c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

05 Agustus 2025

20:57 WIB

Ekosistem Baterai EV, Bahlil: RI Buka Peluang Impor Litium Australia

Bahlil mengatakan Indonesia membuka peluang mengimpor litium dari Australia. Mineral ini menjadi satu-satunya bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik yang tak signfikan Indonesia miliki.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekosistem Baterai EV, Bahlil: RI Buka Peluang Impor Litium Australia</p>
<p>Ekosistem Baterai EV, Bahlil: RI Buka Peluang Impor Litium Australia</p>
Ilustrasi - Baterai yang hendak dipasangkan pada motor bensin yang akan dikonversi ke listrik dalam ajang PLN EV Conversion Race 2024 di Sentul International Karting Circuit, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/9/2024). Antara/Pamela Sakina

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia membuka peluang untuk mengimpor litium dari Australia, mengingat mineral tersebut menjadi satu-satunya bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik (Electric vehicle/EV) yang tak signifikan Indonesia miliki.

‎Bahlil mengatakan ekosistem baterai kendaraan listrik merupakan bagian dari hilirisasi yang merupakan program prioritas pemerintah. Oleh karena itu, Kementerian ESDM akan melakukan percepatan untuk memperkuat industri baterai kendaraan listrik RI. ‎Adapun bahan baku mineral pembuatan baterai EV yakni nikel, cobalt, mangan dan litium.

"Salah satu negara yang kita akan melakukan kerja sama itu adalah Australia. Selama ini kan kita bawa dari beberapa negara di Afrika. Nah memang secara ekonomis akan jauh lebih ekonomis dari Australia karena biaya transportasinya (lebih dekat)," katanya melasir Antara, Jakarta, Selasa (5/8).

Baca Juga: Bahlil Optimis RI Jadi Pionir Ekosistem Baterai EV Terintegrasi Hulu-Hilir

‎‎Menurut Bahlil, beberapa pengusaha Indonesia sudah menambang litium di Australia. Namun dirinya belum mengetahui besaran volumenya. ‎

"Beberapa teman-teman pelaku usaha itu sudah mengambil tambang di sana. (Tapi), saya belum tahu volumenya berapa, karena saya bukan pengusahanya," jelasnya. 

‎‎Sebelumnya, Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menyatakan Indonesia menargetkan untuk tidak hanya menjadi pasar dalam ekosistem EV, melainkan menyasar untuk dapat membuat mobil listrik secara menyeluruh terbuat dari komponen dalam negeri.

‎Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Dimas Muhamad mengatakan, pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk dapat membuat mobil listrik. Seperti penguatan pasar mobil listrik agar menciptakan rantai pasok industri, serta membangun industri baterai kendaraan listrik.

‎Untuk tahap membangun industri baterai kendaraan listrik, Dimas mengatakan Indonesia perlu berkolaborasi dengan investor asing yang memiliki kapabilitas teknologi.‎

‎"Di tahap ini kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi, transfer 'know how' dari si investor asing tersebut," katanya

Produksi Litium Australia 2014-2024
Mengutip Statista, Australia menjadi produsen litium utama dunia dengan perkiraan produksi sebesar 88.000 metrik ton di 2024. Adapun capaian ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2014, ketika produksinya hanya mencapai sekitar 13.300 metrik ton.

Baca Juga: Tak Mau Jadi Sekadar Pasar, RI Akan Bikin Mobil Listrik Sendiri

Sebagai pemilik tambang litium batuan keras terbesar di dunia, Australia terutama mengekstraksi logam alkali dari spodumene, mineral yang mengandung litium.

Kontribusi substansial Australia dalam memenuhi permintaan litium dunia ditunjukkan oleh aktivitas pertambangannya, yang mencakup beberapa cadangan litium terbesar di dunia. 

Australia memainkan peran penting dalam rantai pasokan dunia untuk material penting ini, sebagaimana terlihat dari kontribusi ekonomi yang kuat dari ekspor litiumnya. Permintaan litium masih terus meningkat karena makin besarnya perhatian terhadap solusi energi berkelanjutan dalam skala global.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar