap satu ton tandan buah segar (TBS), sekitar 22% akan menjadi tandan kosong, 5 – 6% menjadi cangkang, dan sisanya diolah menjadi CPO. Limbah-limbah tersebut selama ini tidak dimanfaatkan maksimal, padahal memiliki nilai ekonomi tinggi jika diolah dengan teknologi tepat.

Juni Kurniadiana, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Mukomuko mengatakan, segala yang dipanen dari pohon sawit akan sangat baik jika seluruhnya diolah menuju zero waste atau nirlimbah.

Dengan teknologi yang tepat, limbah seperti cangkang dan jangkos yang biasanya dibuang atau dibakar, bisa diubah menjadi energi listrik lewat pembangkit listrik tenaga biomassa PLTBm. Pembangunan PLTBm di Mukomuko misalnya, akan membawa berbagai manfaat, baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial, di antaranya mengurangi limbah dan polusi limbah sawit yang selama ini menumpuk atau dibakar akan diolah menjadi energi bersih.

Proses ini mengurangi emisi gas rumah kaca dan bau tidak sedap dari limbah cair. Selanjutnya, PLTBm dapat meningkatkan pasokan listrik. Mukomuko yang sering mengalami kendala listrik akan mendapatkan pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan.

Selain itu, pembangkit tenaga biomassa itu dapat membuka lapangan kerja. Proyek ini akan menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat lokal, baik selama tahap konstruksi maupun operasional.

Terakhir, PLTBm bisa mendorong ekonomi lokal. Dengan adanya investasi besar, aktivitas ekonomi di Mukomuko, seperti perdagangan dan transportasi, akan meningkat.

Asal tahu saja, Mukomuko memiliki 14 pabrik kelapa sawit aktif yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar setiap harinya. Ini menjadi peluang besar untuk mendukung keberlanjutan proyek PLTBm.

Dengan potensi biomassa yang melimpah dan dukungan pemerintah daerah, Mukomuko memiliki peluang besar untuk menjadi percontohan energi hijau di Indonesia. Jika proyek PLTBm ini berhasil, tidak hanya masalah limbah yang teratasi, tetapi juga muncul solusi energi yang mendukung pembangunan berkelanjutan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar