19 Desember 2023
16:32 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, pihaknya berencana menjadikan Bank Muamalat dan BTN Syariah sebagai bank syariah besar di Indonesia. Tujuan tersebut dijalankan dengan menggabungkan kedua bank syariah tersebut.
"KAMI diskusi dengan BPKH, Menteri Agama, mungkin enggak kita bersinergi dengan Bank Muamalat dengan BTN Syariah untuk menjadikan alternatif bank syariah yang besar," ujar Erick saat temu media di Jakarta, Selasa (19/12).
Erick mengatakan, penggabungan Bank Muamalat dan BTN Syariah diharapkan bisa masuk 16 besar bank syariah dunia bahkan bisa menyaingi Bank Syariah Indonesia (BSI).
BSI sendiri saat ini menempati posisi kelima dalam bank syariah terbesar di dunia, di mana sebelumnya berada pada urutan ketujuh.
Lebih lanjut, menurut Erick, saat ini finansial syariah menjadi bisnis perbankan yang menarik. "Finansial syariah menarik pada saat ini. Sedang dalam proses pembicaraan, kalau lancar Maret 2024 bisa," kata Erick.
Aset Terbesar Kedua
Seperti diketahui, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon L.P. Napitupulu mengatakan, unit usaha syariah (UUS) perseroan setelah aksi spin off, akan menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dengan aset terbesar kedua di Indonesia.
Pihaknya sendiri akan mengeluarkan UUS dari induk BTN dan digabungkan dengan bank syariah yang akan diakuisisi, dengan target selesai pada semester II-2024 mendatang.
Nixon menjelaskan, saat ini BTN sedang dalam tahap pengajuan letter of interest (LOI) kepada dua bank syariah di Tanah Air untuk diakuisisi. Namun, belum bisa disebutkan nama maupun nilai asetnya.
Nantinya, UUS BTN yang sudah ada akan digabungkan dengan bank syariah yang diakuisisi tersebut, dengan ditargetkan proses akan selesai pada April atau Juni 2024.
“Nanti ada dua tahapan. Satu, akuisisi dulu satu cangkang atau satu bank syariah, baik kosongan ataupun mungkin yang sudah ada, nanti tergantung due diligence. Kemudian, setelah itu kita menggabungkan BTN syariah ke bank itu,” ujar Nixon.
Nixon menjelaskan aksi korporasi ini dilandaskan atas Peraturan OJK (POJK) Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pemisahan Unit Usaha Syariah Perusahaan Penjaminan. Beleid tersebut mengamanatkan perbankan untuk melakukan spin off selambat-lambatnya dua tahun setelah aset perseroan mencapai senilai Rp50 triliun.
“Dugaan kami akhir bulan ini (aset BTN) Rp50 triliun di Desember (2023), karena saat ini angkanya udah Rp49 triliun. Sehingga, dalam paling lambat dua tahun setelah ini kita harus konkrit memiliki satu bank syariah,” ujar Nixon.
Hingga kuartal II-2023, BTN membukukan total kredit dan pembiayaan senilai Rp318,30 triliun atau naik 9,87% year-on-year (yoy), yang ditopang oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi yang naik 11,87% (yoy) dari Rp140,97 triliun menjadi Rp157,71 triliun pada kuartal III- 2023.
Pada periode ini, perseroan membukukan laba bersih senilai Rp2,31 triliun, yang ditopang oleh dari segmen KPR, high yield loan, lonjakan fee based income, hingga bisnis syariah.
Sementara PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, per semester I 2023 mencatatkan total aset sebesar Rp63,9 triliun, atau tumbuh 6,7% secara year on year (yoy). Pencapaian ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah bank pertama murni syariah ini berdiri.
Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan mengatakan, total aset tersebut didorong oleh peningkatan pembiayaan yang tumbuh 7,8% (yoy) menjadi sebesar Rp20,4 triliun. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada pembiayaan berbagi hasil (musyarakah) yang tumbuh 22,3% (yoy).
“Hasil ini menjadi indikator penting, turnaround plan Bank Muamalat berjalan dengan lancar. Di tengah situasi bisnis yang menantang, Bank Muamalat mampu mewujudkan pertumbuhan bisnis yang sehat dan profit berkesinambungan,” ujarnya.