11 April 2023
20:10 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Dirjen Bea-Cukai Kemenkeu Askolani memproyeksi, hingga pengujung tahun penerimaan Bea Keluar (BK) sawit bisa mencapai Rp9 triliun. Optimisme tersebut dapat tercapai, asalkan harga komoditas kelapa sawit di tingkat global berada dalam kondisi stabil.
Angka tersebut lebih rendah dari penerimaan tahun lalu, yang ditopang tingginya harga sawit di pasar dunia. Kemenkeu mencatat, penerimaan BK sawit selama 2022 mencapai Rp32,4 triliun atau meningkat daripada penerimaan di tahun sebelumnya yang menyentuh Rp28,3 triliun.
“Dan Rp9 triliun ini kalau kita bandingkan dengan pencapaian 2022, itu bisa mencapai Rp32 triliun (penerimaan BK) dalam setahun. Tentunya, ini prediksi untuk BK di tahun 2023,” sebutnya dalam Raker dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (11/4).
Adapun selama tiga bulan pertama 2023, BK produk sawit telah mencapai Rp2,3 triliun dengan basis pada harga CPO di kisaran US$800-900/MT. Askolani pun membandingkan capaian BK sawit pada periode sama di 2022 yang bisa mencapai Rp8,62 triliun.
Baca Juga: Bebas Bea Masuk Barang Pindahan Dari Luar Negeri? Ini Dia Aturannya
Sementara itu, APBN Kita melaporkan, hingga 3 Maret 2023, total penerimaan BK mencapai Rp2,04 triliun atau 19,94% dari target yang dipatok sebesar Rp10,21 triliun. Kinerja tersebut mengalami penurunan yang signifikan sebesar 69,01% (yoy).
Kemenkeu menjelaskan, turunnya volume ekspor komoditas mineral dan harga CPO yang lebih rendah berpengaruh terhadap penurunan pertumbuhan tersebut. Spesifik, penerimaan BK dari komoditas kelapa sawit turun 69,31% (yoy), mengikuti harga referensi CPO yang turun.
Sebagai contoh, harga referensi CPO pada Februari 2022 mencapai US$1.315/MT turun menjadi US$880/MT pada Februari 2023. Kemudian BK dari tembaga mengalami penurunan sebesar 68,95% (yoy), terjadi akibat penurunan volume ekspor dan penyesuaian tarif BK tembaga dari 5,00% menjadi 2,50%.
BK dari bauksit juga turun 50,88% akibat penurunan volume ekspor komoditas terkait.
Penerimaan Bea Masuk
Sebaliknya, penerimaan Bea Masuk (BM) masih melanjutkan kinerja positif mencapai Rp7,88 triliun atau tumbuh 15,64% (yoy). Dengan begini, capaian sementara BM telah menyentuh 16,59% dari target yang dipatok sebesar Rp47,53 triliun.
Peningkatan penerimaan BM pada bulan ini disebabkan pelemahan kurs Rupiah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Begitu juga dari extra effort pemerintah berupa surat penetapan pabean yang cukup signifikan senilai Rp227 miliar pada Januari 2023.
Kontribusi pertumbuhan BM terbesar berasal dari kendaraan serta importasi dari barang modal berupa mesin untuk keperluan penambangan, penggalian dan konstruksi.
Baca Juga: Asosiasi: 60 Perusahaan Terlibat Modus Impor Tekstil Ilegal
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman menyampaikan, hingga 10 April 2023, realisasi penerimaan Pungutan Ekspor (PE) kelapa sawit sudah mencapai Rp9,2 triliun. Eddy pun optimistis penerimaan PE bisa terus naik hingga akhir 2023.
“Kalau tidak ada perubahan-perubahan (signifikan) dalam kaitan kebijakan, kondisinya ceteris paribus, maka kami proyeksikan penerimaan PE pada tahun 2023 ini mencapai Rp30,6 triliun,” ungkap Eddy.
Secara keseluruhan, Kemenkeu mencatat, Indonesia berhasil mendapatkan PE kelapa sawit di 2022 sebanyak Rp34,71 triliun.