c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

22 Mei 2025

19:16 WIB

Deklarasi BRICS, Perluas Pasar Ekspor Indonesia Dan Dukung Industri Keberlanjutan

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS menjadi upaya pemerintah dalam mencapai industri keberlanjutan dan perluasan pasar ekspor baru.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p>Deklarasi BRICS, Perluas Pasar Ekspor Indonesia Dan Dukung Industri Keberlanjutan</p>
<p>Deklarasi BRICS, Perluas Pasar Ekspor Indonesia Dan Dukung Industri Keberlanjutan</p>
Ilustrasi - Kemitraan strategis BRICS. Antara/noropujadi

BRASIL - Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS menjadi langkah pemerintah menuju Making Indonesia 4.0 karena mendiversifikasi mitra strategis global. Sehingga, Indonesia makin berpeluang untuk meningkatkan daya saing industri dan memperluas pasar ekspor.


Dalam Pertemuan Tingkat Menteri BRICS dengan tema Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance di Brasil, Agus mengungkapkan terdapat beberapa poin utama dalam deklarasi kelompok BRICS yang mendukung pembangunan industri berkelanjutan.


“Dalam pertemuan tersebut, dideklarasikan peran penting inovasi dan teknologi digital dalam pengembangan sektor industri manufaktur berkelanjutan. Ada beberapa poin utama deklarasi yang telah disetujui oleh negara anggota BRICS untuk menjadi langkah signifikan dalam pembangunan industri yang berkelanjutan,”ujarnya dalam keterangan resmi, yang diterima di Jakarta, Kamis (22/5).


Baca Juga: Ekonom Ungkap Potensi Negatif Dan Peluang Indonesia Gabung BRICS


Poin utama deklarasi BICS yang relevan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yakni mendukung penguatan inovasi teknologi dalam sektor industri manufaktur dan rantai pasok industri yang kuat dan inklusif. Langkah ini mendukung percepatan untuk mencapai pengembangan industri yang berkelanjutan.


Beberapa poin utama deklarasi yang disetujui, antara lain dukungan terhadap inovasi dan teknologi digital dalam industri 4.0 dalam menjawab tantangan global seperti penciptaan lapangan kerja, inklusi sosial, dan pengembangan rantai pasokan, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi atas perubahan iklim.


Selain itu, kata Agus, negara-negara anggota BRICS juga mengakui telah mewakili 45% populasi dunia dan menyumbang sepertiga dalam Produk Domestik Bruto (PDB) global dan berkomitmen untuk mendorong ekonomi global berkelanjutan, inovatif, dan kompetitif.


“Kesepakatan ini telah menegaskan peran penting negara anggota dalam ekonomi global, dan kami berkomitmen untuk menciptakan hubungan yang stabil dan saling menguntungkan, serta mempromosikan pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan dan inklusif,” imbuh Agus.


Tak sampai di situ, seluruh anggotaa BRICS juga berpartisipasi dalam Partnership for the New Industrial Revolution (PartNIR). Melalui PartNIR, kerja sama industri antarnegara anggota berlangsung dengan kerangka kerja terstruktur.


Agus pun mengaku turut mendukug BRICS PartNIR dalam pengembangan poin-poin Deklarasi Utama dan Rencana Aksi Kelompok Kerja UKM 2025-2030 serta mendukung pengesahan Terms of Reference, yang termasuk ToR for the SMEs Working Group of BICS Countries; ToR for Digital Transformation of Industry; ToR Sovereign AI for Digital Industrialisation; dan ToR for the Intelligent Manufacturing and Robotics Working Group.


“Kami optimistis bahwa melalui Terms of Reference ini akan menciptakan kolaborasi, kerja sama yang efisien dan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh seluruh negara anggota BRICS,” tambah Agus.


Kerja Sama Dengan Brasil
Lebih lanjut, terkait kerja sama dengan negara anggota BRICS, saat ini Indonesia berupaya memperluas kerja sama dengan Brasil. Hal ini mengingat kedua negara memiliki karakteristik populasi dan sumber daya alam yang hampir sama.


“Kesamaan karakteristik kedua negara ini dapat dikembangkan melalui kerja sama di berbagai sektor industri lainnya, seperti sektor energi, pangan, dan pengembangan sektor industri kemaritiman,” tegas Agus.


Kedua negara saat ini diketahui tengah mengembangkan sektor energi terbarukan, sehingga diperlukan kerja sama terutama pada energi berbasis nabati seperti biofuel dan etanol. 


Baca Juga: Kemenperin Masih Kaji Dampak Ancaman Trump Terhadap Anggota BRICS


Indonesia saat ini tengah mengembangkan biodiesel berbasis CPO, baik B20, B30 maupun B40 sebagai energi terbarukan. Sedangkan brasil tengah mengembangkan etanol sebagai bahan bakar.


Di sisi lain, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki cadangan perikanan yang besar namun kekurangan kapal penangkap ikan berkapasitas besar. Menperin menyampaikan, kerja sama pada industri kemaritiman dapat terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kapal penangkap ikan dan memperkuat daya saing industri maritim nasional.


Menperin menambahkan, pemerintah juga mendorong kerja sama terhadap pengembangan sumber daya manusia industri melalui penjajakan pertukaran pelajar vokasi, magang industri, dan kolaborasi pusat pelatihan industri.


“Melalui BRICS, diharapkan Indonesia dan Brasil mampu menjalin kerja sama yang dapat meningkatkan neraca perdagangan dan daya saing industri bagi kedua negara, serta memperkecil defisit perdagangan nasional,” ucap Menperin.


Sektor industri dalam Indonesia telah mendapatkan capaian membanggakan, di mana nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia telah mencapai US$255,96 miliar pada 2023 dan menempatkan Indonesia pada posisi ke-4 dalam peringkat nilai MVA di antara negara-negara BRICS setelah China, India, dan Brasil.


Indonesia resmi bergabung sebagai anggota BRICS pada Januari 2025, menjadi anggota ke-11 setelah Arab Saudi. Berikut negara-negara yang saat ini tergabung dalam kelompok ekonomi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar