07 Juli 2025
20:33 WIB
Cuan Dari Rasa Penasaran Madara Makaroni
Keterbatasan varian makaroni dilirik Romzi sebagai peluang bisnis. Di tangannya, camilan makaroni dimodifikasi menjadi makaroni lumer yang bisa diterima oleh pasar dengan jenama Madara Makaroni.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Produk makaroni lumer dengan merek Madara Makaroni. Sumber: Madara Makaroni
JAKARTA – Sobat Valid belakangan ini pastinya tak asing dengan camilan "makaroni goreng"? Ya, jenis pasta yang biasa ditemukan dalam sup ayam atau schotel ini juga diolah menjadi camilan renyah yang digandrungi anak muda, terutama generasi milenial dan gen Z.
Penganan gurih ini diklaim cocok dinikmati sebagai teman bersantai di rumah atau sebagai camilan saat bepergian. Makaroni juga acap kali cocok untuk teman kerja karena menjadi "doping" bagi para pekerja untuk melawan rasa kantuk.
Makaroni sejatinya bukanlah jenis makanan yang baru kondang. Makaroni dasarnya adalah pasta yang terbuat dari gandum dan air, sehingga tidak memiliki rasa alias netral.
Kini, anak-anak muda lebih terbiasa dengan versi garing. Untuk membuat tekstur garing dan crunchy, makaroni mentah harus digoreng dalam kondisi kering, menggunakan minyak panas yang banyak.
Dalam tahap penggorengan, makaroni dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga mengembang dan mekar sempurna. Usai mengembang, makaroni ditambahan berbagai varian rasa sesuai selera.
Umumnya, warga Indonesia mengetahui sajian makaroni yang hanya ditaburi bumbu asin hingga menghasilkan rasa gurih asin. Varian lainnya yang jamak ditemukan di pasaran adalah pedas, keju, dan balado.
Keterbatasan varian makaroni ini dilirik Romzi sebagai peluang bisnis. Di tangan lelaki kelahiran tahun 2005 ini, camilan makaroni dimodifikasi dengan rasa kekinian yang bisa diterima oleh pasar.
Berada di bawah bendera “Madara Makaroni” alias yang diambil dari kepanjangan Makaroni Ada Rasa, Romzi membuat makaroni dengan varian rasa manis. Mulai dari cokelat lumer, stroberi, matcha, hingga tiramisu.
Romzi berani menjamin makaroni buatannya tidak seperti makaroni yang sudah ada di pasaran. Madara Makaroni diklaimnya memiliki kualitas premium, karena hanya menggunakan bahan-bahan terbaik.
Pria berusia 20 tahun ini juga menjamin Madara Makaroni bebas pengawet. Sehingga, aman dikonsumsi baik muda maupun tua.
"Kualitasnya yang kita berikan itu enggak standar dari makaroni lainnya. Dan dari kualitas yang saya berikan itu, bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Ibaratnya harga kaki lima tapi kualitas bintang lima," kata Romzi kepada Validnews sambil setengah berpromosi, Sabtu (5/7) malam.
Demi memikat konsumen, produknya pun turut dilengkapi sertifikat halal MUI, izin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan bahkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Ide Awal
Ide untuk membuka usaha Madara Makaroni tercetus di 2023, saat Romzi masih duduk di bangku SMA. Awalnya ia mengakui tidak ada keinginan untuk terjun ataupun tertarik ke dunia bisnis. Namun, karena adanya tekanan dari lingkungan dan kondisi ekonomi dalam keluarga, membuatnya kecemplung di dunia bisnis.
"Saya ingin minimal bantu orang tua, bikin cara biar ada pemasukan dan seenggaknya bisa enggak ngebebanin keluarga," ungkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Setelah mengamati dan mempelajari bahwa teman-temannya menyukai jajanan seperti bakso goreng (basreng) dan makaroni, akhirnya pilihannya jatuh kepada usaha kuliner, khususnya camilan ringan berupa makaroni.
Dengan modal uang Rp100-Rp200 ribu yang berhasil ia kumpulkan, Romzi coba membeli bahan-bahan untuk berjualan, seperti makaroni mentah, minyak goreng, dan bumbu.
Pertama kali, Romzi mencoba membuat makaroni dengan varian rasa gurih. Ada tiga varian yang ditawarkan, yakni makaroni keju, pedas, dan balado. Bedanya, dia menggunakan bahan baku dan bumbu premium, sehingga dipastikan tidak membuat tenggorokan sakit.
Ia pun mulai menjajakannya ke lingkungan sekitar terlebih dahulu. Dia coba menawarkannya langsung kepada teman-teman dan menitipkan produknya di kantin sekolah. Hasilnya, dia mendapat respons yang bagus.
Pesanan demi pesanan pun terus berdatangan. Hingga akhirnya, dia sudah bisa balik modal tanpa perlu waktu lama.
Belajar dari Pengalaman
Romzi terus berusaha untuk melebarkan sayap untuk usahanya. Salah satunya dengan cara mengikuti bazar. Dirinya merasa senang karena antusiasme orang-orang yang mencicip tester produknya dan kemudian langsung membeli.
Tak hanya mengikuti bazar, dia juga menantang diri untuk mencoba bekerja sama dan menitipkan dagangannya ke beberapa kafe. Tapi sayang, keputusan ini kurang disambut baik. Produknya tidak terlalu dilirik konsumen.
Romzi menilai harga yang ditawarkan kafe untuk produk Madara Makaroni terbilang besar, sehingga membuat pembeli ragu untuk membeli Madara Makaroni di kafe, meski ingin.
"Harganya sudah saya potong kayak dari Rp15 ribu dijual jadi Rp20 ribu. Sebenarnya enggak masalah banget, itu hak mereka. Cuman saya mikir sebagai konsumen, kalau ke kafe melihat harga makanan kayak gitu Rp20 ribu, pasti mikir dua kali, makanya saya setop aja dan jadi pengalaman," tutur lelaki asal Malang, Jawa Timur yang kemudian besar dan tinggal di Bali.
Belum lama menuai untung, Romzi memutuskan untuk tidak terlalu menekuni bisnisnya sebagai fokus utama. Hal ini dikarenakan dirinya tidak bisa membagi waktu antara sekolah dan usahanya.
Terlebih, kala itu dia telah memasuki SMA kelas 12, di mana ada banyak ujian sekolah yang harus dihadapi. Sehingga, fokus utamanya sebagai pelajar adalah belajar.
"Tenaga saya juga kurang cukup kalau misalnya abis sekolah langsung produksi, enggak memungkinkan gitu. Biasa kalo waktu sekolah, waktu libur sih bikinnya," ujarnya.
Varian Lumer
Pada 2024, sempat viral camilan manis berupa keripik pisang lumer. Dari sana, Romzi terpicu untuk memadukannya dengan produk makaroni yang dimiliki.
Lantaran, saat itu belum ada makaroni yang menawarkan varian cokelat lumer. Oleh karena itu, Romzi melihat peluang dan optimistis jika berhasil, maka akan mendulang sukses.
"Ini makaroni kan makanannya udah original ya, kalau mentahannya tuh enggak ada rasa manis, enggak ada rasa asin, jadi cocok kayak dibikin rasa-rasa manis. Nah, saya melihat peluang di situ... kayak wah coba deh kalau makaroni kita bikin varian manis," terang dia.
Berangkat dari pemikiran itu, Romzi coba menanyakan pendapat kepada teman-teman terdekat jika ada makaroni dengan varian cokelat lumer. Hasilnya, sebagian ada yang bingung, sebagian ada yang tidak terima, dan sebagian lainnya ada juga yang mendukung dan turut penasaran.
Mulanya Romzi juga memiliki keraguan apakah makaroni akan melempem alias tidak garing lagi setelah dicampur dengan cokelat lumer. Tapi tak mau ambil pusing, Romzi lantas langsung mengeksekusi dan melakukan uji coba.
"Kita enggak bakal tahu, jadi daripada saya mati penasaran, saya coba aja langsung," seloroh Romzi.
Sama seperti membuat makaroni varian rasa gurih, dia awalnya menggoreng makaroni dengan minyak panas hingga mengembang. Usai mengembang, makaroni ditiriskan. Lalu, makaroni dicampur dengan dark chocolate yang telah dilelehkan.
Setelah dilakukan trial and error beberapa kali, ia pun mendapatkan teknik dan komposisi yang pas. Ya, dia berhasil memadukan makaroni yang gurih dengan cokelat lumer dengan hasil tetap garing dan justru menawarkan sensasi yang berbeda. Hal itu memutus semua keraguan di benaknya dan mengubahnya menjadi rasa optimis untuk menjajakannya.
Racikan baru ini juga ternyata cocok di lidah masyarakat Indonesia yang bisa menerima paduan manis dan gurih dalam satu masakan. Hasilnya, Madara Makaroni saat ini menerima ratusan pesanan tiap bulannya.
Pesanan akan membludak terutama ketika banyak warganet yang mampir untuk melihat konten yang di-upload Romzi dan berhasil FYP. Hingga saat ini, kontennya di Instagram @madara_makaroni ada yang sudah dilihat sebanyak 4,4 juta kali.
"Kalau videonya FYP ya otomatis pasti langsung banyak pesanan, itu pasti banget. Makanya kita harus pintar-pintar marketing, terus detailing, terus ya bikin videonya," tutur Romzi.
Romzi saat ini tak lagi memproduksi makaroni secara sendiri. Meski masih dibuat secara manual dan rumahan, dia kini telah dibantu oleh dua karyawan yang menempati posisi bagian admin dan bagian produksi. Sedangkan untuk bagian marketing masih dipegang sepenuhnya oleh Romzi.
Dengan begitu, untuk produksinya sendiri, Madara Makaroni sudah mampu menghasilkan 200 hingga 300 pcs dalam sebulan.
Adapun, produk Madara Makaroni sendiri dihargai Rp30 ribu untuk ukuran 250 gram. Sedangkan untuk ukuran 100 gram khusus makaroni gurih dibanderol seharga Rp17 ribu.
Walhasil, dari hasil penjualannya, Romzi rata-rata mampu mendapat omzet di kisaran belasan juta rupiah tiap bulannya.

Tak Selalu Manis
Lebih lanjut, Romzi bercerita dalam merintis usaha, tak hanya selalu manis saja yang dirasakan. Selama merintis Madara Makaroni, dia juga sempat beberapa kali menelan pil pahit. Ibarat cokelat, ada pahit dan manis bercampur menjadi satu.
Penjualan yang mulanya ramai tiba-tiba berbalik menurun dan berpengaruh pada omzet yang juga turun, merupakan salah satu kondisi atau tantangan yang pernah dia hadapi.
"Omzetnya menurun dan kebutuhannya naik kan tidak balance, itu salah satunya," papar dia.
Selain itu, tak semua rencana dan ide yang ada dipikirannya bisa sukses terealisasi. Hal itu pun sempat menyurutkan semangat Romzi dan mau tidak mau dirinya harus kembali memutar otak.
Sebagai pemilik bisnis yang terbilang masih muda, Romzi juga sering kali diliputi keraguan yang membuatnya menjadi overthinking.
"Saya masih bimbang gitu kayak kadang-kadang saya ngerasa kayak ini bener enggak sih? Ini bisa bertahan lama enggak sih? Kayak ngerasa bakal sukses enggak ya? Banyak keraguan," ucap dia.
Dukungan keluarga, sekaligus keinginan untuk membahagiakan keluarga, tak dipungkiri menjadi pendorong semangat mengatasi tantangan yang ada. Sedikit demi sedikit, keraguan terurai. Ia menemukan keberanian untuk kembali mencoba.
Selain tantangan dalam mengembangkan usaha, Romzi juga kerap kali mendapatkan komentar yang terkesan "nyeleneh" dari para pembeli. Untuk topping misalnya, Madara Makaroni khas dengan memberi topping cokelat parut di atas makaroni lumer cokelat, namun ketika makaroni tiba atau sampai di tangan konsumen, parutan cokelatnya sudah tidak ada dan menimbulkan berbagai spekulasi.
Romzi pun dengan sabar menjelaskan kepada konsumen bahwa parutan cokelat yang ada di atas makaroni sudah meleleh dalam pengiriman. Hal itu lantaran makaroni berada dalam keadaan tertutup, terbungkus, dan ditaruh di tempat yang kedap udara. Alhasil, parutan cokelat pasti leleh.
Tak sampai di situ, ada pula konsumen yang mengeluhkan karena pesanan yang tidak kunjung sampa. Padahal, hal ini di luar tanggung jawab Romzi dan semua bergantung pada pihak ekspedisi.
Namun, Romzi berupaya menangani komplain yang masuk untuk menjaga loyalitas konsumen.
Mimpi Besar
Kini, produk Madara Makaroni bisa didapatkan di sejumlah media sosial seperti Instagram dan TikTok, dan juga marketplace besar seperti Shopee. Romzi turut menerima pesanan melalui WhatsApp (WA).
Tak hanya itu saja, dia juga sudah menggandeng reseller agar produknya semakin mudah dijangkau di seluruh Indonesia, terutama bagi konsumen yang tinggal di daerah Jawa.
Ke depan, Romzi ingin terus berinovasi menghasilkan makaroni dengan varian rasa yang dapat mengikuti selera anak muda.
Romzi tak menutup kemungkinan agar produknya dapat tersedia secara offline yang bisa didapatkan di gerobak atau stand dan juga di toko oleh-oleh. Sehingga, produknya bisa dikenal lebih luas oleh para wisatawan dalam negeri dan luar negeri.
Ia juga memiliki mimpi besar untuk dapat melakukan ekspor produk Madara Makaroni ke luar negeri. Namun, dia ingin terlebih dahulu menambah karyawan dan memaksimalkan jumlah produksi.
Romzi juga ingin agar produknya tidak hanya ramai dibeli ketika konten FYP, dia juga akan memanfaatkan momen Puasa, Lebaran, dan Natal dengan membuat hampers dengan produknya.
Di sisi lain, Romzi tetap memandang penting pendidikan. Dia berkeinginan dapat melanjutkan pendidikannya hingga tingkat tinggi.
Sebelumnya, dia memang sempat mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, namun dia masih mengurungkannya. Lantaran, saat ini keluarga masih menjadi prioritas utama.
"Kalau pingin lanjut kuliah, pingin banget. Tapi gimana ya keadaan. Waktu SMA saya juga masuk eligible, tapi saya keluar. Terus kemarin saya dapet beasiswa tapi karena sekarang usaha ini, enggak saya ambil (beasiswa). Saya tahu kayak sayang banget, tapi saya enggak mau egois, saya mementingkan keluarga saya. Mudah-mudahan kalau ada waktu, kalau ada takdirnya pasti saya bakal ambil," tutup lelaki tamatan SMA Albanna Bali Jurusan IPS ini.