c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

18 Agustus 2023

15:37 WIB

ESDM Minta Pengusaha Bauksit Serius Bangun Smelter

Kebutuhan alumunium di dalam negeri sudah mencapai 1 juta ton.

Penulis: Yoseph Krishna

ESDM Minta Pengusaha Bauksit Serius Bangun Smelter
ESDM Minta Pengusaha Bauksit Serius Bangun Smelter
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif saat menemui awak media di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (18/8). ValidNewsID/Yoseph Krishna

JAKARTA - Pemerintah resmi menutup keran ekspor bijih bauksit per 10 Juni 2023 lalu. Keputusan yang dicantumkan dalam UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara itu dituangkan guna mendorong hilirisasi mineral di dalam negeri. Tujuannya, supaya komoditas mineral di Indonesia punya nilai tambah.

Kebijakan penutupan keran ekspor bijih bauksit pun ditetapkan sejalan dengan dorongan kepada pengusaha tambang agar membangun fasilitas pemurnian atau smelter.

Sayangnya, masih banyak perusahaan tambang yang tak serius membangun fasilitas pemurnian bijih bauksit. Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengakui pembangunan tujuh smelter bauksit masih mandek.

"Masih, masih (mandek). Kita ikuti terus perkembangannya. Semoga dengan pelarangan (ekspor) ini yang tadinya tidak dilaksanakan, mereka akan ada upaya ke arah sana," sebut Irwandy saat dijumpai di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (18/8).

Baca Juga: Tujuh Proyek Smelter Bauksit Masih Berbentuk Lapangan

Dia menjelaskan saat ini baru ada empat perusahaan yang memiliki fasilitas pemurnian alumina menjadi alumunium dengan kapasitas produksi 250 ribu ton. Nantinya, penambahan smelter diperkirakan menambah produksi menjadi 750 ribu ton.

"Sekarang baru ada tiga atau empat perusahaan itu dari alumina ke alumunium, kapasitasnya 250 ribu ton. Nanti kalau ada yang baru jadi bertambah 500 ribu ton atau menjadi 750 ribu ton, padahal kebutuhan alumunium kita sudah 1 juta ton," jabarnya.

Diketahui, empat perusahaan yang sudah merampungkan fasilitas pemurnian smelter terdiri dari PT Indonesia Chemical Alumina, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi), serta PT Bintan Alumina Indonesia.

Sementara, produksi bijih bauksit dari pertambangan mencapai sekitar 30 juta ton atau di atas kapasitas input empat smelter bauksit yang sudah rampung. Karenanya, dengan larangan ekspor bijih bauksit, Kementerian ESDM berharap progres pembangunan smelter bisa lebih cepat untuk memproduksi alumina yang kemudian dijadikan aluminium.

Merujuk catatan United States Geological Survey (USGS), Indonesia pada tahun 2022 menempati peringkat lima sebagai negara produsen bauksit terbesar di dunia. Dengan produksi 21 juta ton, Indonesia membuntuti Brazil di peringkat empat (33 juta ton), Guinea peringkat tiga (86 juta ton), China (90 juta ton), serta Australia di nomor wahid (100 juta ton).

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Kendala Pembangunan Smelter Bauksit

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan total ekspor bauksit Indonesia sepanjang 2022 lalu mencapai sekitar 17,8 juta ton atau masih lebih rendah dibandingkan 2021 sebesar 19,9 juta ton dan 2020 yang mencapai 19,3 juta ton.

Data tersebut menggambarkan serapan bauksit di dalam negeri yang masih rendah. Untuk itu, Irwandy menyebut produksi bijih bauksit nantinya akan mengikuti skema pasar yang ada. Terlebih, kini sudah ada 4 smelter maupun refinery di Indonesia.

"Kalau bijih bauksit ke alumina itu refinery dan alumina ke aluminium itu smelter, mereka ikut pasar. Jadi kalau kelebihan bijih bauksit tidak ada yang beli, mereka akan ikuti siklus itu," tandas Irwandy Arif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar