c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

09 Juni 2025

15:18 WIB

Danantara Lirik Saham Minoritas GoTo, Di Tengah Negosiasi Grab-GoTo

Keikutsertaan Danantara akan meningkatkan peluang perusahaan untuk memperoleh izin dari pemerintah, yang mungkin menjadi hambatan regulasi terbesar untuk mencapai kesepakatan Grab dan GoTo.

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Danantara Lirik Saham Minoritas GoTo, Di Tengah Negosiasi Grab-GoTo</p>
<p id="isPasted">Danantara Lirik Saham Minoritas GoTo, Di Tengah Negosiasi Grab-GoTo</p>

Sejumlah pengemudi ojek daring menunggu penumpang di Jalan Raya Margonda, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (20/3/2024). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya

JAKARTA – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara tengah melirik kepemilikan saham GoTo, di tengah rencana akuisisi GoTo Group senilai US$7 miliar oleh Grab Holdings Ltd.

Dilaporkan oleh Bloomberg, Danantara telah memulai diskusi awal dengan GoTo untuk mengakuisisi saham minoritas dalam entitas gabungan tersebut, menurut narasumber yang mengetahui masalah tersebut.

Narasumber tersebut menuturkan, keikutsertaan Danantara disebut bisa membantu meredakan kekhawatiran pemerintah terkait penjualan perusahaan teknologi karya anak bangsa kepada Grab yang berasal dari Singapura.

Grab dan GoTo telah membuat kemajuan dalam struktur kesepakatan potensial, tetapi laju pembicaraan melambat baru-baru ini karena kekhawatiran tentang potensi tuntutan regulasi. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan pada Mei, otoritas antimonopoli  itu akan menyelidiki potensi risiko dan mendesak perusahaan-perusahaan tersebut untuk memastikan setiap kesepakatan tidak akan menciptakan monopoli.

Baca Juga: Grab Bantah Rumor Merger Dengan Gojek

Keikutsertaan Danantara akan meningkatkan peluang perusahaan untuk memperoleh izin dari pemerintah, yang mungkin menjadi hambatan regulasi terbesar untuk mencapai kesepakatan. Namun, diskusi dengan Danantara masih dalam tahap awal dan mungkin tidak akan menghasilkan transaksi, kata sumber tersebut. Belum jelas juga apakah Danantara telah mengadakan pembicaraan dengan Grab.

Namun, juru bicara Grab, GoTo, dan Danantara menolak berkomentar soal masalah ini.

Grab, yang didukung oleh Uber Technologies Inc., telah mengadakan pembicaraan dengan GoTo selama bertahun-tahun. Namun, merger tidak pernah terwujud, salah satunya karena ada kekhawatiran antimonopoli yang mungkin timbul dari penggabungan dua perusahaan transportasi daring dan pengiriman makanan yang dominan di Asia Tenggara.

Uber meninggalkan kawasan tersebut pada tahun 2018 dengan imbalan saham di Grab, dan pesaing yang lebih kecil belum menggerogoti pangsa pasar Grab dan GoTo secara signifikan di Indonesia dan Singapura.

Potensi penjualan GoTo telah memicu kekhawatiran di kalangan pemimpin politik Indonesia tentang hilangnya independensi dan pekerjaan developer dan engineer, kata sumber tersebut. Beberapa pihak juga menyatakan kekhawatiran harga layanan transportasi daring dan pengiriman makanan akan naik jika Grab di tengah kondisi ekonomi yang sulit.

Salah satu cara untuk meredakan kekhawatiran tersebut adalah dengan meminta Grab setuju untuk tidak mengurangi pekerjaan untuk jangka waktu tertentu, imbuh narasumber.

Sementara itu, pemerintah Indonesia tengah bergulat dengan pasar yang dihantui oleh kebijakan populis Presiden Prabowo Subianto. Sejak menjabat akhir tahun lalu, mantan jenderal berusia 73 tahun itu telah menaikkan upah minimum, meningkatkan belanja subsidi konsumen, melemahkan independensi bank sentral, dan mengambil sikap agresif terhadap bisnis asing seperti Apple Inc. Pada bulan Maret, ia memerintahkan Grab dan GoTo untuk memberikan bonus liburan kepada pengemudi.

Grab tengah mempertimbangkan valuasi lebih dari US$7 miliar untuk GoTo, Bloomberg News melaporkan pada bulan Februari, dengan satu opsi pembelian seluruh saham dengan harga sekitar Rp100 per saham. Saham GoTo ditutup pada harga Rp61 pada Kamis (5/6).

Salah satu skenario yang sedang dibahas adalah GoTo pertama-tama membeli bisnis pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan Grab di Indonesia. Setelah itu, Grab yang berbasis di Singapura akan membeli saham mayoritas dalam kombinasi ini, yang memungkinkannya untuk menjalankan operasi GoTo di Indonesia. Dalam skenario ini, GoTo akan menjual bisnis pemesanan kendaraannya di Singapura kepada pembeli lain.

Baca Juga: Demo Ojol 20 Mei, Ekonom: Kunci Atasi Masalah Ada di Lapangan Kerja Formal

Grab, perusahaan pemesanan kendaraan dan pengiriman terbesar di Asia Tenggara, telah terkunci dalam persaingan ketat dengan GoTo selama hampir satu dekade di seluruh Asia Tenggara. Perusahaan Singapura tersebut adalah penyedia terkemuka di pasar dalam negeri dan negara-negara tetangga termasuk Malaysia dan Thailand.

Sementara, GoTo telah menarik diri dari beberapa negara termasuk Thailand dan Vietnam setelah upaya pemangkasan biaya yang gencar, tetapi tetap menjadi pemain tangguh di Indonesia — pasar terbesar di kawasan tersebut. Mengakuisisi GoTo akan memberi Grab posisi yang lebih kuat di negara berpenduduk lebih dari 275 juta jiwa itu.

Pesaing baru seperti InDrive dan Maxim juga menargetkan Indonesia, tempat semakin banyak orang membeli makanan secara daring dan memesan transportasi melalui ponsel mereka. Grab membukukan peningkatan pendapatan sebesar 6,3% menjadi US$643 juta untuk bisnisnya di Indonesia pada tahun 2024, wilayah geografisnya yang paling lambat berkembang di Asia Tenggara.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar