c

Selamat

Sabtu, 20 April 2024

EKONOMI

19 Desember 2022

08:43 WIB

Era Minyak Mentah Murah Telah Berakhir?

Berbagai faktor membatasi produksi minyak mentah, sementara permintaan berpotensi terus meningkat. Karenanya, era minyak mentah murah berpotensi berakhir.

Editor: Fin Harini

Era Minyak Mentah Murah Telah Berakhir?
Era Minyak Mentah Murah Telah Berakhir?
Ilustrasi rig lepas pantai migas. Shutterstock/dok

JAKARTA – Laporan yang dirilis organisasi penghasil minyak, OPEC, menunjukkan kemungkinan era minyak mentah murah telah berakhir. Dalam laporan bulanan terbarunya, OPEC mengungkapkan pihaknya sekali lagi gagal mencapai target produksi minyak mentah. Tak hanya beberapa ribu barel per hari, kekurangannya sekitar 1,8 juta barel per hari. Penurunan target sendiri semacam itu bahkan telah menjadi hal biasa bagi OPEC.

Sementara itu, pemerintah federal Amerika Serikat perlu membeli sejumlah minyak untuk memulihkan cadangan minyak strategisnya, setelah melepaskan hampir 200 juta barel tahun ini sebagai cara untuk melawan inflasi harga bahan bakar. Namun, pengebor AS tidak terburu-buru untuk meningkatkan produksi. Sebaliknya, tampaknya pertumbuhan produksi telah kehilangan tempatnya di antara prioritas utama perusahaan-perusahaan tersebut.

Di saat yang sama, terdapat sanksi untuk Rusia, yang diperkirakan banyak orang akan merugikan produksi minyak negara itu. Meskipun hingga kini, sanksi minyak dalam bentuk pembatasan harga minyak dan embargo ekspor ke UE belum berdampak pada aliran minyak keluar dari Rusia.

“Persediaan minyak global berada pada level terendah sejak 2004, Departemen Energi telah melepaskan 200 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis tahun ini, OPEC terus berjuang untuk memproduksi sesuai kuota yang dinyatakan dan produsen AS membantu tetapi hanya bisa melakukan sekali," ujar Presiden dan Manajer Portofolio TortoiseEcoFin, Matt Sallee, dilansir dari Oilprice, Minggu (18/12).

Baca Juga: Ada Kekhawatiran Resesi, Harga Minyak Jatuh US$2

Sallee mengatakan, gambaran ringkas soal situasi pasokan minyak global tersebut menimbulkan kekhawatiran. OPEC, misalnya, tidak memiliki motivasi untuk mencoba dan meningkatkan produksi, kata Sallee dalam komentar lanjutan untuk Oilprice. Peningkatan produksi hanya akan terjadi jika harga minyak akan tetap di atas US$100 per barel untuk jangka waktu yang lebih lama, tetapi tidak ada cara untuk yakin tentang hal ini sekarang.

Lalu ada kendala fisik murni pada produksi OPEC, sebagaimana dibuktikan oleh kegagalan konsisten kelompok tersebut untuk mencapai target produksinya sendiri—bahkan setelah OPEC mengurangi target produksi. Sebagian besar anggota OPEC memiliki rencana pertumbuhan produksi yang ambisius, sementara realisasi produksi tetap lemah karena alasan seperti penipisan alami di ladang yang sudah matang dan kurangnya investasi.

Seperti yang dicatat Sallee, OPEC tidak secara konsisten memproduksi lebih dari 30 juta barel per hari sejak 2015-2018.

Sementara itu, produsen AS menilai prospek permintaan minyak jangka panjang terlalu tidak pasti untuk berinvestasi lebih banyak untuk meningkatkan produksi.

“Area terbaik telah dibor, industri sedang berjuang untuk menarik tenaga kerja dan memiliki sumber pembiayaan yang terbatas,” imbuh Sallee kepada Oilprice.

Baca Juga: Minyak Naik Karena Ketidakpastian Operasi Pipa Keystone

Menurutnya, produksi minyak AS tidak mungkin lagi mencatat tingkat peningkatan produksi tahunan sebesar 1 juta barel per hari atau lebih, seperti yang terjadi di masa lalu. Tingkat pertumbuhan 500.000 hingga 750.000 barel per hari jauh lebih mungkin, menurutnya. Dan itu bukan kabar baik bagi konsumen karena permintaan tidak akan segera turun di tengah transisi energi.

Badan Energi Internasional, salah satu anggota paling aktif dari gerakan transisi energi, dalam Laporan Pasar Minyak terbarunya merevisi perkiraan permintaan minyak global tahun depan karena kenaikan konsumsi yang tidak terduga tahun ini.

Kenaikan permintaan berpotensi menjadi tren yang berkelanjutan tanpa adanya alternatif yang layak untuk meningkatkan produksi minyak. Ini berarti permintaan dan pasokan akan berada dalam keseimbangan yang genting di masa depan, terus-menerus di ambang kelangkaan. Bahkan, potensi terjadinya kelangkaan terjadi jika poros Big Oil ke energi rendah karbon terus berlanjut. Transisi ini akan mendorong produsen minyak mengurangi produksi minyak mereka untuk mencetak gol net-zero emission.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar