16 Agustus 2021
08:45 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Anggota DPR RI Komisi IV Andi Akmal Pasluddin mendorong kementerian teknis menemukan inovasi komoditas unggul. Pertanian pedesaan memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan, baik produk maupun sebagai destinasi wisata.
"Keragaman hayati negeri ini sangat besar sekali jumlahnya. Dan dari segi kualitas, sudah banyak sekali masyarakat dunia mengakui terutama buah eksotis dari Indonesia,” kata Akmal dalam keterangan resmi, Jakarta, Minggu (15/8).
Ia menilai, potensi inovasi baru di bidang pertanian yang jadi pusat perhatian masyarakat muncul secara alami saja. Mestinya, potensi ini bisa dibentuk lewat inisiasi intensif pemerintah di kementerian teknis untuk menemukan inovasi komoditas unggul di dalam negeri.
Dirinya mencontohkan, potensi porang yang kini dilirik menjadi komoditas unggulan. Komoditas porang sudah ada puluhan tahun lalu, namun baru diketahui potensi besarnya karena memiliki berbagai keunggulan yang sangat diminati masyarakat luar negeri.
Meski Akmal mengapresiasi tindakan pemerintah pusat yang tiba-tiba berbenah diri mempersiapkan sarana industri porang di Madiun. Namun, jabarnya, potensi porang bukanlah inisiasi pemerintah ketika diketahui ternyata memiliki potensi luar biasa.
Akmal garis bawahi, perlu ada efektivitas kinerja pemerintah dengan dukungan anggaran yang ada.
"Di masa depan, perlu ada lompatan-lompatan di bidang pertanian berbasis pengembangan pedesaan dan menemukan komoditas unggulan baru. Sehingga negara ini dapat maju bertumpu dari sektor pertaniannya," tandasnya.
Catatannya, nilai ekspor porang pada 2020 mencapai Rp923,6 miliar. Dengan pasar utama mencakup China, Thailand, Taiwan, Vietnam, Myanmar, hingga Jepang.
Legislator asal Sulawesi Selatan II ini mengatakan, selain fokus menemukan bibit unggul hasil persilangan, litbang pertanian juga disarankan memiliki unit khusus untuk meneliti berbagai jenis komoditas pertanian yang memiliki potensi besar menjadi produk unggulan.
Politisi PKS ini berharap adanya temuan-temuan baru, yang menjadikan komoditas unggulan negeri ini bermunculan. Berbagai jenis dan potensi itu ada, karena pedesaan memiliki banyak harta kekayaan hayati yang belum dieksplorasi.
Tak hanya produk unggulan yang perlu dikembangkan. Saat ini, muncul beberapa desa wisata yang menyajikan keindahan alamnya yang dipadukan komoditas pertanian lokal seperti kebun bunga, buah atau sayur mayur.
"Untuk desa wisata berbasis tanaman pangan, tegalan sawah juga menjadi track bagi pecinta jogging dan pesepeda juga bermunculan. Peran pemda di sini sangat penting, tetapi sinergi dengan pemerintah pusat, terutama di kementerian masih perlu terus diperkuat,” ucap Akmal.

Visi Pertanian Presiden
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga meminta kepala daerah untuk menggali potensi ekspor di daerahnya masing-masing. Sekaligus meminta agar komoditas-komoditas pertanian yang potensial dikembangkan segera digarap.
Tak hanya itu, presiden juga meminta agar petani diperkuat dengan akses permodalan, inovasi teknologi, dan pendampingan. Untuk itu, dirinya sudah berbicara langsung dengan berbagai Dirut perbankan, agar sektor pertanian mendapat perhatian khusus.
"Mengenai porang, ada pasar yang besar yang bisa kita masuki. Tapi ekspornya jangan mentahan, apalagi masih dalam bentuk umbi-umbian. Paling tidak sudah dalam bentuk tercacah, syukur bisa barang jadi atau beras porang yang sudah jadi. Target kita memang hilirisasi," beber Presiden, Sabtu (14/8).
Dirinya juga meminta agar petani bisa dihubungkan dengan rantai pasok nasional maupun global. Dengan demikian, stakeholder usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor.
Saat ini, dari 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, baru 293 kabupaten/kota yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor, baik produk sawit, karet, kopi, dan lainnya yang diminati pasar global.
Sejumlah komoditas pertanian lainnya yang masih memiliki potensi untuk diekspor antara lain; sarang burung walet, porang, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, edamame, serta produk holtikultura lainnya.
"Kalau kita betul-betul berikan perhatian akan menjadi sebuah produk yang baik untuk ekspor. Juga produk olahan peternakan yang juga makin terbuka pasarnya," imbuhnya.
Ekspor pertanian sepanjang 2020 mencapai Rp451,8 triliun, naik 15,79% dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp390,16 triliun. Sementara pada semester I/2021, ekspor pertanian mencapai Rp282,86 triliun rupiah, naik 14,05% dibandingkan periode sama di 2020, yang sebesar Rp202,05 triliun.
Presiden menilai, peningkatan ekspor komoditas pertanian turut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai tukar petani yang terus membaik. Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di level 99,60 poin, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 poin dan Juni 2021 mencapai 103,59 poin.
Namun, presiden mengingatkan, tidak cukup hanya fokus meningkatkan produksi. Terpenting, juga penguasaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas.
Langkah hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menghitung skala ekonomi dengan klasterisasi begitu penting dilakukan. Sembari melakukan mekanisasi pengembangan produk dan promosi produk berbasis digital.
"Ini juga harus kita kembangkan agar produk-produk pertanian kita makin dikenal luas dan makin kompetitif," paparnya.