04 Maret 2025
13:07 WIB
Data PIHPS: Harga Cabai Rawit Tembus Rp105.800 Per Kg
Harga cabai rawit pada sejumlah pasar di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bahkan sempat melonjak menjadi Rp200 ribu per kg dari sebelumnya Rp100 ribu per kg sebelum Ramadan
Ilustrasi - Pedagang menimbang cabai rawit yang dijualnya di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (3/3/2025). ANTARA FOTO/Aditya Nugroho
JAKARTA - Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat kenaikan sejumlah komoditas pangan secara umum. Harga cabai rawit merah tembus di harga Rp105.800 per kilogram (kg) dan telur ayam ras di harga Rp31.000 per kg, pada Selasa (4/3) pagi.
Khusus kenaikan untuk cabai, terpantau cukup tinggi. Pasalnya, menurut data PIHPS Minggu (4/3), harga cabai rawit merah di tingkat pedagang eceran terpantau mencapai Rp91.100 per kilogram (kg).
Harga cabai rawit pada sejumlah pasar di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bahkan sempat melonjak menjadi Rp200 ribu per kilogram, padahal sebelum Ramadan 2025 harganya Rp100 ribu per kilogram.
"Harga cabai saat ini Rp200 ribu per kilogram, naik dari harga sebelumnya Rp100 ribu per kilogram sebelum Ramadhan 2025," kata Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah, Roro Mulyaningsih, di Lombok Tengah, Senin (3/3).
Dia mengatakan, menjelang Ramadan harga cabai rawit merangkak naik menjadi Rp100 ribu per kilogram dari sebelumnya hanya puluhan ribu rupiah per kilogram. Kemudian, pada hari pertama Bulan Puasa naik menjadi Rp130 ribu per kilogram, dan hari ini informasi di lapangan melonjak menjadi Rp200 ribu per kilogram.
Sebanyak lima ton cabai rawit dari Pulau Jawa masuk ke Nusa Tengara Barat (NTB) melalui skema business to business yang dilakukan pengusaha untuk menetralisir harga cabai yang terlampau tinggi.
Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, harga cabai rawit lokal sudah menembus di atas angka Rp200 ribu per kilogram, sedangkan harga cabai rawit dari luar daerah senilai Rp165 ribu per kilogram.
"Cabai impor sudah datang dan sudah beredar di pasar lokal dengan harga Rp165 ribu per kilogram. Itu sudah masuk dalam rangka menetralisir pasar," ujarnya di Mataram, Senin.
Gagal Panen
Nelly menuturkan, harga cabai menjadi mahal akibat pasokan dari petani berkurang. Cuaca buruk juga menyebabkan produksi cabai lokal menurun akibat gagal panen, sehingga berpengaruh terhadap suplai cabai ke pasar.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sendiri memastikan, pemerintah segera menempuh berbagai cara untuk menekan harga cabai yang selama pekan pertama bulan puasa naik agar turun dan normal kembali. Amran lantas mengingatkan pengusaha, termasuk pengusaha cabai, untuk tidak sembarang menaikkan harga cabai, apalagi sampai melewati harga eceran tertinggi (HET).
"Ya, kami usahakan tekan. Kami meminta kepada seluruh pengusaha jangan menaikkan harga pangan di atas HET," kata Amran
Pada kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap cabai rawit merah mengalami kenaikan sebesar 23,23% menjadi Rp81.700,00/kg (month-to-month).
"Terkait dengan cabai merah, kami juga sudah berkomunikasi dengan sentra produksi cabai seperti di Magelang, Jawa Timur, dan Sulawesi. Pada prinsipnya adalah pasokan yang berkurang karena banyak hujan pada bulan ini," kata Mendag.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan harga cabai berbagai jenis di pasaran, mulai dari cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai rawit hijau, hingga cabai rawit merah kompak naik per 3 Maret 2025. Kenaikan itu terus terjadi sejak pekan terakhir Februari 2025 sampai dengan pekan pertama Maret, yang bersamaan dengan pekan pertama Ramadan.
Rata-rata harga cabai rawit merah di pasar-pasar tradisional tembus Rp100 ribuan per kilogram, sementara untuk cabai rawit hijau rata-rata harganya Rp69.150,00/kg, cabai merah keriting Rp68.350,00/kg, dan cabai merah besar Rp65.550,00/kg. Di beberapa pasar di Lombok Tengah hari ini, harga cabai tembus Rp200 ribu/kg.
Minta Waktu
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkap strategi pemerintah menurunkan harga cabai yang terus naik sejak akhir bulan lalu sampai pekan pertama Ramadan. Sudaryono berharap aksi pemerintah itu dapat menurunkan harga cabai dalam waktu 2–3 hari ke depan.
“Kita tunggulah. Kami lagi aksi di Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, bagaimana kami banjiri komoditi itu, cabai, dan lain-lain di pasar tradisional, supermarket, pasar modern harus ada,” kata Wamentan
“Kita tunggu deh 2–3 hari insyaallah, moga-moga bisa agak turun, dan bisa dinikmati oleh semua warga negara, semua rakyat kita yang melaksanakan ibadah puasa maupun yang tidak, di bulan yang lagi ramai-ramainya komoditi ini. Kita bisa menikmati komoditi (cabai) dengan harga yang lebih baik,” sambung Sudaryono.
Terlepas dari harga cabai yang cenderung naik di pasaran, Sudaryono menyebut harga barang-barang pangan lainnya relatif stabil selama pekan pertama Ramadan.
Harga-harga yang diyakini stabil itu mencakup telur, beras, minyak goreng. “Telur cukup suplainya, antara demand (permintaan) tinggi sama suplai cukup. Jadi yang kelihatan lonjakan tinggi cabai,” serunya.
Demi menjaga harga tetap stabil, Sudaryono memastikan operasi pasar terus digelar, yang sejauh ini berjalan ada di 300 titik di kantor pos-kantor pos berbagai daerah di Indonesia.
“Kami lagi upaya bekerja sama dengan aparat-aparat yang berwajib supaya HET (harga eceran tertinggi) dipenuhi. HET minyak goreng, HET gula pasir, HET beras, dan lain-lain kami penuhi semua. Sejauh ini, tidak jauh dari HET dan relatif stabil. Memang yang menjadi PR kami cabai ya, cabai merah, cabang keriting, cabai rawit, karena suplainya sama, tetapi demand-nya jauh lebih besar,” kata Sudaryono.