c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

05 Februari 2024

15:45 WIB

Ekonomi Jakarta 2023 Tumbuh 4,96%, Lebih Rendah Dibanding Nasional

Ekonomi Jakarta tahun 2023 tumbuh sebesar 4,96%, lebih lambat dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,25% dan lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 5,05%

Ekonomi Jakarta 2023 Tumbuh 4,96%, Lebih Rendah Dibanding Nasional
Ekonomi Jakarta 2023 Tumbuh 4,96%, Lebih Rendah Dibanding Nasional
Gedung bertingkat dan pemukiman warga terlihat dari kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat ( 5/5/2023). Antara Foto/Galih Pradipta

JAKARTA – Ekonomi Jakarta tahun 2023 tumbuh sebesar 4,96%, lebih lambat dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,25%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jakarta juga lebih kecil dibanding perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara kumulatif sepanjang 2023.

“Dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), perekonomian Jakarta tahun 2023 atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.442,87 triliun. Kemudian atas dasar harga konstan mencapai Rp2.050,47 triliun,” tulis Plt. Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi dalam keterangannya, Senin (5/2).

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 14,05%. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-profit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi 9,84%.

Ekonomi Jakarta kuartal IV-2023 bila dibandingkan dengan kuartal IV-2022 (y-on-y) tumbuh 4,85%. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,24%. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,43%.

Jika dibandingkan dengan kuartal III 2023, perekonomian Jakarta di kuartal IV 2023 tumbuh 2,60%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 9,94%. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 45,74%.

Struktur ekonomi Jakarta sendiri pada tahun 2023 didominasi oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,67%. Sementara dari sisi komponen pengeluaran, proporsi pengeluaran terbesar adalah Ekspor Barang dan Jasa sebesar 66,29%. Kemudian diikuti Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 62,15% dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 34,2%.

Dilihat dari struktur ekonomi 38 provinsi terhadap nasional, DKI Jakarta sendiri masih berkontribusi paling besar dengan 16,77%. Kemudian diikuti Jawa Timur dengan 14,38%, Jawa Barat 12,79%, Jawa Tengah 8,26%, Sumatera Utara 5,12%, Riau 5%, Kalimantan Timur 4,11%, Banten 3,96%, Sulawesi Selatan 3,18% dan Sumatera Selatan 3,06%.



Proyeksi 2024
Sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi perekonomian Jakarta akan tumbuh kuat tahun 2024 mendatang. Sekalipun tahun ini dipandang sebagai periode yang penuh ketidakpastian baik dari sisi ekonomi maupun sisi geopolitik, sehingga bisa berdampak terhadap perekonomian suatu wilayah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar optimistis, ekonomi Jakarta bisa tumbuh mencapai 4,8% hingga 5,6%. “Perkiraan ini kita lihat dari berbagai perkembangan indikator ekonomi, terutama didukung dari keyakinan konsumen, tingginya aktivitas MICE dan event, dan proyek strategis pemerintah maupun swasta,” tutur Arlyana dalam Seminar Outlook Jakarta 2024 beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, dari sisi pengeluaran, perbaikan ekonomi Jakarta pada 2024 masih didorong dari kinerja konsumsi rumah tangga. Kemudian, membaiknya ekspor seiring dengan membaiknya ekonomi di beberapa negara ekspor tujuan Jakarta, dan membaiknya konsumsi pemerintah.

Namun demikian, Arlyana menyatakan bahwa terdapat potensi kinerja investasi yang terhambat. Hal ini disebabkan oleh sikap para investor yang mengambil posisi wait and see selama berlangsungnya Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

“Dari sisi lapangan usaha, ada 5 usaha Jakarta yaitu perdagangan, industri pengolahan, konstruksi, informasi dan komunikasi, serta jasa keuangan yang kami perkirakan akan tumbuh lebih baik dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Jakarta di 2024,” lanjut Arlyana.

Secara spesifik, Arlyana menyatakan, sektor informasi dan komunikasi bisa tumbuh tinggi karena adanya potensi peningkatan penggunaan internet. Adapun peningkatan ini datang dari aplikasi streaming, data center, perluasan adopsi 5G, dan penggunaan data untuk aktivitas Pemilu 2024.


Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (4/12/2023). ValidNewsI D/Darryl Ramadhan


“Dan dari sisi lapangan usaha perdagangan, akomodasi, makan dan minum, dan sektor terkait lainnya, akan meningkat dengan aktivitas MICE dan event yang di 2024 ini akan semakin banyak dilakukan di Jakarta,” tuturnya.

Di sisi lain, Arlyana juga menyampaikan sejumlah tantangan perekonomian yang akan dihadapi Jakarta, baik yang sifatnya struktural maupun siklikal.

“Untuk Jakarta, tantangan struktural itu berasal dari daya dukung Jakarta. Terutama dari kesediaan lahan, tingkat upah minimum, ketersediaan air yang semakin terbatas, dan masalah struktural lain seperti kemacetan, ketimpangan sosial, dan juga polusi,” ujar Arlyana.

Sementara dari sisi siklikal, tantangan yang Arlyana maksud di sini berupa gejolak perekonomian dan geopolitik global serta tingginya bunga dari Federal Reserve System (The Fed) selaku Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Arlyana menambahkan ada juga tantangan domestik berupa perpindahan ibu kota, dan tantangan inflasi berupa ketergantungan Ibu Kota terhadap pangan dari sentral, serta lagi-lagi volatilitas harga pangan global yang dipengaruhi oleh kondisi saat ini.

Catatan saja, BPS Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, tingkat inflasi DKI Jakarta pada Januari 2024 terhadap Januari 2023 secara tahunan (year on year) sebesar 1,83 %. Salah satunya karena kenaikan harga beras. Berdasarkan kelompok pengeluaran, penyumbang utama inflasi tahunan di Jakarta adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang inflasi sebesar 5,59% dengan andil 1,04%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar