22 Juni 2022
09:41 WIB
Penulis: Wiwie Heriyani
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan proyek pembangunan Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat, selesai tepat pada waktu yang sudah disepakati, yakni pada bulan Maret 2023 mendatang.
Hal itu dipastikan usai Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji mewaklili Menteri ESDM Arifin Tasrif untuk melakukan peninjauan langsung ke lokasi proyek pembangunan Train 3 pada Selasa, (21/6).
"Kita ingin melihat perkembangan apa yang dikerjakan di area ini, ada Tangguh Train 3, dan Tangguh Train 2. Terutama Train 3, bagaimana konstruksinya dan lain-lainnya sudah sampai berapa persen, itu yang pertama. Jadi kita ingin melihat secara langsung pembangunan Train 3 secara fisik sudah seberapa jauh," ujar Tutuka, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, (22/6).
Selain meninjau, dilakukan juga dialog dengan para pekerja dari BP dan kontraktor yang terlibat langsung dalam pekerjaan Train 3. Menurut Tutuka, hal ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan di lapangan.
"Dalam diskusi, pekerja menyampaikan progress pekerjaan mereka dan kendala-kendala yang ada, kita bahas bersama bagaimana pemecahannya," ungkapnya.
Dari hasil diskusi usai melihat langsung progress pekerjaan yang ada, Tutuka optimis pembangunan fasilitas Train 3 dapat diselesaikan sesuai target yang sudah disepakati yakni pada kuartal I Tahun 2023.
"Kami optimis pembangunan train 3 akan selesai pada waktunya. Progress pembangunan Train 3 sudah bagus, sudah mencapai 90% lebih. Tetapi ada dua hal yang menjadi concern karena itu bisa menjadi kendala saat progres tidak tercapai pada waktunya. Jadi jika ingin progres pembangunan train 3 selesai pada waktunya maka dua critical tersebut harus diselesaikan," urainya.
Senada, Kepala Satuan Kerja Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soecipto juga menyoroti dua area critical yang harus diprioritaskan untuk segera diselesaikan agar target dapat rampung tepat waktu.
“Kita menyarankan adanya prioritas di dalam tenaga kerja untuk lebih memfokuskan dan menangani yang critical part yakni, pertama di area degreasing di unit AGRU, kedua di kompresor," urainya.
Dikutip dari Handbook of Natural Gas Transmission and Processing karya Saeid Mokhatab, William A. Poe dan John Y. Mak, unit AGRU (Acid Gas Removal Unit) atau Unit Pemisahan Gas Kecut adalah unit pembuangan gas asam yang dirancang untuk menghilangkan komponen asam. Tujuannya, untuk memenuhi spesifikasi penjualan gas sulfur dan CO2.
Dalam proses ini, komponen H2S harus dihilangkan untuk memenuhi spesifikasi gas penjualan 4 ppmv, atau seperempat butir per 100 scf gas. Selain itu, COS, merkaptan, dan spesies belerang organik lainnya harus dihilangkan.
Kedua area itu, lanjut Dwi, menjadi prioritas untuk diselesaikan segera dengan menambah jumlah pekerja. "Kedua area ini membutuhkan pekerja tambahan dan itu yang kita harapkan kepada EPC Contractor dan untuk bisa menyiapkan pekerja lebih banyak dan memprioritaskan untuk bisa segera diselesaikan," jelasnya.
Dwi menambahkan, informasi yang diperoleh dari BP adalah Tangguh Train 3 akan mulai beroperasi pada Mei 2023.
“Di mana pada bulan Maret 2023 selesai dan dua bulan penambahan untuk persiapan startup dan onstream, itu rencana dari BP. Nah, kita datang kesini mencari upaya-upaya untuk bisa mempercepat,” terangnya.
Sebagai informasi, Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara British Petroleum sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat.
Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2. Produksi Gas Bumi Rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD.
Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.
Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar US$8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero).
Multiplier effect Train 3 Tangguh
Pengembangan proyek LNG Tangguh ini menjadi sangat penting dan strategis karena lokasi dari proyek ini berada di wilayah paling timur Indonesia, diharapkan pengembangan proyek ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan di Kawasan Timur Indonesia.
Hingga saat ini, Kilang Tangguh telah berdampak positif terhadap sosial-ekonomi melalui program pengembangan masyarakat dan menyediakan kebutuhan listrik bagi Kabupaten Teluk Bintuni.
Train-3 sendiri akan membawa efek berantai besar bagi Indonesia, khususnya wilayah Papua Barat. Train-3 berkomitmen untuk mengalokasikan gas bagi pasokan listrik Papua Barat hingga 20 mmscfd. Train-3 juga dinilai memberikan pengembangan terhadap jumlah tenaga kerja putra daerah yang kini berada di angka 55%, untuk memenuhi komitmen 85% pada 2029.
Senilai US$1,3 miliar kandungan dalam negeri dari barang dan jasa dipasok oleh perusahaan Indonesia, dan 35% kandungan lokal digunakan pada semua paket pekerjaan Sumur Pengembangan Tangguh.
Selain itu, efek berantai dari adanya proyek ini yakni lebih diberdayakannya kontraktor nasional/lokal dalam proyek ini, antara lain dari sektor pekerjaan sipil, mesin, elektro, hingga kelautan.