c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

08 April 2023

12:23 WIB

FAO: Per Maret 2023, Harga Komoditas Pangan Dunia Turun

FAO mencatat indeks patokan harga komoditas pangan internasional turun selama 12 bulan beruntun.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

FAO: Per Maret 2023, Harga Komoditas Pangan Dunia Turun
FAO: Per Maret 2023, Harga Komoditas Pangan Dunia Turun
Petani memanen jagung di Mlarak, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (20/11/2022). Antara Foto/Siswowidodo

ROMA - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melaporkan, per Maret 2023, indeks patokan harga komoditas pangan internasional turun selama 12 bulan beruntun. Penurunan yang terjadi didorong oleh kuotasi sereal dan minyak nabati di dunia.

Indeks Harga Pangan FAO, yang melacak perubahan bulanan dalam harga internasional komoditas pangan yang umum diperdagangkan, rata-rata mencapai 126,9 poin pada Maret 2023 atau turun 2,1% dari bulan sebelumnya dan 20,5% di bawah tingkat puncaknya pada Maret 2022. 

Kepala Ekonom FAO Máximo Torero menjabarkan, ketersediaan pasokan, lemahnya permintaan impor, dan perpanjangan Inisiatif Gandum Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative) berkontribusi pada penurunan.

Namun meski di tingkat dunia turun, sebutnya, harga komoditas pangan masih sangat tinggi dan terus meningkat di pasar domestik.

“(Hal ini) menimbulkan tantangan tambahan bagi ketahanan pangan. Kondisi ini terutama terjadi di negara-negara berkembang pengimpor bersih untuk makanan,” sebutnya dalam keterangan pers yang diterima, Jakarta, Sabtu (8/4).

Bahkan, lanjutnya, situasi ini diperparah oleh depresiasi mata uang negara-negara berkembang pengimpor makanan terhadap dolar AS atau Euro, begitu juga beban utang yang disinyalir meningkat.

Baca Juga: Pendistribusian Bantuan Pangan Dimulai Hari Ini

Indeks Harga Sereal FAO turun 5,6% dari Februari, dengan harga gandum internasional turun 7,1%. Didorong oleh produksi yang kuat di Australia, kondisi tanaman yang membaik di Uni Eropa, pasokan tinggi dari Federasi Rusia dan ekspor berkelanjutan dari Ukraina dari Pelabuhan laut Hitam. 

Harga jagung dunia turun sebesar 4,6%, sebagian karena ekspektasi rekor panen di Brasil. Sementara, harga beras turun sebesar 3,2% di tengah panen yang sedang berlangsung atau yang akan datang di negara-negara pengekspor utama, termasuk India, Vietnam dan Thailand.

Indeks Harga Minyak Nabati FAO rata-rata 3,0% lebih rendah dari bulan sebelumnya dan 47,7% di bawah level Maret 2022. Karena pasokan dunia yang melimpah dan permintaan impor global yang lemah menekan kutipan minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari. 

“Itu lebih dari mengimbangi harga minyak sawit yang lebih tinggi, yang (harganya) naik karena tingkat produksi yang lebih rendah di Asia Tenggara akibat banjir dan pembatasan ekspor sementara yang diberlakukan oleh Indonesia,” sebutnya di dalam laporan.

Kemudian, Indeks Harga Susu FAO turun 0,8% di bulan Maret 2023. Harga mentega meningkat karena permintaan impor yang kuat, sedangkan keju turun karena pembelian yang lebih lambat oleh sebagian besar importir terkemuka di Asia serta peningkatan ketersediaan di negara eksportir terkemuka.

Sebaliknya, Indeks Harga Gula FAO naik 1,5% dari Februari ke level tertinggi sejak Oktober 2016. Kenaikan harga ini mencerminkan kekhawatiran atas prospek penurunan produksi gula di India, Thailand dan China. 

“Prospek positif untuk tanaman tebu yang akan dipanen di Brasil membatasi tekanan kenaikan harga, begitu pula penurunan harga minyak mentah internasional, yang mengurangi permintaan etanol,” terangnya.

Indeks Harga Daging FAO naik tipis sebesar 0,5%. Harga daging sapi internasional yang naik dipengaruhi oleh kenaikan harga internal di AS karena ekspektasi pasokan yang lebih rendah ke depan, sementara harga daging babi naik karena meningkatnya permintaan di Eropa menjelang liburan. 

“Meskipun terjadi wabah flu burung di beberapa negara pengekspor besar, harga daging unggas dunia turun selama sembilan bulan berturut-turut karena lemahnya permintaan impor global,” urainya.

Prospek Produksi Hingga Stok
Pada kesempatan yang sama, FAO dalam Brief Laporan Pasokan dan Permintaan Sereal memperkirakan kenaikan produksi gandum dunia di 2023 yang dipatok di kisaran 786 juta ton. Meski sedikit menurun 1,3% dari produksi 2022, angka tersebut tetap merupakan capaian produksi terbesar kedua dalam catatan. 

"Area tanam (gandum) yang mendekati rekor diharapkan terjadi di Asia, sementara kondisi kering berdampak pada Afrika Utara dan Eropa selatan," kata laporan tersebut. 

Di belahan bumi selatan, luas tanam dan prospek produksi jagung di Brasil diperkirakan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa, didukung oleh permintaan ekspor yang kuat. Prospek hasil juga bagus di Afrika Selatan, yang mungkin mencatat panen terbesar kedua pada 2023. 

"Sebaliknya, kondisi kering yang berkepanjangan berdampak buruk pada tanaman jagung di Argentina,” sebutnya.

FAO juga menaikkan proyeksi produksi sereal dunia pada 2022 menjadi 2,77 miliar ton atau turun sekitar 1,2% dari tahun sebelumnya. Adapun, produksi beras dunia pada 2022/23 dipatok pada 516 juta ton yang dinilai panennya di atas rata-rata, walau masih sekitar 1,6% di bawah rekor yang dicapai pada 2021/22.

Baca Juga: Sebut Harga Pangan Turun, Jokowi: Ini Bisa Tarik Daya Beli Rakyat

Perkiraan terbaru FAO untuk pemanfaatan sereal dunia pada 2022/23 mencapai 2,77 miliar ton atau turun 0,7% dari periode 2021/22. Stok sereal dunia pada penutupan musim 2022/2023 diperkirakan akan turun 0,3% dari tingkat pembukaannya menjadi 850 juta ton. 

“Rasio penggunaan stok sereal dunia kemungkinan akan turun dari 30,7% pada 2021/22 menjadi 29,7%. Namun, tetap menunjukkan tingkat (kenaikan) global yang ‘nyaman’ secara keseluruhan,” bebernya.

Perdagangan serealia dunia pada 2022/23 diprediksi akan mengalami kontraksi sebesar 2,7% dari level tahun 2021/22 menjadi 469 juta ton. Penurunan tersebut sebagian besar mencerminkan ekspektasi berkurangnya perdagangan biji-bijian kasar, sementara perdagangan gandum global diperkirakan akan meningkat. 

“Perdagangan beras internasional pada tahun 2023 diperkirakan akan turun sebesar 5,2% di bawah rekor tertinggi tahun 2022,” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar