c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

12 Maret 2025

20:42 WIB

Diangkat Jadi Dirut, Ifan Seventeen Diharap Bawa Perkembangan Baru Buat PFN

Kiprah Ifan tidak hanya sebagai musisi melalui grup band Seventeen, ia juga disebut pernah menjadi produser film

<p>Diangkat Jadi Dirut, Ifan <em>Seventeen&nbsp;</em>Diharap Bawa Perkembangan Baru Buat PFN</p>
<p>Diangkat Jadi Dirut, Ifan <em>Seventeen&nbsp;</em>Diharap Bawa Perkembangan Baru Buat PFN</p>

Gedung PT Produksi Film Negara (Persero) atau PFN (ANTARA/ PFN)

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut, pengangkatan Riefian Fajarsyah atau yang dikenal dengan Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Produksi Film Negara (PFN), diharapkan dapat membawa perkembangan baru bagi bisnis perusahaan.

Juru Bicara Kementerian BUMN Putri Violla mengatakan, Ifan memiliki pengalaman dan latar belakang yang cukup untuk mengembangkan dan memberi terobosan baru di PFN. "Kita harapkan ini kan ada pemimpin muda, kita berikan kesempatan jadi Dirut, jadi nanti minta tolong untuk semua, ya kita lihatlah nanti kreativitas, pengalamannya, background-nya, apa gebrakannya yang bisa dibuat untuk PFN," ujar Putri di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (12/3).

Putri menjelaskan, kiprah Ifan tidak hanya sebagai musisi melalui grup band Seventeen, tetapi ia juga disebut pernah menjadi produser film. Ia meminta kepada masyarakat agar memberi kesempatan bagi Ifan untuk melaksanakan tugas barunya sebagai Dirut PFN dan membawa perubahan baru.

"Tapi sebenarnya kalau kita lihat kiprah dari Ifan itu bukan cuma di dunia musik saja, karena sudah punya pengalaman jadi produser, sehingga kemudian bisa menjadi direksi. Kita harapkan bisa membawa perkembangan baru untuk PFN," jelasnya.

Kementerian BUMN, kata Putri akan terus memberikan dukungan terhadap Ifan untuk menjalankan mandat tersebut. Ia juga mengatakan sejauh ini hanya dia nama baru yang masuk dalam jajaran PFN. "Sebenarnya sama saja (tugas Dirut), bagaimana bisa membawa PFN lebih baik, nggak ada tugas-tugas gimana secara khusus," ucap Putri.

Pengalaman Ifan sebagai vokalis grup musik Seventeen, telah malang melintang di dunia musik, dan banyak memahami seluk-beluk produksi di industri kreatif, menjadi pertimbangan Kementerian BUMN untuk menjadikannya sebagai Dirut PFN. 

"Perjalanan hidup setiap orang tak akan pernah sama. Tidak semua orang akan mengerti perjalanan hidupmu. Bagaimanapun kerasnya hidupmu di masa lalu, kamu bisa memulainya kembali. Percaya, yakin dan jangan pernah menyerah," tulis Ifan.

Optimalisasi Aset
Sebelumnya, PT Danareksa (Persero) menyampaikan rencana untuk mengoptimalkan dua aset milik PT Produksi Film Negara (PFN) sebagai bagian dari strategi perbaikan model bisnis. Direktur Utama Danareksa Yadi Jaya Ruchandi menuturkan, pihaknya telah menyusun rencana kerja bagi PFN meskipun perusahaan tersebut belum resmi diinbrengkan ke Danareksa.

"Kami sudah membuat rencana kerja terkait dengan bagaimana bisnis modelnya ke depan. PFN ini memiliki dua aset utama, yakni di Otista dan Tendean. Jika dapat dioptimalkan, aset-aset tersebut bisa menjadi modal bagi PFN untuk mengembangkan model bisnis pembiayaan film," ujar Yadi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, pihaknya berencana menggandeng perusahaan konstruksi PT Nindya Karya (Persero) dalam merevitalisasi salah satu aset tanah bangunan milik PFN di Otista terlebih dahulu. Konsepnya akan dibuat serupa dengan Lokananta yang berbasis musik, namun untuk PFN akan berfokus pada perfilman lokal.

“Jadi kita mau create suatu ekosistem di mana para insan perfilman itu punya tempat ngumpul lah istilahnya begitu. Seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) tapi ini lebih spesifik kepada film yang lokal,” ujarnya.

Yadi menilai perlunya perbaikan model bisnis PFN mengingat saat ini pendapatan perusahaan produksi film pelat merah itu masih minim.

“Kita lagi men-define kembali bisnis modelnya nanti seperti apa, kegunaannya untuk PFN nanti. Sekarang Pak, pendapatan PFN itu minim sekali Pak, even gaji direksinya pun dibayar hanya setengahnya. Jadi bagaimana paling tidak operasionalnya dulu kita pastikan mereka stabil. Nah rencananya pendapatan dari optimalisasi aset itulah yang akan kita pakai,” terangnya.

Saat ini PFN juga telah mulai mengkurasi berbagai film dengan melibatkan para ahli dan pelaku industri. Sementara, Danareksa ingin menerapkan model pembiayaan berbasis ekuitas (equity base), bukan pinjaman.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Eko Hendro Purnomo menyarankan Danareksa agar mencontoh salah satu perusahaan studio animasi, Infinite Studios di Batam, yang telah sukses mengembangkan ekosistem perfilman dengan pendekatan terpadu.

Menurut dia, Danareksa sebaiknya tidak hanya berfokus pada pembiayaan produksi film, tetapi juga menciptakan ekosistem yang dapat mendukung industri film secara menyeluruh.

“Infinite Studios itu hampir sama dengan PFN, cuma dia punya swasta. Bapak belajar dari sana, dia bisa, nah dia memberikan kesempatan buat para sineas-sineas muda. Ada production house, ada juga namanya editing untuk bikin animasi, marketnya bukan hanya Indonesia tapi juga luar negeri juga,” jelas Eko.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengingatkan Danareksa untuk tidak hanya berfokus pada aset yang berupa bangunan fisik, tetapi juga mencakup karya-karya lama yang dapat dimanfaatkan kembali.

“Untuk PFN dan Balai Pustaka itu, aset itu bukan hanya bentuk bangunan fisik loh Pak. Semua produk karya yang ada, baik itu karya buku yang lama, sastra yang lama, film lama. itu adalah aset Pak. Dan itu bisa diproduksi ulang bukunya,” ucapnya.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar