06 Desember 2022
15:39 WIB
CIANJUR – Badan Pangan Nasional (National Food Agency, NFA) menyatakan, pihaknya mewaspadai komoditas pangan seperti beras, cabai, dan telur ayam ras menjelang Natal dan tahun baru (Nataru) dari lonjakan harga.
"Jelang Nataru, beberapa komoditas yang kita harus waspadai kenaikannya adalah beras, telur, cabai. Kita sekarang sedang kerja keras bersama pelaku-pelaku usaha, dengan BUMN di bidang pangan ada Bulog, ID Food dan seluruh dinas terkait," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (6/12).
Arief menyampaikan kepada pemerintah daerah, khususnya dinas yang berkaitan dengan pangan, untuk memerhatikan neraca pangan di daerahnya masing-masing agar tidak ada kekurangan stok pada suatu komoditas tertentu.
"Misal kurang gula, kita bisa lakukan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah defisit. Lalu minyak goreng, cabai, ini kita minta teman-teman komunikasi, kerja sama antar daerah, jadi saling isi dari wilayah surplus ke defisit," katanya.
Arief mengatakan, pemerintah akan melakukan intervensi apabila terjadi lonjakan harga pada sejumlah komoditas tersebut. Khusus untuk komoditas pangan pokok beras, Bulog akan terus melakukan intervensi dengan operasi pasar.
Bulog disebutkan telah menggelontorkan 1 juta ton beras selama 2022 untuk mengintervensi harga di pasar agar tidak naik terlalu tinggi.
"Jadi hari ini sudah ada intervensinya Bulog. Kita masih ada 514 ribu ton yang kita akan terus intervensi sampai Desember dan Januari," serunya.
Bapanas juga melakukan upaya pengendalian inflasi pangan pada akhir tahun dengan menggelar pangan murah di berbagai daerah, serta memobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit.
Mobilisasi pangan yang dilakukan melalui fasilitasi distribusi atau Business to Business (B2B) dari daerah surplus ke daerah defisit tersebut akan dilaksanakan dari minggu pertama hingga ketiga Desember.
Panel Harga NFA mencatat harga beras medium hingga Selasa (6/12) mencapai Rp11.260 per kg atau naik 0,18% dari hari sebelumnya. Harga telur ayam ras tercatat sebesar Rp29.300 per kg, naik 0,45% dari hari sebelumnya.
Sementara itu, untuk harga cabai rawit merah mencapai Rp47.120 per kg atau meningkat 3,04%, dan cabai merah keriting sebesar Rp34.630 per kg, meningkat 0,61%.
Inflasi Musiman
BPS sendiri merilis, inflasi November 2022 mencapai 5,42% secara year on year. Sementara itu, inflasi bulanan di angka 0,09% dan inflasi secara year to date atau tahun kalender di angka 4,82%.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan, inflasi akan meningkat di akhir tahun karena berbagai faktor. Salah satunya adalah meningkatnya permintaan bahan pangan dan kenaikan harga sejumlah komoditas.
"Hati-hati di Desember 2022. Catatan tren data mengenai kondisi penyebab inflasi ini karena ini musiman. Selain itu sisi supply karena permintaan tinggi pada perayaan hari raya natal," kata Margo di sela Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi dan Percepatan Realisasi Belanja Daerah, di Kemendagri, Senin (5/12).
Belum lagi, lanjutnya, banyak potensi bencana alam yang akan terjadi di sentra pangan. Pasalnya, hal tersebut dinilai bisa mengganggu pasokan bahan pangan.
“Bencana alam di sentra produksi yang dapat mengganggu pasokan komoditas, sehingga menambah tekanan inflasi di akhir tahun," cetusnya.
Dia merinci, sepertu terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, komoditas yang akan menyumbang inflasi cukup signifikan pada akhir taun di antaranya telur, ayam ras, tarif angkutan, bawang merah, dan minyak goreng serta tarif kereta api.
"Tahun 2020, juga sama dibandingkan dengan November tahun sebelumnya, inflasi kurang lebih akibat cabai merah, telur ayam, angkatan dan daging ayam. Tahun 2021, juga sama cabai rawit, minyak goreng, tarif angkutan, telur ayam dan daging ayam," tuturnya.
Perhitungan Teliti
Presiden Joko Widodo sendiri mengingatkan para menterinya membuat perhitungan teliti, untuk menghadapi kondisi perekonomian pada 2023. Jadi, krisis ekonomi maupun krisis pangan tidak sampai menjadi masalah sosial.
"Mengenai kondisi perekonomian tahun 2023. Sekali lagi, kita harus tetap hati-hati dan waspada, yang berkaitan dengan krisis keuangan, ekspor yang menurun, kemungkinan ekspor menurun, kemudian krisis pangan, hati-hati karena bisa larinya masalah sosial dan politik," ucapnya,
Presiden Jokowi menyampaikan agar para bawahannya jangan sampai membuat perhitungan yang keliru.
"Utamanya yang berkaitan dengan beras betul-betul hitung semuanya itu, betulbetul hitung-hitungannya tampak," tambah Presiden.
Dengan memahami bahwa situasi dunia masih tidak baik-baik saja, Presiden meminta agar seluruh kebijakan terkait dengan hajat hidup orang banyak betul-betul dikalkulasi.
"Betul-betul dihitung. Kuncinya sekali lagi kolaborasi antara kementerian dan lembaga. Jangan terjebak pada ego sektoral. Lakukan konsolidasi data, konsolidasi 'policy' dan konsolidasi dari pelaksanaan implementasi," ucapnya.