c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

18 Februari 2025

19:24 WIB

Gagal Stop Impor Gula, Pengamat Sebut Impor Tak Bisa Dihindari

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB sekaligus pengamat pertanian, Dwi Andreas Santosa menilai pemerintah memang perlu mengimpor gula konsumsi tahun ini. Langkah impor raw ugar dinilai sudah tepat.  

Penulis: Erlinda Puspita

<p>Gagal Stop Impor Gula, Pengamat Sebut Impor Tak Bisa Dihindari</p>
<p>Gagal Stop Impor Gula, Pengamat Sebut Impor Tak Bisa Dihindari</p>

Ilustrasi. Pekerja melakukan bongkar muat gula impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023). Antara Foto/ Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa menyatakan langkah pemerintah untuk impor gula kristal mentah (GKM) atau raw sugar saat ini sudah tepat. M

eski pemerintah sebelumnya sempat menggembor-gemborkan akan berhenti impor gula konsumsi di tahun ini, namun kenaikan harga gula di konsumen terus terjadi, sehingga diperlukan intervensi melalui gula cadangan pangan pemerintah (CPP).

Andreas menjelaskan, kebutuhan gula konsumsi di masyarakat secara bulanan terus meningkat. Dari perhitungannya, di tahun 2015 rata-rata kebutuhan bulanan sekitar 24 ribu ton gula. Jumlah tersebut terus naik, yakni di tahun 2021 selama setahun totalnya mencapai 3,4 juta ton. Artinya, di tahun tesebut, rata-rata konsumsi gula bulanan sebesar 283 ribu ton. 

Adapun stok gula di akhir tahun 2024 dari penuturannya sekitar 1,1 juta ton. Mengacu dengan rata-rata konsumsi 283 ribu ton, maka dari sisa stok akhir tahun 2024 hanya mampu memenuhi kebutuhan 2025 hingga bulan April. Sementara panen tebu baru dilakukan pada Mei mendatang. 

"Nah benar kan sampai April. Terus kebutuhan Mei, Juni bagaimana? Mei itu baru mulai panen tebu. Jadi ya kekurangannya sekitar 200-250 ribu ton untuk tahun ini," kata Andreas saat dihubungi Validnews, Selasa (18/2). 

Baca Juga: Asosiasi Gula Setujui Impor Gula, Sarankan Impor Bentuk GKP

Menurutnya, impor gula diperlukan karena harga di konsumen saat ini sudah merangkak naik. Dari panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga gula rata-rata nasional hari ini di Rp18.342/kg atau masih di kisaran harga acuan penjualan (HAP) gula di konsumen yang sebesar Rp17.500/kg untuk wilayah Indonesia Non Timur, dan Rp18.500/kg untuk Indonesia Timur dan kawasan 3TP. 

Harga tersebut sudah menunjukkan tren kenaikan dibandingkan Januari yang rata-rata di harga Rp18.036/kg dan di Desember 2024 seharga Rp17.984/kg. 

"Jadi menurut saya, impor gula di tahun 2025 tidak bisa dihindari. Walaupun pemerintah sudah berjanji tidak akan impor gula konsumsi, karena yang paling penting bagi pemerintah saat ini adalah menjaga harga yang menguntungkan bagi petani dan baik di tingkat konsumen supaya tidak naik lebih tinggi," jelas Andreas. 

Adapun keputusan pemerintah mengimpor gula dalam bentuk raw sugar juga merupakan keputusan tepat. Pasalnya, hal tersebut bisa memindahkan nilai tambah dari negara eksportir gula ke Indonesia. Jika impor dalam bentuk raw sugar, maka akan memberikan kesempatan bagi pabrik gula alam negeri melakukan penggilingan.

Baca Juga: Impor Gula Pada Januari 2025 Capai 308 Ribu Ton 

"Paling tepat ya impor raw sugar. Impor gula kristal putih (GKP) itu betul-betul hanya boleh dilakukan dalam kondisi mendesak ketika stok sudah amat sangat rendah. Sementara saat ini masih ada waktu yang relatif memadai agar nilai tambahnya ada di sini," imbuh Andreas. 

Berbeda dengan Andreas, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen menilai, alasan pemerintah memutuskan untuk impor raw sugar karena impor gula dalam bentuk gula kristal putih (GKP) tidak memberikan keuntungan bagi importir gula. 

"Alasan pemerintah impor raw sugar karena apa? Karena kalau impor GKP tidak mendidik. Loh kok tidak mendidik? Kalau darurat ya gak apa-apa impor GKP. Dipilihnya impor raw sugar karena white sugar (GKP) untungnya nggak banyak," kata Soemitro kepada Validnews, dikutip Senin (17/2).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar