c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

11 Agustus 2023

20:57 WIB

Ekonomi China Melambat, BKF: Dampak Ke Indonesia Masih Terukur

Dampak pelemahan ekonomi China dinilai BKF masih terukur, tercermin dari ekspor Indonesia ke China yang masih positif.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Ekonomi China Melambat, BKF: Dampak Ke Indonesia Masih Terukur
Ekonomi China Melambat, BKF: Dampak Ke Indonesia Masih Terukur
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/ 7/2023). Antara Foto/Nova Wahyudi

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengungkapkan, pemerintah melihat terdapat risiko dari pertumbuhan ekonomi China yang cenderung melambat saat ini bagi perekonomian Indonesia.

Momentum perekonomian pasca pembukaan oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu dari penutupan saat covid-19 telah melemah. Tercermin dari kondisi manufakturnya yang terefleksi dalam laporan PMI yang bertengger pada zona kontraksi.  

“Namun demikian, memang untuk dampaknya terhadap Indonesia masih relatif terukur (aman),” jelasnya kepada wartawan usai pemaparan APBN Kita Edisi Agustus 2023 yang dipantau secara daring, Jakarta, Jumat (11/8). 

Optimisme itu, lanjutnya, dapat dilihat dari kinerja ekspor Indonesia ke China yang masih dalam kondisi positif. BPS mencatat, selama Januari-Juni 2023, China tetap merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia yang memiliki peranan terbesar senilai US$29,93 miliar atau 24,77% terhadap total ekspor nonmigas tahun berjalan.

Capaian ekspor sementara tersebut pun terhitung masih tumbuh 7,44%, jika dibandingkan pengapalan periode sama tahun lalu yang hanya di kisaran US$27,85 miliar. Adapun, komoditas utama yang Indonesia ekspor ke China pada periode tersebut adalah besi/baja, lignit, dan batu bara.

“Kita juga melihat bagaimana volume ekspor Indonesia ke Tiongkok misalnya, itu masih tumbuh cukup tinggi sekitar 46% sejauh ini,” urainya.

Dengan demikian, Febrio meyakini, Indonesia masih bisa mengupayakan sisi positif dan peluang ekonomi dari kebijakan reopening yang diterapkan China hari ini.

Di sisi lain, optimisme juga bisa dijaga Indonesia berkat terjaganya PMI Manufaktur yang secara berkelanjutan terus dalam zona ekspansif. “Jadi (ekonomi) kita masih cukup terjaga,” sebutnya.

Dalam paparannya, Menkeu Sri Mulyani menyampaikan, kondisi perekonomian ekonomi global masih menunjukkan pelemahan. Terlihat dari PMI Manufaktur global yang berada di posisi kontraktif atau berada di bawah 50%, yakni 48,7%.

“Ini terutama dari negara-negara seperti Eropa dan Tiongkok, yang merupakan dua negara besar atau area yang besar, di mana mereka PMI-nya melemah,” sebut Menkeu.

Menkeu mencacah, per Juli 2023, PMI Manufaktur Eropa berada di level 42,7%; China masih di level 49,2%; Amerika Serikat juga di kisaran 49%; dan Jepang di 49,6%. Karena itu, dirinya bersyukur, PMI Indonesia masih dalam posisi ekspansif, bahkan cenderung menguat di level 53,3%. 

Selain Indonesia, Menkeu Sri juga memantau PMI Manufaktur India yang bertengger di level 57,8%. Menurutnya, saat ini Indonesia dan India merupakan negara yang memiliki ekonomi kuat dan mengalami pertumbuhan tinggi. 

Dirinya juga menyorot, negara ASEAN yang tengah dalam posisi terimbas negatif pelemahan perekonomian global, padahal ekonominya diketahui cukup kuat selama ini. “Seperti Vietnam yang selama pandemi justru menunjukkan kinerja yang kuat, sekarang mengalami pelemahan (PMI) 48,7% dan Malaysia 47,8%,” ucapnya. 

Secara global, sebanyak 72,7% negara yang disurvei PMI Manufakturnya mengalami pelemahan alias kontraktif yang sangat besar, seperti dialami oleh AS, Kanada, Brazil, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korsel, Tiongkok, Malaysia, Vietnam, Afriksa Selatan, hingga Turki.

“Artinya, perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara kondisi kegiatan manufakturnya melambat,” katanya. 

Adapun, sebanyak 9,1% negara yang disurvei mengalami pertumbuhan PMI Manufaktur di zona ekspansi kendati menghadapi tren pelambatan, seperti yang dialami oleh Thailand dan Rusia.

“Hanya 18,2% negara-negara yang PMI Manufakturnya ekspansi sekaligus menguat atau akseleratif, ini termasuk Indonesia, India Filipina dan Meksiko,” paparnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar