05 Juni 2025
15:24 WIB
Ekonom: Stimulus Ekonomi Perlu Diikuti Peningkatan Belanja Pemerintah
Ekonom menilai stimulus belum cukup untuk mendorong ekonomi. Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah meningkatkan belanja pemerintah yang sempat tertunda di awal tahun karena realokasi anggaran.
Penulis: Fin Harini
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan) memberikan keterangan terkait peluncuran paket stimulus ekonomi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/6). Antara Foto/Muhammad Adimaja/agr.
JAKARTA - Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan, stimulus ekonomi perlu diikuti dengan upaya peningkatan belanja pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada 2025.
"Setelah stimulus ekonomi dan berlanjutnya deflasi, peningkatan belanja pemerintah di paruh kedua tahun 2025 adalah kunci," kata Fakhrul di Jakarta, Kamis (5/6), dilansir dari Antara.
Ia menilai, dukungan dari pemerintah untuk perekonomian domestik adalah kunci di tengah perlambatan ekonomi global.
Pemberian stimulus ekonomi sebesar Rp24 triliun, baik untuk transportasi, subsidi upah, bantuan sosial dan diskon iuran, membawa perbaikan ekonomi.
Namun, menurut Fakhrul, hal itu baru langkah awal dan stimulus ini saja belum cukup untuk mendorong perekonomian. Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah meningkatkan belanja pemerintah yang sempat tertunda di awal tahun karena realokasi anggaran.
Baca Juga: Defisit APBN Maret 2025 Makin Dalam, Sentuh Rp104,2 T
Kembalinya belanja pemerintah akan mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor yang sebelumnya terdampak seperti konstruksi, perhotelan dan perdagangan.
"Kami sangat mengharapkan belanja pemerintah mencapai full throttle di paruh kedua tahun 2025," ujarnya.
Selain itu, peningkatan belanja pemerintah diharapkan bisa menjadi pengubah persepsi penting untuk para pelaku ekonomi.
Di sisi pasar modal, minat investor baik asing maupun lokal sudah tinggi untuk Indonesia, dan semuanya menunggu kabar baik dari pemerintah.
“Kalau ekspektasi perbaikan tercapai, arus modal asing akan kembali ke Indonesia, di tengah goncangan global yang ada,” imbuhnya.
Fakhrul memperkirakan, dengan adanya perbaikan ekonomi, seharusnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa terus menguat ke bawah Rp16.000, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menguat ke level 7.750.
"Eksekusi belanja yang transparan dan tepat sasaran sangat ditunggu," katanya.
Baca Juga: Relevansi Pertumbuhan Ekonomi Di Tengah Efisensi Anggaran
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan pemberian paket insentif dan stimulus ekonomi senilai Rp24,44 triliun guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional tetap positif selama Juni-Juli.
Menkeu Sri Mulyani merinci lima paket stimulus tersebut antara lain diskon transportasi, diskon tarif tol, tambahan bansos, Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).