14 Januari 2025
20:31 WIB
Dukung Transisi Energi Hijau RI, ADB Kucurkan Pembiayaan US$92,6 Juta
Total US$92,6 juta dari ADB, terdiri atas US$38,8 juta dari sumber daya modal biasa (ordinary capital resources) ADB dan US$38,8 juta dari B loan sindikasi ADB dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation
Ilustrasi. Petani memikul Kubis yang baru dipanen melintasi instalasi PLTP PT Geo Dipa Energi kawasan dataran t inggi Dieng, desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (14/8/2021). Antara Foto/Anis Efizudin
JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) menandatangani kesepakatan pembiayaan US$92,6 juta dengan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML), untuk mengembangkan sumber daya listrik panas bumi dan mendukung transisi energi hijau di Indonesia.
Pengembangan sumber daya listrik panas bumi tersebut dilakukan melalui perluasan fasilitas panas bumi di Muara Laboh di Sumatra Barat, serta dukungan dalam konstruksi, operasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga panas bumi berkapasitas 83 megawatt (MW) yang baru.
“Investasi di bidang pembangkitan listrik tenaga panas bumi cukup menantang, sehingga dukungan dari ACFP dan Pemerintah Australia sangat penting dalam memitigasi risiko dan mewujudkan proyek yang membantu Indonesia memenuhi target energi bersihnya dan menyediakan listrik yang terjangkau,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga di Jakarta, Selasa (14/1).
Paket pembiayaan total US$92,6 juta yang disiapkan ADB, terdiri atas US$38,8 juta dari sumber daya modal biasa (ordinary capital resources) ADB dan US$38,8 juta dari B loan sindikasi ADB dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation. ADB bertindak sebagai pemberi pinjaman yang tercatat, serta pinjaman lunak US$15 juta dari Kemitraan Pembiayaan Iklim Australia (ACFP/Australian Climate Finance Partnership).
Untuk diketahui, ADB adalah bank yang memimpin proses penentuan struktur untuk transaksi tersebut. Termasuk memobilisasi modal komersial swasta dengan risiko proyek yang belum tercakup untuk pertama kalinya, dalam pengembangan baru (greenfield) di sektor Produsen Listrik Independen (IPP) panas bumi di Indonesia.
Sejumlah pemberi pinjaman paralel juga ikut serta bersama ADB, termasuk Japan Bank for International Cooperation dan beberapa bank komersial, dengan jaminan dari Nippon Export and Investment Insurance.
"Proyek ini akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong solusi energi berkelanjutan yang akan meningkatkan ketahanan energi jangka panjang Indonesia. Sangatlah penting bagi sektor swasta dan sektor pemerintah untuk bekerja sama memajukan pengembangan panas bumi," ujar Jiro.
Sejak 2013, ADB telah memanfaatkan pengalamannya yang mendalam untuk membiayai empat transaksi panas bumi di Indonesia. ADB menunjukkan komitmen kuatnya untuk sektor panas bumi Indonesia dengan mendukung operasi pembiayaan sektor swasta bagi sejumlah proyek, termasuk Muara Laboh Tahap 1, Rantau Dedap, dan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla.
“Proyek ini tidak hanya memperkuat portofolio energi terbarukan kami, tetapi juga berkontribusi bagi perekonomian setempat dengan menciptakan lapangan kerja dan mendorong pembangunan masyarakat," kata Presiden Direktur SEML Nisriyanto.
Cadangan Panas Bumi
Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi terbesar di dunia yang diperkirakan mencapai 23,1 gigawatt, tetapi baru sebagian kecil dari potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan. Sumber daya panas bumi yang melimpah itu menjadikan pemerintah memprioritaskan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
ACFP adalah fasilitas pembiayaan campuran yang bersifat lunak, yang dikelola oleh ADB dan didanai oleh Pemerintah Australia. ACFP berupaya menjadi katalis bagi pembiayaan sektor swasta dalam investasi untuk adaptasi dan mitigasi iklim di Pasifik dan Asia Tenggara. Serta mengatasi kesenjangan pasar dan permintaan dengan menurunkan risiko proyek-proyek pembangunan berdampak besar dan membawa proyek tersebut untuk dipasarkan.
SEML sendiri adalah special-purpose vehicle yang didirikan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber daya panas bumi di Indonesia. Perusahaan tersebut adalah usaha patungan antara penyedia listrik tenaga panas bumi Indonesia, PT Supreme Energy, perusahaan perdagangan dan investasi Jepang, Sumitomo Corporation, serta perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas terbesar di Jepang, INPEX Corporation.