03 Juli 2025
20:25 WIB
GAPKI: Ekspor Sawit Indonesia Ke Uni Eropa Terus Merosot Sejak 2018
GAPKI menyampaikan ekspor minyak sawit mentah dan olahan Indonesia ke Uni Eropa terus menurun sejak 2018. Salah satu faktor penyebab tren ini adalah kebijakan Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Eddy Martono menyampaikan, ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan olahan Indonesia ke Uni Eropa (UE) terus mengalami penurunan sejak tahun 2018.
“Ekspor minyak sawit Indonesia ke UE terus menurun sejak 2018, saat mencapai 5,7 juta ton, termasuk minyak sawit mentah dan olahan, minyak inti sawit, biodiesel, dan produk oleokimia,” kata Eddy di Jakarta, Kamis (3/7) melansir Antara.
Baca Juga: Mentan Optimis Harga CPO Di Pasar Dunia Akan Naik Saat Implementasi B50
Lebih lanjut, dia mengatakan, ekspor minyak sawit ke Uni Eropa kembali turun pada 2023 dan 2024, masing-masing hanya mencetak 4,1 juta ton dan 3,3 juta ton saja.
Menurut Eddy, salah satu faktor penyebab tren penurunan ekspor ini adalah kebijakan Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Kebijakan EUDR sendiri mengharuskan perusahaan untuk memastikan bahwa produk yang mereka tempatkan di pasar Uni Eropa bebas dari deforestasi. Artinya, produk tersebut tidak diproduksi di lahan yang telah mengalami deforestasi atau berkontribusi terhadap degradasi hutan.
“Tren ini harus menjadi perhatian serius kita, karena EUDR dapat semakin merugikan ekspor minyak sawit Indonesia,” ujar Eddy.
Dia mengatakan, peraturan yang dirancang untuk memastikan bahwa produk yang dikonsumsi di Benua Biru tidak berkontribusi terhadap deforestasi atau degradasi hutan, dapat berdampak langsung pada industri minyak kelapa sawit Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir utama dunia.
“Peraturan ini memperkenalkan persyaratan uji tuntas baru, kewajiban ketertelusuran, dan tantangan kepatuhan potensial yang dapat mengubah cara minyak kelapa sawit Indonesia diproduksi, diproses, dan diekspor,” jelas Eddy.
Untuk target ekspor tahun ini, Eddy mengatakan, Indonesia berpeluang mengirim sekitar 28 juta ton minyak sawit dan olahannya.
“Terus terang memang ekspor kita ini terus menurun, kemungkinan kalau kita tahun ini, menurut saya kita bisa mencapai sekitar 28 juta (ton) sudah bagus, dengan kondisi sekarang (untuk) meningkatkan produktivitas masih sulit,” ujarnya.
Baca Juga: Juni 2025, HR CPO Merosot Tapi Biji Kakao Menguat
Di sisi lain, Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Eddy Abdurrachman mengatakan, realisasi pungutan ekspor sawit sampai Juni 2025 kurang lebih telah mencapai Rp12,5 triliun, dan berpeluang untuk terus bertambah.
“Target kita (tahun ini) itu Rp27,5 triliun untuk pungutan ekspor. Tapi, mudah-mudahan dengan kemarin dinaikkan (tarif pungutan ekspor) dari 7,5% menjadi 10% untuk CPO, itu saya lihat mulai ada tren meningkat. Mudah-mudahan (bisa tercapai) di atas Rp27,5 triliun. Saya yakin kalau di atas Rp27,5 triliun,” kata Eddy.

Ekspor CPO Indonesia 2020-Mei 2025
BPS mendata, nilai dan volume ekspor CPO Indonesia tahunan Indonesia terus bergerak dinamis dalam beberapa waktu terakhir.
Pada 2020, Indonesia tercatat mengapalkan produk CPO ke dunia sebanyak 25,94 juta ton atau senilai US$17,36 miliar. Kemudian di 2021, volume ekspor CPO ke dunia sedikit menurun menjadi 25,62 juta ton, kendati nilainya melonjak tinggi ke US$26,76 miliar.
Lalu di 2022, volume ekspor CPO ke Indonesia kembali menurun menjadi 24,99 juta ton, walau nilainya berhasil mencapai puncak US$27,74 miliar. Pada 2023, volume ekspor CPO Indonesia ke dunia naik kembali ke 26,13 juta ton, kendati nilainya cenderung turun cukup drastis menjadi US$22,69 miliar.
Pada 2024, ekspor CPO ke dunia cenderung turun secara volume dan nilai menjadi 21,64 juta ton dan US$20,05 miliar.
Adapun, sementara ini volume ekspor CPO Indonesia ke dunia selama Januari-Mei 2025 sebanyak 8,30 juta ton dan nilai US$8,90 miliar. Negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia pada Januari-Mei 2025 adalah Pakistan, India dan Tiongkok.
Khusus untuk Mei 2025, ekspor CPO senilai US$1,85 miliar atau naik fantastis 61,50% (month-to-month).